LAPORAN PENDAHULUAN DAN
ASUHAN KEPERAWATAN
OSTEOPOROSIS
Disusun oleh:
Lutfy Nooraini
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas anugerah-NYA Tugas
Makalah Keperawatan Medikal Bedah yang berjudul “OSTEOPOROSIS” telah selesai.
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas KMB III
yang diampu oleh Ibu Sri mulyani, S.Kep.,Ns, selain itu dalam makalah ini
dibahas mengetahui pengertian osteoporosis
, etiologi, patofisiologi, pathway, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang diagnostik, komplikasi, penatalaksanaan medis, dan proses asuhan keperawatan.
, etiologi, patofisiologi, pathway, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang diagnostik, komplikasi, penatalaksanaan medis, dan proses asuhan keperawatan.
Namun kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
benyak kekurangan, karena itu kami sangat mengharapkan berbagai kritik dan
saran yang membangun sebagai evaluasi demi penyempurnaan makalah ini
selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.
Wonosobo , 25 Maret 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL..................................................................................................... .... i
KATA
PENGANTAR................................................................................................... .... ii
DAFTAR
ISI.................................................................................................................. .... iii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................................. .... 1
A. Latar
Belakang.................................................................................................... .... 1
B. Tujuan................................................................................................................. .... 2
BAB
II PEMBAHASAN.............................................................................................. .... 3
A. Definisi............................................................................................................... .... 3
B. Etiologi............................................................................................................... .... 4
C. Patofisiologi........................................................................................................ .... 6
D. Pathways............................................................................................................. .... 7
E. Tanda dan Gejala
............................................................................................... .... 8
F. Pemeriksaan
Penunjang...................................................................................... .... 8
G. Penatalaksanaan.................................................................................................. .... 9
H. Pengkajian .......................................................................................................... .... 9
I. Diagnosa
Keperawatan ........................................................................................... 10
J. Intervensi
Keperawatan .......................................................................................... 10
BAB
III PENUTUP....................................................................................................... .... 12
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Penyakit
tulang dan patah tulang merupakan salah satu dari sindrom geriatric, dalam arti
insidens dan akibatnya pada usia lanjut yang cukup significant.
Dengan
bertambahnya usia terdapat peningkatan hilang tulang secara linear. Hilang
tulang ini lebih nyata pada wanita dibanding pria. Tingkat hilang tulang ini
sekitar 0,5 – 1% per tahun dari berat tulang pada wanita pasca menopause dan
pada pria > 80 tahun. Hilang tulang ini lebih mengenai bagian trabekula dibanding
bagian korteks, dan pada pemeriksaan histologik wanita dengan osteoporosis
spinal pasca menopause tinggal mempunyai tulang trabekula < 14% (nilai
normal pada lansia 14 – 24% ) (Peck, 1989).
Sepanjang
hidup tulang mengalami perusakan (dilaksanakan oleh sel osteoklas) dan
pembentukan (dilakukan oleh sel osteoblas) yang berjalan bersama-sama, sehingga
tulang dapat membentuk modelnya seseuai dengan pertumbuhan badan (proses
remodelling). Oleh
karena itu dapat dimengerti bahwa proses remodelling ini akan sangat cepat pada
usia remaja (growth spurt). Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan
dan pengrusakan oleh kedua jenis sel tersebut. Apabila hasil akhir perusakan
(resorbsi/destruksi) lebih besar dari pembentukan (formasi) maka akan timbul
osteoporosis.
Kondisi
ini tentu saja sangat mencemaskan siapapun yang peduli, hal ini terjadi karena
ketidaktahuan pasien terhadap osteoporosis dan akibatnya. Beberapa hambatan
dalam penanggulangan dan pencegahan osteoporosis antara lain karena kurang
pengetahuan, kurangnya fasilitas pengobatan, faktor nutrisi yang disediakan, serta
hambatan-hambatan keuangan. Sehingga diperluan kerja sama yang baik antara
lembaga-lembaga kesehatan, dokter dan pasien. Pengertian yang salah tentang
perawatan osteoporosis sering terjadi karena kurangnya pengetahuan.
Peran
dari petugas kesehatan dalam hal ini adalah dokter dan perawat sangatlah mutlak
untuk dilaksanakan. Karena dengan perannya akan membantu dalam mengatasi
peningkatan angka prevalensi dari osteoporosis. Perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan berperan dalam upaya pendidikan dengan memberikan penyuluhan
tentang pengertian osteoporosis, penyebab dan gejala osteoporosis serta
pengelolaan osteoporosis. Berperan juga dalam meningkatkan mutu dan pemerataan
pelayanan kesehatan serta peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik pasien
serta keluarganya dalam melaksanakan pengobatan osteoporosis. Peran yang
terakhir adalah peningkatan kerja sama dan system rujukan antar berbagai
tingkat fasilitas pelayanan kesehatan, hal ini akan memberi nilai posistif
dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
B. Tujuan
1.
Tujuan
Umum :
Untuk
megetahui gambaran secara nyata dan lebih mendalam tentang pemberian asuhan
keperawatan pada pasien
dengan osteoporosis.
2.
Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa
mampu memahami pengertian osteoporosis
b. Mahasiswa
mampu memahami etiologi osteoporosis
c. Mahasiswa
mampu memahami patofisiologi osteoporosis
d. Mahasiswa
mampu memahami manifestasi osteoporosis
e. Mahasiswa
mampu memahami pemeriksaan diagnostik osteoporosis
f. Mahasiswa
mampu memahami komplikasi osteoporosis
g. Mahasiswa
mampu memahami penatalaksanaan osteoporosis
h. Mahasiswa
mampu memahami konsep dasar asuhan keperawatan osteoporosis
BAB II
KONSEP
TEORI
A. DEFINISI
Osteoporosis adalah
suatu keadaan pengurangan jaringan tulang per unit volume, sehingga tidak mampu
melindungi atau mencegah terjadinya fraktur terhadap trauma minimal. Secara
histopatologis osteoporosis ditandai oleh berkurangnya ketebalan korteks
disertai dengan berkurangnya jumlah maupun ukuran trabekula tulang.(Doengoes, Marilynn E:2000).
Osteoporosis
adalah kondisi terjadinya penurunan densitas/matriks/massa tulang, peningkatan
porositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi disertai dengan kerusakan
arsitektur mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan kekokohan tulang
sehingga tulang menjadi mudah patah.( R. Boedhi Darmojo:2000)
osteoporosis
adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi
rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan
fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat.(
Brunner
& Suddarth:2002)
Penurunan
Massa tulang ini sebagai akibat dari berkurangnya pembentukan, meningkatnya
perusakan (destruksi) atau kombinasi dari keduanya (Corwn elizabeth. 2001.).
Menurut pembagiannya dapat
dibedakan atas : (Brunner & Suddarth:2002) :
1.
Osteoporosis
Primer yang terjadi bukan sebagai akibat penyakit yang lain, yang dibedakan
lagi atas :
a. Osteoporosis
tipe I (pasca menopause), yang kehilangan tulang terutama dibagian trabekula
b. Osteoporosis
tipe II (senilis), terutama kehilangan Massa tulang daerah korteks
c. Osteoporosis
idiopatik yang terjadi pada usia muda denganpenyebab yang tidak diketahui
2. Osteoporosis
sekunder yang terjadi pada atau akibat penyakit lain, antara lain
hiperparatiroid, gagal ginjal kronis, arthritis rematoid dan lain-lain.
B. ETIOLOGI
1. Determinan
Massa Tulang
Massa tulang maksimal
pada usia dewasa ditentukan oleh berbagai factor antara lain :
a.
Faktor genetic
Perbedaan genetic
mempunyai pengaruh terhadap kepadatan tulang
b. Faktor
mekanik
Beban
mekanik berpengaruh terhadap massa tulang, bertambahnya beban akan menambah
massa tulang dan berkurangnya massa tulang. Ada hubungan langsung dan nyata
antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respon
terhadap kerja mekanik. Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot
besar dan juga massa tulang yang besar.
c.
Faktor makanan
dan hormon
Pada
seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan
mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh
genetic yang bersangkutan
2.
determinan pengurangan massa tulang
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
penurunan massa tulang pada usia lanjut yang dapat mengakibatkan fraktur
osteoporosis pada dasarnya sama seperti pada factor-faktor yang mempengaruhi
massa tulang.
a.
Faktor genetic
Factor genetic berpengaruh terhadap
resiko terjadinya fraktur. Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih
mudah mendapat resiko fraktur dari seseorang denfan tulang yang besar.
b.
Factor mekanis
Pada umumnya aktifitas fisik akan
menurun dengan bertambahnya usia dan karena massa tulang merupakan fungsi beban
mekanik, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.
c.
Faktor lain
1.)
Kalsium
Kalsium
merupakan nutrisi yang penting, dengan masukan kalsium yang rendah dan
absorbsinya tidak baik akan mengakibatkan keseimbangan kalsium yang negatif
begitu sebaliknya.
2.)
Protein
Parotein yang berlebihan akan
mengakibatkan kecenderungan keseimbangan kalsium yang negatif
3.) Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari
dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium, karena
menurunnya efisiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya
konservasi kalsium diginjal.
4.) Rokok
dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah
banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila
disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh rokok terhadap
penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak
ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
5.) Alkohol
Individu dengan alkoholisme mempunyai
kecenderungan masukan kalsium yang rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin
yang meningkat. Mekanisme yang pasti belum diketahui.
C.
PATOFISIOLOGI
Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan
meningkatkan massa tulang sampai sekitar usia 35 tahun. Genetik, nutrisi, gaya
hidpu (merokok, minum kopi), dan aktifitas fisik mempengaruhi puncak massa
tulang. Kehilangan karena usia mulai segera setelah tercapai puncaknya massa
tulang. Menghilangnya estrogen pada saat menopause mengakibatkan percepatan
resorbsi tulang dan berlangsung terus selama tahun-tahun pasca menopause.
Faktor nutrisi mempengaruhi pertumbuhan
osteoporosis. Vitamin D penting untuk absorbsi kalsium dan untuk mineralisasi
tulang normal. Diet mengandung kalsium dan vitamin D harus mencukupi untuk
mempertahankan remodelling tulang dan fungsi tubuh. Asupan kalsium dan vitamin
D yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun mengakibatkan pengurangan massa
tulang dan pertumbuhan osteoporosis.
D. PATHWAYS
Normal
Genetik,gaya
hidup,alcohol,
penurunan
prod.hormon
Penurunan masa
tulang
Osteoporosis
(gangguan muskuloskeletal)
Kiposis/Gibbus
Pengaruh pada fisik Pengaruh
pada psikososial
Fungsi tubuh Keterbatasan gerak Konsep
diri
menurun -pembatasan grk & lat. -Gmbaran body image
menurun -pembatasan grk & lat. -Gmbaran body image
-nyeri pinggang -kemampuan memenuhi ADL -Isolasi sosial
-TB & BB menurun -Inefektif
koping individu
Reseptor nyeri nafsu makan menurun
Gang.rs nyaman (nyeri)
|
Lemas,letih
Disfungsi skelet Adaptasi lingkungan
berkurang
Perubahan mobilitas
fisik
|
Resiko injuri
|
E.
TANDA
DAN GEJALA
1. Nyeri
dengan atau tanpa adanya fraktur yang nyata
2. Nyeri
timbul secara mendadadak
3. Nyeri
dirasakan ringan pada pagi hari (bangun tidur)
4. Nyeri
akan bertambah karena melakukan aktifitas atau pekerjaan sehari-hari atau
karena pergerakan yang salah
5. Rasa
sakit karena oleh adanya fraktur pada anggota gerak
6. Rasa
sakit karena adanya kompresi fraktur pada vertebra
7. Rasa
sakit hebat yang terlokalisasi pada daerah vertebra
8. Rasa
sakit akan berkurang apabila pasien istirahat di tempat tidur
F. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Osteoporosis teridentifikasi pada
pemeriksaan sinar-x rutin bila sudah terjadi demineralisasi 25% sampai 40%.
Tampak radiolusesnsi tulang. Ketika vertebra kolaps, vertebra torakalis menjadi
berbentuk baji dan vertebra lumbalis menjadi bikonkaf.
Pemeriksaan laboratorium (missal kalsium
serum, fosfat, serum, fosfatase alkalu, ekskresi kalsium urine, ekskresi
hidroksi prolin urine, hematokrit, laju endap darah), dan sinar-x dilakukan
untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis medis lain (missal ; osteomalasia,
hiperparatiroidisme, dlll) yang juga menyumbang terjadinya kehilangan tulang.
Absorbsiometri foton-tunggal dapat
digunakan untuk memantau massa tulang pada tulang kortikal pada sendi
pergelangan tangan. Absorpsiometri dual-foton, dual energy x-ray absorpsiometry
(DEXA) , dan CT mampu memberikan informasi mengenai massa tulang pada tulang
belakang dan panggul. Sangat berguna untuk mengidentifikasi tulang osteoporosis
dan mengkaji respon terhadap terapi.
G. PENATALAKSANAAN
Diet kaya kalsium dan vitamin D yang
mencukupi dan seimbang sepanjang hidup, dengan peningkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan, dapat
melindungi terhadap demineralisasi skeletal.
Pada menopause, terapi penggantian
hormon dengan estrogen dan progesterone dapat diresepkan untuk memperlambat
kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah tulang yang diakibatkannya.
Obat-obat yang lain yang dapat
diresepkan untuk menanngani osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium florida,
dan natrium etidronat. Kalsitonin secara primer menekan kehilangan tulang dan
diberikan secara injeksi subkutan atau intramuskular. Efek samping (misal :
gangguan gastrointestinal, aliran panas, frekuensi urin), biasanya ringan dan
hanya kadang-kadang dialami. Natrium florida memperbaiki aktifitas osteoblastik
dan pembentukan tulang.
H. PENGKAJIAN
Promosi kesehatan, identifikasi individu
dengan resiko mengalami osteoporosis, dan penemuan masalah yang berhubungan
dengan osteoporosis membentuk dasar bagi pengkajian keperawatan. Wawancara
meliputu pertanyaan mengenai terjadinya osteoporosis dalam keluarga, fraktur
sebelumnya, konsumsi kalsium diet harian, pola latihan, awitan menopause, dan
penggunaan kortikosteroid selain asupan alcohol, rokok dan kafein. Setiap
gejala yang dialami pasien, seperti nyeri pingggang, konstipasi atau gangguan
citra diri, harus digali.
Pemeriksaan fisik kadang menemukan
adanya patah tulang, kifosis vertebra torakalis atau pemendekan tinggi badan.
Masalah mobilitas dan pernafasan dapat terjadi akibat perubahan
postur dan kelemahan otot. Konstipasi dapat terjadi akibat inaktifitas.
I. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan
dengan agen cedera biologi.
2. Perubahan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan
skeletal (kifosis).
3. Risiko
injuri berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan
ketidakseimbangan tubuh.
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologi
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang .
Intervensi :
a.
Evaluasi keluhan
nyeri/ketidaknyamanan, perhatikan lokasi dan karakteristik termasuk intensitas
(skala 1-10). Perhatikan petunjuk nyeri nonverbal (perubahan pada tanda vital
dan emosi/prilaku).
b.
Ajarkan klien tentang
alternative lain untuk mengatasi dan mengurangi rasa nyerinya.
c.
Dorong menggunakan
teknik manajemen stress contoh relaksasi progresif, latihan nafasa dalam,
imajinasi visualisasi, sentuhan teraupetik.
d.
Kolaborasi dalam
pemberian obat sesuai indikasi.
2.
Perubahan mobilitas fisik yang berhubungan
dengan disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis).
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien
mampu melakukan mobilitas fisik .
Intervensi :
a.
Kaji tingkat kemampuan klien yang masih
ada.
b. Rencanakan tentang pemberian program latihan, ajarkan klien tentang
aktivitas hidup sehari-hari yang dapat dikerjakan.
c.
Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas
/perawatan diri secara bertahap jika dapat ditoleransi.Berikan bantuan sesuai
kebutuhan.
3.
Risiko injuri berhubungan dengan dampak sekunder
perubahan skeletal dan ketidakseimbangan tubuh
Tujuan :
Tujuan :
Cedera/injuri tidak terjadi.
Intervensi :
a.
Ciptakan lingkungan yang
bebas dari bahaya missal : tempatkan klien pada tempat tidur rendah, berikan
penerangan yang cukup, tempatkan klien pada ruangan yang mudah untuk
diobservasi.
b.
Ajarkan pada klien untuk
berhenti secara perlahan,tidak naik tangga dan mengangkat beban berat
c.
Observasi efek samping
obat-obatan yang digunakan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Osteoporosis adalah suatu keadaan pengurangan jaringan
tulang per unit volume, sehingga tidak mampu melindungi atau mencegah
terjadinya fraktur terhadap trauma minimal. Secara histopatologis osteoporosis
ditandai oleh berkurangnya ketebalan korteks disertai dengan berkurangnya
jumlah maupun ukuran trabekula tulang.(Doengoes, Marilynn E:2000).
B. Saran
Sebagai perawat dalam melakukan tindakan
asuhan keperawatan berperan dalam upaya pendidikan dengan memberikan penyuluhan
tentang pengertian osteoporosis, penyebab dan gejala osteoporosis serta
pengelolaan osteoporosis. Berperan juga dalam meningkatkan mutu dan pemerataan
pelayanan kesehatan serta peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik pasien
serta keluarganya dalam melaksanakan pengobatan osteoporosis. Peran yang
terakhir adalah peningkatan kerja sama dan system rujukan antar berbagai
tingkat fasilitas pelayanan kesehatan, hal ini akan memberi nilai posistif
dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Corwn elizabeth. 2001. Buku Saku
Patofisiologi. Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan
Medikal Bedah Vol 3, Jakarta, EGC, 2002
Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien,
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000
Price,
S. A & Wilson, L. Patifisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit; alih
bahasa, Brahm U. Pendit..[et. al].
Edisi 6. Jakarta: ECG.2001
R. Boedhi Darmojo, Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut), Jakarta, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2000
mba' saya bingung pathway nya....mhon sibantu soalnya saya ada tugas materi ini....
BalasHapus