LAPORAN PENDAHULUAN DAN
ASUHAN KEPERAWATAN
GASTRITIS
Disusun
oleh:
Lutfy Nooraini
KATA
PENGANTAR
É
Segala Puji bagi Sang Kholik yang
telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas KMB I, tanpa nikmat sehat yang diberikan oleh-Nya sekiranya penulis tidak
akan mampu untuk menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta salam selalu
tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, semoga atas ijin Allah SWT
penulis dan teman-teman semua akan mendapatkan syafaatnya nanti.
Tidak lupa penulis mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman dan kerabat
semua yang turut serta dalam penulisan makalah ini, baik dari segi ide, kreatifitas, dan usaha. Tanpa ada bantuan dari teman-teman semua, mungkin penulis akan mengalami hambatan dalam penulisan makalah ini.
semua yang turut serta dalam penulisan makalah ini, baik dari segi ide, kreatifitas, dan usaha. Tanpa ada bantuan dari teman-teman semua, mungkin penulis akan mengalami hambatan dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam
makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat untuk perbaikan makalah agar
menjadi lebih bermanfaat untuk kita semua.
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Gastritis adalah proses inflamasi
pada lapisan mukosa dan sub mukosa pada lambung. Pada orang awam sering menyebutnya
dengan penyakit maag. Gastritis merupakan salah satu yang
paling banyak dijumpai klinik penyakit dalam pada umumnya. Masyarakat sering
menganggap remeh panyakit gastritis, padahal ini akan semakin besar dan parah
maka inflamasi pada lapisan mukosa akan tampak sembab, merah,
dan mudah berdarah.
Penyakit gastritis sering terjadi pada remaja,
orang-orang yang stres,karena stres dapat meningkatkan produksi asam lambung,
pengkonsumsi alkohol dan obat-obatan anti inflamasi non steroid.
Penyakit gastritis sangat menganggu aktifitas
sehari-hari, karena penderita akan merasa nyeri dan rasa sakit tidak enak pada
perut. Selain dapat menyebabkan rasa tidak enak, juga menyebabkan peredaran
saluran cerna atas, ulkus, anemia kerena gangguan absorbsi vitamin B12.
Ada berbagai cara untuk mengatasi agar
tidak terkena penyakit gastritis dan untuk menyembuhkan gastritis agar tidak
menjadi parah yaitu dengan banyak minum + 8 gelas/hari, istirahat cukup,
kurangi kegiatan fisik, hindari makanan pedas dan panas dan hindari stres. Untuk pencegahan itu peran
pelaksanaan kesehatan sangat pentingyaitu dengan memberikan pendidikan
kesehatan kepada semua warga masyarakat tentang gastritis, baik cara
mencegahnya maupun cara menanganinya. Peran keluarga dan lingkungan juga
mendorong penurunan terjadinya gastritis, yaitu dengan cara hidup sehat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami teoritis dan Asuhan Keperawatan dari Gastritis
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memahami
teoritis dari gastritis (anfis, definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi,
penata laksanaan)
b. Untuk memahami
dan mengetahui asuhan keperawatan yang tepat untuk penderita Gastritis.
BAB II
KONSEP DASAR
KONSEP DASAR
A. Anatomi
Dan Fisiologi Gastritis
Lambung merupakan organ muskular
yang berbentuk menyerupai huruf J yang berfungsi menerima dan mencampur makanan
dari esofagus dengan cairan lambung dan mendorong
makanan ke usus kecil. Makanan memasuki lambung dari esofagus dengan
melewati otot berbentuk cincin yang disebut sfingter yang dapat membuka dan
menutup sehingga berfungsi mencegah makanan kembali ke esofagus (Lestari,
2008).
Lambung memiliki panjang sekitar
25 cm dan 10 cm pada saat kosong, volume 1-1,5 liter pada dewasa normal.
Lambung Terletak persis di bawah diafragma, terdiri dari kardia,
fundus, korpus, antrum dan pylorus.
Sel-sel yang melapisi lambung mensekresikan tiga
komponen penting, yaitu mukus, HCl, dan prekursor pepsin. Mukus yang dihasilkan
oleh sel mukus menyelaputi sel-sel yang melapisi lambung sebagai perlindungan terhadap
kerusakan oleh enzim dan asam. Rusaknya lapisan mukus misalnya oleh infeksi Helicobacter
pylori atau karena aspirin, dapat menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada
ulser lambung. Asam klorida yang dihasilkan oleh sel parietal menyediakn
lingkungan asam yang dibutuhkan pepsin untuk menguraikan protein, serta
sebagai penghalang masuknya infeksi bakteri. Sekresi asam lambung distimulasi
oleh impuls syaraf, gastrin (hormon yang dilepaskan lambung), dan histamin. Sedangkan chief cell yang ditemukan di bagian
paling dalam dari kelenjar lambung menghasilkan enzim pencernan
pepsinogen yang kemudian diubah menjadi
pepsin (Sineltzer dan Bare G. 2001)
B.
Definisi
Gastritis
adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan
secara hispatologi dapat di buktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang
pada daerah tersebut (Baughman dan Haskley. 2000)
Gastritis adalah proses inflamasi pada
lapisan mukosa dan submukosa lambung. Secara histologis dapat dibuktikan
dengan inflamasi sel-sel radang pada daerah tersebut didasarkan pada
manifestasi klinis dapat dibagi menjadi akut dan kronik (Hirlan, 2001 :
127).
Gastritis merupakan gangguan yang sering
terjadi dengan karakteristik adanya anorexia, rasa penuh, dan tidak enak pada
epigastrium, mual, muntah. Gastritis adalah peradangan mukosa lambung,
eksplorasi, mukosa lambung, atau kadang-kadang peradangan bakteri. (Ester, Monica.. 2001)
C. Etiologi
1.
Infeksi bakteri.
Sebagian besar
populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang hidup di bagian dalam
lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Diperkirakan penularan terjadi
melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi
oleh bakteri ini. Infeksi H. pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab
utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis.
Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan peradangan menyebar yang
kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan perlindungan dinding lambung.
Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan dimana
kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak.
2.
Pemakaian obat
penghilang nyeri secara terus menerus
Obat analgesic
anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat
menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang
bertugas melindungi dinding lambung.
3.
Penggunaan
alkohol secara berlebihan.
Alkohol dapat
mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding
lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal.
4.
Penggunaan
kokain.
Kokain dapat merusak
lambung dan menyebabkan perdarahan dan gastritis.
5.
Stres fisik
Stres fisik
akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat dapat
menyebabkan gastritis dan juga borok serta perdarahan pada lambung.
6.
Kelainan
autoimmune
Autoimmune atrophic
gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang
berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara
bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil
asam lambung dan mengganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang
membantu tubuh mengabsorpsi vitamin B12). Kekurangan B12 akhirnya dapat
mengakibatkan pernicious anemia, sebuah konsisi serius yang tidak dirawat dapat
mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh.
7.
Crohn’s disease.
Ketika lambung
terkena penyakit ini, gejala-gejala dari Crohn’s disease (yaitu sakit perut dan
diare dalam bentuk cairan) tampak lebih menyolok daripada gejala gastritis.
8.
Radiasi dan
kemoterapi.
Ketika tubuh
terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat
mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar penghasil asam lambung.
9.
Penyakit bile
refluk.
Bile (empedu)
adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini
diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian
saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot
sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu
mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan
benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan
gastritis.
D. Patofisologi
1.
Gastritis
superfisial akut
Merupakan respon mukosa lambung terhadap
berbagai iritan lokal. Endotoksin bakteri (masuk setelah menelan makanan
terkontaminasi), kafein, alkohol dan aspirin merupakan agen-agen penyebab yang
sering. Membran mukosa lambung menjadi edema dan hiperemik (kongesti dengan
jaringan, cairan dan darah) dan mengalami erosi superficial, bagian ini
mensekresi sejumlah getah lambung, yang mengandug sangat sedikit asam tetapi
banyak mucus. Ulserasi superficial dapat terjadi dan dapat menimbulkan
hemoragi. Mukosa lambung dapat memperbaiki diri sendiri setelah mengalami
gastritis. Kadang-kadang hemoragi memerlukan intervensi bedah.
2.
Gastritis
atrofik kronik
Gastritis kronik diklasifikasikan menjadi tipe
A dan tipe B. Tipe A (sering disebut gastritis autoimun) ditandai oleh atrofi
progresif epitel kelenjar disertai kehilang sel parietal dan sel chief.
Akibatnya, produksi asam klorida, pepsi dan faktor intrinsik menurun. Dinding
lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai permukaan yang rata. Minum alkohol
berlebihan, teh manis dan merokok merupakan predisposisi timbulnya gastritis
akut. Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. Pylori) mempengaruhi antrum
dan pylorus (ujung lambung dekat duodenum). Ini dihubungkan dengan bakteri H.
Pylori; faktor diet seperti minuman panas atau peda; penggunaan obat-obatan dan
alkohol; merokok atau refluks isi lambung.
E. Manifestasi
klinik
1.
Gastritis Akut
a. rasa pedih, kadang – timbul rasa
berdenyut-denyut di perut atas yang ada hubungan dengan makanan
b.
Dapat terjadi
ulserasi superfisal dan mengarah pada hemoragi
c.
Rasa tidak
nyaman pada abdomen dengan sakit kepala kelesuan, mual, anoreksia mungkin terjadi
mual dan muntah serta cegukan.
d.
Beberapa pasien
menunjukkan asimtomatik
e.
Dapat terjadi
lokil dan diare apabila tidak dimuntahkan tetapi malah mencapai usus
f.
Pasien biasanya
mulai pulih kembali sekitar sehari meskipun nafsu makan mungkin akan hilang selama
2-3 hari
2.
Gastritis kronik
a.
Keluhan yang
sering diajukan oleh penderita pada umumnya bersifat ringan dan dirasakan sudah
berbulan-bulan bahkan sudah bertahun-tahun.
b.
Pada umumnya
mengeluh rasa tidak enak diperut atas,lekas kenyang, mual, rasa pedih sebelum
atau sesudah makan dan kadang mulut terasa masam.
F.
Komplikasi
Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan syock hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.
Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus.
G.
Penatalaksaan Farmakologis
Gastritis Akut
Pemberian obat-obatan H2 blocking (Antagonis reseptor H2). Inhibitor pompa proton, ankikolinergik dan antasid (Obat-obatan alkus lambung yang lain). Fungsi obat tersebut untuk mengatur sekresi asam lambung.
Gastritis Kronik
Pemberian obat-obatan atau pengobatan empiris berupa antasid, antagonis H2 atau inhibitor pompa proton.
Gastritis Akut
Pemberian obat-obatan H2 blocking (Antagonis reseptor H2). Inhibitor pompa proton, ankikolinergik dan antasid (Obat-obatan alkus lambung yang lain). Fungsi obat tersebut untuk mengatur sekresi asam lambung.
Gastritis Kronik
Pemberian obat-obatan atau pengobatan empiris berupa antasid, antagonis H2 atau inhibitor pompa proton.
H.
Penatakalsanaa
Non-Farmakologis
Terapi non-farmakologis yang dapat
dilakukan diantaranya mengurangi atau menghilangkan stress psikologis,
menghentikan kebiasaan merokok, tidak menggunakan obat-obat golongan
nonsteroidal anti-inflamatory drug (NSAID). Selain itu penderita gastritis harus menghindari makanan-makanan
yang dapat menyebabkan terjadinya ulcer (tukak) seperti makanan dan minuman
yang mengandung kafein, pedas dan alkohol. (Dipiro, J.T., et al., 2005)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
2. Sirkulasi
Gejala :
- hipotensi
- takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)
- kelemahan / nadi perifer lemah
- pengisian kapiler lambar / perlahan (vasokonstriksi)
- warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
- kelemahan kulit / membran mukosa = berkeringat
Gejala :
- hipotensi
- takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)
- kelemahan / nadi perifer lemah
- pengisian kapiler lambar / perlahan (vasokonstriksi)
- warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
- kelemahan kulit / membran mukosa = berkeringat
3. Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis, perasaan tak berdaya.
Tanda : tanda ansietas
Gejala : faktor stress akut atau kronis, perasaan tak berdaya.
Tanda : tanda ansietas
4. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastro interitis (GI) atau masalah yang berhubungan dengan GI, misal: luka peptik / gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi
Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan. Karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea). Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).
Haluaran urine : menurun, pekat.
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastro interitis (GI) atau masalah yang berhubungan dengan GI, misal: luka peptik / gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi
Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan. Karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea). Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).
Haluaran urine : menurun, pekat.
5. Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
Masalah menelan : cegukan
Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual / muntah
Tanda : muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan darah.
Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis).
Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
Masalah menelan : cegukan
Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual / muntah
Tanda : muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan darah.
Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis).
6. Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi).
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi).
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak
dan hilang dengan makan (gastritis akut). Nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulus gaster). Nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal). Tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis).
Faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat, perhatian menyempit.
Gejala : nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak
dan hilang dengan makan (gastritis akut). Nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulus gaster). Nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal). Tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis).
Faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat, perhatian menyempit.
8. Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda : peningkatan suhu, Spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis / hipertensi portal)
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda : peningkatan suhu, Spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis / hipertensi portal)
9. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung ASA, alkohol, steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal : anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan (misal : trauma kepala), flu usus, atau episode muntah berat. Masalah kesehatan yang lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan (Doengoes, 1999, hal: 455).
Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung ASA, alkohol, steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal : anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan (misal : trauma kepala), flu usus, atau episode muntah berat. Masalah kesehatan yang lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan (Doengoes, 1999, hal: 455).
B.
Diagnosa Keperawatan yang Mungkin
Muncul
1.
Resti gangguan keseimbangan volume
cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat, muntah.
2.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat,
anorexia.
3.
Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung.
4.
Keterbatasan aktivitas berhubungan
dengan kelemahan fisik.
5.
Kurang pengetahuan tentang penyakit
berhubungan dengan kurangnya informasi.
C.
Intervensi
1. Resti gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat,
muntah.
Tujuan :
Resti gangguan keseimbangan cairan tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, elektrolit kembali normal, pengisian kapiler berwarna merah muda, tanda vital stabil, input dan output seimbang.
Tujuan :
Resti gangguan keseimbangan cairan tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, elektrolit kembali normal, pengisian kapiler berwarna merah muda, tanda vital stabil, input dan output seimbang.
Intervensi :
Kaji tanda dan gejala dehidrasi, observasi TTV, ukur intake dan out anjurkan klien untuk minum ± 1500-2500ml, observasi kulit dan membran mukosa, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infus.
Kaji tanda dan gejala dehidrasi, observasi TTV, ukur intake dan out anjurkan klien untuk minum ± 1500-2500ml, observasi kulit dan membran mukosa, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infus.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, anorexia.
Tujuan :
Gangguan nutrisi teratasi.
Kriteria Hasil :
Berat badan stabil, nilai laboratorium Albumin normal, tidak mual dan muntah BB dalam batas normal, bising usus normal.
Intervensi :
Kaji intake makanan, timbang BB secara teratur, berikan perawatan oral secara teratur, anjurkan klien makan sedikit tapi sering, berikan makanan dalam keadaan hangat, auskultasi bising usus, kaji makanan yang disukai, awasi pemeriksaan laboratorium misalnya : Hb, Ht, Albumin.
Tujuan :
Gangguan nutrisi teratasi.
Kriteria Hasil :
Berat badan stabil, nilai laboratorium Albumin normal, tidak mual dan muntah BB dalam batas normal, bising usus normal.
Intervensi :
Kaji intake makanan, timbang BB secara teratur, berikan perawatan oral secara teratur, anjurkan klien makan sedikit tapi sering, berikan makanan dalam keadaan hangat, auskultasi bising usus, kaji makanan yang disukai, awasi pemeriksaan laboratorium misalnya : Hb, Ht, Albumin.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi
mukosa lambung.
Tujuan :
Nyeri dapat berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
Nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat, skala nyeri menunjukkan angka 0.
Intervensi :
Kaji skala nyeri dan lokasi nyeri, observasi TTV, berikan lingkungan yang tenang dan nyaman, anjurkan tekhnik relaksasi dengan nafas dalam, lakukan kolaborasi dalam pemberian obat sesuai dengan indikasi untuk mengurangi nyeri.
Tujuan :
Nyeri dapat berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
Nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat, skala nyeri menunjukkan angka 0.
Intervensi :
Kaji skala nyeri dan lokasi nyeri, observasi TTV, berikan lingkungan yang tenang dan nyaman, anjurkan tekhnik relaksasi dengan nafas dalam, lakukan kolaborasi dalam pemberian obat sesuai dengan indikasi untuk mengurangi nyeri.
4. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan :
Keterbatasan aktifitas teratasi.
Kriteria Hasil :
K/u baik, klien tidak dibantu oleh keluarga dalam beraktifitas.
Intervensi :
Tingkatkan tirah baring atau duduk, berikan lingkungan yang tenang dan nyaman, batasi pengunjung, dorong penggunaan tekhnik relaksasi, kaji nyeri tekan pada gaster, berikan obat sesuai dengan indikasi.
Tujuan :
Keterbatasan aktifitas teratasi.
Kriteria Hasil :
K/u baik, klien tidak dibantu oleh keluarga dalam beraktifitas.
Intervensi :
Tingkatkan tirah baring atau duduk, berikan lingkungan yang tenang dan nyaman, batasi pengunjung, dorong penggunaan tekhnik relaksasi, kaji nyeri tekan pada gaster, berikan obat sesuai dengan indikasi.
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan
kurangnya informasi.
Tujuan :
Kurang pengetahuan teratasi.
Kriteria Hasil :
Klien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, perawatan, pencegahan dan pengobatan.
Intervensi :
Kaji tingkat pengetahuan klien, beri pendidikan kesehatan (penyuluhan) tentang penyakit, beri kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya, beritahu tentang pentingnya obat-obatan untuk kesembuhan klien.
Tujuan :
Kurang pengetahuan teratasi.
Kriteria Hasil :
Klien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, perawatan, pencegahan dan pengobatan.
Intervensi :
Kaji tingkat pengetahuan klien, beri pendidikan kesehatan (penyuluhan) tentang penyakit, beri kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya, beritahu tentang pentingnya obat-obatan untuk kesembuhan klien.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Gastritis adalah suatu
proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara hispatologi
dapat di buktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut
(Ilmu Penyakit Dalam Jilid II)
Gastritis adalah proses inflamasi pada
lapisan mukosa dan submukosa lambung. Secara histologis dapat dibuktikan
dengan inflamasi sel-sel radang pada daerah tersebut didasarkan pada
manifestasi klinis dapat dibagi menjadi akut dan kronik (Hirlan, 2001 :
127).
Gastritis merupakan gangguan yang sering
terjadi dengan karakteristik adanya anorexia, rasa penuh, dan tidak enak pada
epigastrium, mual, muntah. Gastritis adalah peradangan mukosa lambung,
eksplorasi, mukosa lambung, atau kadang-kadang peradangan bakteri. (Brunner
& Suddart : 1062)
Berdasarkan
pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa Gastritis merupakan inflamasi
mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau lokal.
2. Saran
Dengan di susunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat menelaah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini sehingga sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Di sampin itu ami juga mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehingga kami bisa berorientasi lebih baik pada makalah kami selanjutnya.
Dengan di susunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat menelaah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini sehingga sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Di sampin itu ami juga mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehingga kami bisa berorientasi lebih baik pada makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Baughman dan Haskley. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. 2000.
Dipiro,
J.T., et al. Penatalaksanaan Gastritis. Jakarta. EGC. 2005
Ester, Monica. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. 2001.
Ester, Monica. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. 2001.
Lestari. Asuhan
Keperawatan Pada Gastritis. Jakarta : EGC. 2008
Hirlan. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta : FKUI. 2001.
Sineltzer dan Bare G. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. 2001.
Hirlan. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta : FKUI. 2001.
Sineltzer dan Bare G. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. 2001.
obat aborsi
BalasHapusjual obat aborsi
obat penggugur kandungan
obat aborsi tradisional
obat aborsi 1 bulan
obat aborsi 2 bulan
obat aborsi 3 bulan
obat aborsi 4 bulan
obat aborsi 5 bulan
obat aborsi 6 bulan
Artikel Kesehatan yang dipaparkan sangat bagus.
BalasHapusGastritis sering terjadi pada remaja, orang-orang yang stres, karena stres dapat meningkatkan produksi asam lambung, pengkonsumsi alkohol dan obat-obatan anti inflamasi non steroid. Gejala yang timbul pada penyakit gastritis adalah rasa tidak enak pada perut, perut kembung, sakit kepala, mual,lidah berlapis