LAPORAN
PENDAHULUAN
KEPERAWATAN JIWA
DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN UTAMA
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
Disusun
oleh:
Lutfy Nooraini
A.
Masalah Utama
Resiko perilaku kekerasan
B.
Proses Terjadinya Masalah
1.
Definisi
Perilaku kekerasan (agresif) adalah suatu bentuk perilaku
yang diarahkan pada tujuan menyakiti atau melukai orang lain yang dimotivasi
menghindari perilaku tersebut (Kaplan dan Sadock, 1997).
Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu mengalami
perilaku yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri maupun
orang lain.
2.
Tanda dan gejala
Gambaran klinis menurut Stuart dan Sundeen (1995) adalah sebagai
berikut :
a. Muka merah
b. Pandangan tajam
c. Otot tegang
d. Nada suara tinggi
e. Berdebat
f. Kadang memaksakan kehendak
Gejala
yang muncul :
a. Stress
b. Mengungkapkan secara verbal
c. Menentang
C.
Gambaran klinis
Menurut Direktorat Kesehatan Jiwa, Direktorat Jendral
Pelayanan Kesehatan Departemen Kesehatan RI (1994) adalah sebagai berikut :
a.
Pasif agresif
1)
Sikap suka menghambat
2)
Bermalas-malasan
3)
Bermuka masam
4)
Keras kepala dan
pendendam
b.
Gejala agresif yang
terbuka (tingkah laku agresif)
1) Suka membantah
2) Menolak sikap penjelasan
3) Bicara kasar
4) Cenderung menuntut secara terus-menerus
5) Hiperaktivitas
6) Bertingkah laku kasar disertai kekerasan
D.
Etiologi
a.
Faktor predisposisi
Sebagai faktor dari klien yang bertingkah laku agresif menurut Stuart
dan Laria (1998) antara lain :
1) Psikologis
2) Perilaku
3) Sosial budaya
4) Bioneurologis
b.
Faktor presipitasi
Menurut Stuart dan Laria (1998) faktor pencetus dapat
bersumber dari lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Dari klien misalnya
terputusnya percaya diri, yang kurang ketidakpercayaan dari situasi lingkungan
misalnya lingkungan yang ribut, padat, penghinaan, dan kehilangan kemudian dari
interaksi sosial seperti adanya konflik
E. Akibat dan
mekanisme
Resiko tinggi menciderai diri sendiri dan orang lain,
seseorang dengan resiko perilaku kekerasan dimana dia mengalami kegagalan yang
menyebabkan frustasi yang dapat menimbulkan respon menentang dan melawan
seseorang melakukan hal sesuai dengan keinginannya akibatnya dia menunjukkan
perilaku yang mal adaptif yang menciderai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
F.
Penyebab dan mekanisme
Harga diri rendah, seseorang dengan Harga diri rendah,
ia merasakan bahwa dirinya tidak mampu, tidak mempunyai keberdayaan untuk
memecahkan masalah sehingga klien menggunakan respon mal adaptif perilaku
kekerasan.
G.
Pohon Masalah
Risiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan (Akibat)
Resiko perilaku kekerasan (Core Problem)
Harga diri rendah (Penyebab)
H. Masalah
Keperawatan
1.
Risiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan
Data :
a. Muka merah
b. Pandangan tajam
c. Otot tegang
d. Nada suara tinggi
e. Berdebat
f. Kadang memaksakan kehendak
Gejala yang
muncul :
a. Stress
b. Mengungkapkan secara verbal
c. Menentang
d. Menuntut
2.
Perilaku kekerasan
Data :
a. Agresif
b. Gaduh
c. Gelisah
d. Menyentuh orang lain secara menyakitkan
e. Mengancam, melukai
f. Marah tingkat ringan sampai serius
3.
Harga diri rendah
Data :
a. Kurang bergairah
b. Tidak peduli lingkungan
c. Kegiatan menurun
d. Banyak tidur siang
e. Tinggal di tempat tidur dengan waktu yang lama
f. Apatis
g. Efek tumpul dan komunikasi verbal kurang
I.
Diagnosa Keperawatan
1.
Risiko menciderai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan.
2.
Resiko perilaku kekerasan.
F. Rencana Tindakan
Keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
Tujuan Umum
:
Klien tidak melakukan tindakan kekerasan.
Tujuan
khusus :
1.
Tujuan khusus 1 yaitu klien dapat membina
hubungan saling percaya.
Kriteria evaluasi :
a. Wajah cerah, tersenyum
b. Mau berkenalan
c. Ada kontak mata
d. Bersedia menceritakan perasaan
Intervensi
:
a. Beri salam setiap berinteraksi
b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat, dan tujuan perawat berinteraksi.
c. Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien.
d. Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
e. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien.
f. Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan klien.
2.
Tujuan khusus 2 yaitu klien dapat
mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya :
Kriteria evaluasi :
a.
Setelah 1 kali pertemuan
klien menceritakan penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya.
b.
Menceritakan penyebab
perasaan jengkel atau kesal baik dari didi sendiri maupun lingkungan.
Intervensi :
Bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya :
a.
Motivasi klien untuk
menceritakan penyebab rasa kesal atau jengkelnya.
b.
Dengarkan tanpa menyela
atau memberi penilaian setiap ungkapan perasaan klien.
3.
Tujuan khusus 3 yaitu klien dapat
mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Kriteria evaluasi :
Intervensi :
Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukannya selama ini
a.
Motivasi klien menceritakan jenis-jenis
tindak kekerasan yang selama ini pernah dilakukannya.
b.
Motivasi klien menceritakan perasaan klien
setelah tindak kekerasan tersebut terjadi.
c.
Diskusikan apakah dengan tindak kekerasan
yang dilakukannya masalah yang dialami bisa teratasi.
4.
Tujuan khusus 5 yaitu klien dapat
mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Kriteria evaluasi :
Setelah 1 kali pertemuan klien menjelaskan akibat
perilaku kekerasan yang dilakukannya selama ini :
a.
Diri sendiri : luka, dijauhi teman, dan
lain-lain.
b.
Orang lain atau keluarga : luka, tersinggung,
ketakutan, dan lain-lain.
c.
Lingkungan : barang atau benda rusak.\
Intervensi
:
Diskusikan dengan klien akibat negatif (kerugian) cara yang
dilakukan pada:
a.
Diri sendiri, orang lain
(keluarga, lingkungan.
5.
Tujuan khusus 6 yaitu klien
dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan.
Kriteria
hasil :
Setelah 1 kali pertemuan klien menceritakan tanda-tanda
saat terjadi perilaku kekerasan.
a.
Tanda fisik : mata
merah, tangan mengepal, ekspresi tegang, dan lain-lain.
b.
Tanda emosional :
perasaan marah, jengkel dan bicara kasar.
c.
Tanda sosial :
bermusuhan yang dialami saat terjadi perilaku kekerasan.
Intervensi :
Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan
yang dialaminya.
a.
Motivasi klien
menceritakan kondisi fisik (tanda-tanda fisik) saat perilaku kekerasan terjadi.
b.
Motivasi klien
menceritakan kondisi emosinya (tanda-tanda emosinya) saat perilaku kekerasan
terjadi.
c.
Motivasi klien
menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain (tanda-tanda sosial) saat
perilaku kekerasan terjadi.
6.
Tujuan khusus 4 klien mengidentifikasi
jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya.
Kriteria evaluasi :
Setelah 1 kali pertemuan klien menjelaskan :
a.
Jenis-jenis ekspresi
kemarahan yang selama ini telah dilakukannya.
b.
Perasaan saat melakukan
kekerasan.
c.
Efektivitas cara yang
dipakai dalam menyelesaikan masalah.
Kriteria evaluasi :
Setelah 1 kali pertemuan klien menjelaskan :
a.
Menjelaskan cara-cara saat
mengungkapkan marah.
Intervensi :
Diskusikan
dengan klien :
Apakah klien mau mempelajari cara baru mengungkapkan marah yang sehat.
1)
Jelaskan berbagai alternatif
pilihan untuk mengungkapkan marah selama perilaku kekeraasn yang diketahui
klien.
2)
Jelaskan cara-cara sehat
untuk melakukan marah :
a)
Cara fisik : nafas
dalam, pukul bantal atau kasur, olah raga.
b)
Verbal : mengungkapkan
bahwa dirinya sedang kesal pada orang lain.
c)
Spiritual : sembahyang,
berdo’a, dzikir, meditasi sesuai dengak keyakinanya masing-masing.
7.
Tujuan khusus 7 yaitu klien dapat
mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Kriteria
evaluasi :
Setelah 1 kali pertemuan klien memeragakan cara mengontrol perilaku
kekerasan.
Kriteria
evaluasi :
a.
Fisik : nafas dalam,
pukul bantal atau kasur.
b.
Verbal : mengungkapkan
perasaan kesal atau jengkel pada orang lain tanpa menyakiti
c.
Sosial : latihan asertif
dengan orang lain.
d.
Spiritual : dxikir, berdo’a,
meditasi sesuai agamanya
Intervensi
:
a.
Diskusikan cara yang
mungkin dipilih dan anjurkan klien dan memilih cara yang mungkin untuk
mengungkapkan kemarahan.
b.
Latih klien memperagakan
cara yang dipilih :
1) Peragakan cara melakukan cara yang dipilih
2) Jelaskan manfaat cara tersebut
3) Anjurkan klien menirukan peragaan yang sudah dilakukan
4) Beri penguatan pada klien, perbaiki cara yang masih belum sempurna
c.
Anjurkan klien
menggunakan cara yang sudah dilatih saat marah atau jengkel.
8.
Tujuan khusus 8 yaitu klien mendapat
dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku kekerasan.
Kriteria
evaluasi :
Setelah 1 kali pertemuan keluarga menjelaskan :
a. Cara merawat klien dengan perilaku kekerasan
b. Mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien
Intervensi :
a.
Diskusikan pentingnya
peran serta keluarga sebagai pendukung klien untuk mengatasi perilaku
kekerasan.
b.
Diskusikan potensi
keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku kekerasan.
c.
Jelaskan pengertian,
penyebab akibat dan cara merawat klien perilaku kekerasan yang dapat
dilaksanakan oleh keluarga.
d.
Peragakan cara merawat
klien (mengenal perilaku kekerasan).
e.
Beri kesempatan keluarga
untuk memperagakan ulang.
f.
Tanyakan perasaan
keluarga setelah mencoba cara yang telah dilatihkan.
9.
Tujuan khusus 9 yaitu klien menggunakan
obat sesuai program yang telah ditetapkan :
Kriteria hasil :
Setelah 1 kali pertemuan klien menjelaskan :
a.
Manfaat minum obat,
kerugian tidak minum obat, nama obat, bentuk dan warna obat, dosis yang
diberikan kepadanya, waktu pemakaian dan cara pemakaian, serta efek yang
dirasakan.
b.
Klien menggunakan obat
sesuai program.
Intervensi :
a.
Jelaskan manfaat
menggunakan obat secara teratur dan kerugian jika tidak minum obat.
b.
Jelaskan kepada klien :
1) Jenis obat (nama, warna, dan bentuk obat)
2) Dosis yang tepat untuk klien
3) Waktu pemakaian
4) Cara pemakaian
5) Efek yang akan dirasakan klien
c.
Anjurkan klien :
1)
Minta dan menggunakan
obat tepat waktu.
2)
Lapor ke perawat atau dokter
jika mengalami efek yang tidak biasa.
3)
Beri pujian terhadap
kedisiplinan klien menggunakan obat.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J., 2001, Buku
Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan), Edisi 8, EGC, Jakarta.
Kaplan, H.I., Sadock,
B.J., 1998, Ilmu Kedokteran Jiwa, Widya Medika, Jakarta
Kaplan, H.I., Sadock,
B.J., 2005, Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat (terjemahan), Widya Medika,
Jakarta.
Keliat, B.A., Herawati,
N., Panjaitan, R.U., dan Helen N., 1998, Proses Keperawatan Jiwa, EGC,
Jakarta.
Keliat, B.A., 2005, Proses
Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2, EGC, Jakarta.
Kusuma W., 1997, Kedaruratan
Psikiatrik dalam Praktek, EGC, Jakarta.
Nanda, 2001, Diagnosis
Keperawatan Nanda, Jakarta
Nanda, 2006, Nursing
Diagnosis : Definition and Clasification, Philadelpia.
Stuart, G.W dan Sundeen,
S.J., 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan), EGC, Jakarta.
Townsend, M.C., 1998, Diagnosa
Keperawatan pada Keperawatan Psikiatrik (terjemahan), Edisi 3, EGC,
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar