LAPORAN
PENDAHULUAN DAN
ASUHAN
KEPERAWATAN
GOITER
Disusun
oleh:
Lutfy Nooraini
KATA PENGANTAR
Segala Puji
bagi Sang Kholik yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas KMB III, tanpa nikmat sehat yang diberikan oleh-Nya
sekiranya penulis tidak akan mampu untuk menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta
salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, semoga atas ijin
Allah SWT penulis dan teman-teman semua akan mendapatkan syafaatnya nanti.
Tidak lupa
penulis mengucapkan terimakasih kepada teman-teman dan kerabat semua yang turut
serta dalam penulisan makalah ini, baik dari segi ide, kreatifitas, dan usaha.
Tanpa ada bantuan dari teman-teman semua, mungkin penulis akan mengalami
hambatan dalam penulisan makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat untuk
perbaikan makalah agar menjadi lebih bermanfaat untuk kita semua.
Penulis,
PEDAHULUAN
1. Latar Belakang
Istilah Goiter berarti terjadinya
pembesaran pada kelenjar tiroid, yang dikenal dengan goiter non toxik atau
simpel goiter atau struma endemik, dengan dampak yang ditimbulkannya hanya
bersifat local yaitu sejauh mana pembesaran tersebut mempengaruhi organ
disekitarnya seperti pengaruhnya pada trachea dan esophagus.
Goiter adalah salah satu cara mekanisme
kompensasi tubuh terhadap kurangnya unsure yodium dalam makanan dan minuman.
Asupan yodium dapat diperiksa secara langsung yaitu dengan cara menganalisis
makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu yang mengidap goiter,
sedangkan pemeriksaan secara tidak langsung dipakai berbagai cara antara
lain : pemeriksaan kadar yodium dalam urine dan dengan
studi kinetik yodium.
Berdasarkan kejadiannya atau penyebarannya
ada yang disebut struma endemis dan sporadik. Secara sporadik dimana
kasus-kasus struma ini dijumpai menyebar diberbagai tempat atau daerah. Bila
dihubungkan dengan penyebab maka struma sporadik banyak disebabkan oleh faktor
goitrogenik, anomali, penggunaan obat-obat anti tiroid, peradangan dan
neoplasma, secara endemis, dimana kasus-kasus struma ini dijumpai pada
sekelompok orang didaerah tertentu, sdihubungkan dengan penyakit defisiensi
yodium.Pada umumnya goiter sering dijumpai pada daerah pegunungan, namun ada
juga yang ditemukan di dataran rendah dan ditepi pantai.
2. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembahasan ini
yaitu:
1. Mengetahui konsep medis dari penyakit
goiter
2. Mengetahui asuhan keperawatan penyakit
goiter
KONSEP DASAR
A. Definisi
TIROID merupakan satu kelenjar kecil berbentuk seakan rama-rama
seberat satu ons yang terletak di bawah halkum. Ia menghasilkan sejenis hormon
yang berfungsi mengawal hal-hal berkaitan metabolisme - dari kadar degupan
jantung ke kelajuan tubuh membakar kalori.
Goiter
adalah pembesaran pada kelenjar tiroid disebut juga struma adalah suatu
pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan
glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar
dan morfologinya.
B. Etiologi
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi
kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi
kelenjar tiroid, maka kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar
TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik negative oleh HT pada hipofisis
anterior dan hipotalamus. Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi
hipofisis, maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH
dari hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH
maupun HT. Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan
menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH. Penyakit Hipotiroidisme
1. Penyakit Hashimoto, juga disebut tiroiditis
otoimun, terjadi akibat adanya otoanti .bodi yang merusak jaringan kelenjar
tiroid. Hal ini menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH
akibat umpan balik negatif yang minimal, Penyebab tiroiditis otoimun tidak
diketahui, tetapi tampaknya terdapat kecenderungan genetic untuk mengidap
penyakit ini. Penyebab yang paling sering ditemukan adalah
tiroiditisHashimoto.Pada tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid seringkali
membesar dan hipotiroidisme terjadi beberapa bulan kemudian akibat rusaknya
daerah kelenjar yang masih berfungsi.
2. Penyebab kedua tersering adalah pengobatan
terhadap hipertiroidisme. Baik yodium radioaktif maupun pembedahan cenderung
menyebabkan hipotiroidisme.
3. Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat
defisiensi iodium dalam makanan. Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid. Pada
defisiensi iodiurn terjadi gondok karena sel-sel tiroid menjadi aktif
berlebihan dan hipertrofik dalarn usaha untuk menyerap sernua iodium yang
tersisa dalam. darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang
tinggi karena minimnya umpan balik. Kekurangan yodium jangka panjang dalam makanan,
menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme
goitrosa).
4. Kekurangan yodium jangka panjang merupakan
penyebab tersering dari hipotiroidisme di negara terbelakang.
5. Karsinoma tiroid dapat, tetapi tidak
selalu, menyebabkan hipotiroidisme. Namun, terapi untuk kanker yang jarang
dijumpai ini antara lain adalah tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH, atau
terapi iodium radioaktif untuk mengbancurkan jaringan tiroid. Semua pengobatan
ini dapat menyebabkan hipotiroidisme. Pajanan ke radiasi, terutama masa
anak-anak, adalah penyebab kanker tiroid. Defisiensi iodium juga dapat
meningkatkan risiko pembentukan kanker tiroid karena hal tersebut merangsang
proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.
C. Klasifikasi Goiter
Secara klinis pemeriksaan klinis struma
toksik dapat dibedakan menjadi sebagai berikut :
a. Struma Toksik
Struma toksik dapat dibedakan atas dua
yaitu struma diffusa toksik dan struma nodusa toksik. Istilah diffusa dan
nodusa lebih mengarah kepada perubahan bentuk anatomi dimana struma diffusa
toksik akan menyebar luas ke jaringan lain. Jika tidak diberikan tindakan medis
sementara nodusa akan memperlihatkan benjolan yang secara klinik teraba satu
atau lebih benjolan (struma multinoduler toksik). Struma diffusa toksik
(tiroktosikosis) merupakan hipermetabolisme karena jaringan tubuh dipengaruhi
oleh hormon tiroid yang berlebihan dalam darah. Penyebab tersering adalah
penyakit Grave (gondok eksoftalmik/exophtalmic goiter), bentuk tiroktosikosis
yang paling banyak ditemukan diantara hipertiroidisme lainnya. Perjalanan
penyakitnya tidak disadari oleh pasien meskipun telah diiidap selama
berbulan-bulan. Antibodi yang berbentuk reseptor TSH beredar dalam sirkulasi
darah, mengaktifkan reseptor tersebut dan menyebabkan kelenjar tiroid hiperaktif.
Meningkatnya kadar hormon tiroid cenderung menyebabkan peningkatan pembentukan
antibodi sedangkan turunnya konsentrasi hormon tersebut sebagai hasilpengobatan
penyakit ini cenderung untuk menurunkan antibodi tetapi bukan mencegah
pembentukyna. Apabila gejala gejala hipertiroidisme bertambah berat dan
mengancam jiwa penderita maka akan terjadi krisis tirotoksik. Gejala klinik
adanya rasa khawatir yang berat, mual, muntah, kulit dingin, pucat, sulit
berbicara dan menelan, koma dan dapat meninggal.
b. Struma Non Toksik
Struma non toksik sama halnya dengan struma
toksik yang dibagi menjadi struma diffusa non toksik dan struma nodusa non
toksik. Struma non toksik disebabkan oleh kekurangan yodium yang kronik. Struma
ini disebut sebagai simple goiter, struma endemik, atau goiter koloid yang
sering ditemukan di daerah yang air minumya kurang sekali mengandung yodium dan
goitrogen yang menghambat sintesa hormon oleh zat kimia. Apabila dalam
pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu nodul, maka pembesaran ini disebut
struma nodusa. Struma nodusa tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme dan
hipotiroidisme disebut struma nodusa non toksik. Biasanya tiroid sudah mulai
membesar pada usia muda dan berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa.
Kebanyakan penderita tidak mengalami keluhan karena tidak ada hipotiroidisme
atau hipertiroidisme, penderita datang berobat karena keluhan kosmetik atau
ketakutan akan keganasan. Namun sebagian pasien mengeluh adanya gejala mekanis
yaitu penekanan pada esofagus (disfagia) atau trakea (sesak napas), biasanya
tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan di dalam nodul. Struma
non toksik disebut juga dengan gondok endemik, berat ringannya endemisitas
dinilai dari prevalensi dan ekskresi yodium urin. Dalam keadaan seimbang maka
yodium yang masuk ke dalam tubuh hampir sama dengan yang diekskresi lewat urin.
Kriteria daerah endemis gondok yang dipakai Depkes RI adalah endemis ringan
prevalensi gondok di atas 10 %-< 20 %, endemik sedang 20 % - 29 % dan
endemik berat di atas 30 %.
Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme
mengalami hipotiroidisme primer atau tiroidal yang mengacu kepada disfungsi
kelenjar tiroid itu sendiri.Apabila disfungsi tiroid disebabkan oleh kegagalan
kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya disebut hipotiroidisme sentral
(hipotiroidisme sekunder) atau pituitaria. Jika sepenuhnya disebabkan oleh
hipofisis di sebut hipotiroidisme tersier.
a. Primer
- Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase penyembuhan
setelah tiroiditis, defisiensi yodium
- Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi setelah
pemberian yodium radioaktif atau radiasi eksternal, agenesis, amiodaron
b. Sekunder : kegagalan hipotalamus (penurunan
TRH, TSH yang berubah-ubah, penurunan T4 bebas) atau kegagalan pituitari
(penurunan TSH,penurunan T4 bebas)
D. Patofisiologi
Aktifitas utama kelenjar tiroid
adalah untuk berkonsentrasi yodium dari darah untuk membuat hormon tiroid.
Kelenjar tersebut tidak dapat membuat hormon tiroid cukup jika tidak memiliki
cukup yodium. Oleh karena itu, dengan defisiensi yodium individu akan menjadi
hipotiroid. Akibatnya, tingkat hormon tiroid terlalu rendah dan mengirim sinyal
ke tiroid. Sinyal ini disebut thyroid stimulating hormone (TSH).
Seperti namanya, hormon ini merangsang tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid
dan tumbuh dalam ukuran yang besar Pertumbuhan abnormal dalam ukuran
menghasilkan apa yang disebut sebuah gondok.
Kelenjar tiroid dikendalikan
oleh thyroid stimulating hormone (TSH) yang juga dikenal
sebagai thyrotropin. TSH disekresi dari kelenjar hipofisis, yang
pada gilirannya dipengaruhi oleh hormon thyrotropin releasing hormon (TRH)
dari hipotalamus. Thyrotropin bekerja pada reseptor TSH
terletak pada kelenjar tiroid. Serum hormon tiroid levothyroxine dan triiodothyronine umpan
balik ke hipofisis, mengatur produksi TSH. Interferensi dengan sumbu ini TRH
hormon tiroid TSH menyebabkan perubahan fungsi dan struktur kelenjar tiroid.
Stimulasi dari reseptor TSH dari tiroid oleh TSH, TSH reseptor antibodi, atau
agonis reseptor TSH, seperti chorionic gonadotropin, dapat mengakibatkan gondok
difus. Ketika sebuah kelompok kecil sel tiroid, sel inflamasi, atau sel ganas
metastasis untuk tiroid terlibat, suatu nodul tiroid dapat berkembang.
Kekurangan dalam sintesis
hormon tiroid atau asupan menyebabkan produksi TSH meningkat. Peningkatan TSH
menyebabkan peningkatan cellularity dan hiperplasia kelenjar tiroid dalam upaya
untuk menormalkan kadar hormon tiroid. Jika proses ini berkelanjutan, maka akan
mengakibatkan gondok. Penyebab kekurangan hormon tiroid termasuk kesalahan
bawaan sintesis hormon tiroid, defisiensi yodium, dan goitrogens. Gondok dapat
juga terjadi hasil dari sejumlah agonis reseptor TSH. Pendorong reseptor TSH
termasuk antibodi reseptor TSH, resistensi terhadap hormon tiroid hipofisis,
adenoma kelenjar hipofisis hipotalamus atau, dan tumor memproduksi human
chorionic gonadotropin. Pemasukan iodium yang kurang, gangguan berbagai enzim
dalam tubuh, hiposekresi TSH, glukosil goitrogenik (bahan yang dapat menekan
sekresi hormone tiroid), gangguan pada kelenjar tiroid sendiri serta factor
pengikat dalam plasma sangat menentukan adekuat tidaknya sekresi hormone
tiroid. Bila kadar – kadar hormone tiroid kurang maka akan terjadi mekanisme
umpan balik terhadap kelenjar tiroid sehingga aktifitas kelenjar meningkat dan
terjadi pembesaran (hipertrofi).
Dampak goiter terhadap tubuh
terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi kedudukan
organ-organ lain di sekitarnya. Di bagian posterior medial kelenjar tiroid
terdapat trakea dan esophagus. Goiter dapat mengarah ke dalam sehingga
mendorong trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas
dan disfagia yang akan berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi
serta cairan dan elektrolit. Penekanan pada pita suara akan menyebabkan suara
menjadi serak atau parau. Bila pembesaran keluar, maka akan memberi bentuk
leher yang besar dapat simetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas
dan disfagia. Tentu dampaknya lebih ke arah estetika atau kecantikan. Perubahan
bentuk leher dapat mempengaruhi rasa aman dan konsep diri klien.
E. Manifestasi klinis
Gejala utama :
1. Pembengkakan, mulai dari ukuran
sebuah nodul kecil untuk sebuah benjolan besar, di bagian depan leher tepat di
bawah Adam’s apple.
2. Perasaan sesak di daerah
tenggorokan.
3. Kesulitan bernapas (sesak
napas), batuk, mengi (karena kompresi batang tenggorokan).
4. Kesulitan menelan (karena
kompresi dari esofagus).
5. Suara serak.
6. Distensi vena leher.
7. Pusing ketika lengan
dibangkitkan di atas kepala
8. Kelainan fisik (asimetris
leher)
Dapat juga terdapat gejala lain,
diantaranya :
1. Tingkat peningkatan denyut nadi
2. Detak jantung cepat
3. Diare, mual, muntah
4. Berkeringat tanpa latihan
5. Goncangan
6. Agitasi
F. Penatalaksanaan
Perawatan akan tergantung pada penyebab gondok.
1. Defisiensi Yodium
Gondok disebabkan kekurangan
yodium dalam makanan maka akan diberikan suplementasi yodium melalui mulut. Hal
ini akan menyebabkan penurunan ukuran gondok, tapi sering gondok tidak akan
benar-benar menyelesaikan.
2. Hashimoto Tiroiditis
Jika gondok disebabkan
Hashimoto tiroiditis dan hipotiroid, maka akan diberikan suplemen hormon tiroid
sebagai pil setiap hari. Perawatan ini akan mengembalikan tingkat hormon tiroid
normal, tetapi biasanya tidak membuat gondok benar-benar hilang. Walaupun
gondok juga bisa lebih kecil, kadang-kadang ada terlalu banyak bekas luka di
kelenjar yang memungkinkan untuk mendapatkan gondok yang jauh lebih kecil.
Namun, pengobatan hormon tiroid biasanya akan mencegah bertambah besar.
3. Hipertiroidisme
Jika gondok karena
hipertiroidisme, perawatan akan tergantung pada penyebab hipertiroidisme. Untuk
beberapa penyebab hipertiroidisme, perawatan dapat menyebabkan hilangnya
gondok. Misalnya, pengobatan penyakit Graves dengan yodium radioaktif biasanya
menyebabkan penurunan atau hilangnya gondok.
Tujuan pengobatan
hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang berlebihan dengan
cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium
radioaktif, tiroidektomi subtotal).
1. Obat antitiroid
Indikasi :
a. Terapi untuk memperpanjang
remisi atau mendapatkan remisi yang menetap, pada pasien muda dengan struma
ringan sampai sedang dan tirotoksikosis.
b. Obat untuk mengontrol
tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan, atau sesudah pengobatan pada
pasien yang mendapat yodium aktif.
c. Persiapan tiroidektomi
d. Pengobatan pasien hamil dan
orang lanjut usia
e. Pasien dengan krisis tiroid
Obat antitiroid yang sering digunakan :
Karbimazol
|
30-60
|
5-20
|
Metimazol
|
30-60
|
5-20
|
Propiltourasil
|
300-600
|
5-200
|
2. Pengobatan dengan yodium
radioaktif
Indikasi :
a. Pasien umur 35 tahun atau lebih
b. Hipertiroidisme yang kambuh
c. Gagal mencapai remisi sesudah
pemberian obat antitiroid
d. Adenoma toksik, goiter
multinodular toksik
3. Operasi
Tiroidektomi subtotal efektif untuk
mengatasi hipertiroidisme.
Indikasi :
a. Pasien umur muda dengan struma
besar serta tidak berespons terhadap obat antitiroid.
b. Pada wanita hamil (trimester
kedua) yang memerlukan obat antitiroid dosis besar
c. Alergi terhadap obat
antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif
d. Adenoma toksik atau struma
multinodular toksik
e. Pada penyakit Graves yang
berhubungan dengan satu atau lebih nodul
f. Multinodular
Banyak gondok, seperti gondok
multinodular, terkait dengan tingkat normal hormon tiroid dalam darah. Gondok
ini biasanya tidak memerlukan perawatan khusus setelah dibuat diagnosa yang
tepat.
G. Pencegahan
Pencegahan primer adalah
langkah yang harus dilakukan untuk menghindari diri dari berbagai faktor
resiko. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
struma adalah :
a. Memberikan edukasi kepada
masyarakat dalam hal merubah pola perilaku makan dan memasyarakatkan pemakaian
garam yodium.
b. Mengkonsumsi makanan yang
merupakan sumber yodium seperti ikan laut.
c. Mengkonsumsi yodium dengan cara
memberikan garam beryodium setelah dimasak, tidak dianjurkan memberikan garam
sebelum memasak untuk menghindari hilangnya yodium dari makanan.
d. Iodisai air minum untuk wilayah
tertentu dengan resiko tinggi. Cara ini memberikan keuntungan yang lebih
dibandingkan dengan garam karena dapat terjangkau daerah luas dan terpencil.
Iodisasi dilakukan dengan yodida diberikan dalam saluran air dalam pipa, yodida
yang diberikan dalam air yang mengalir, dan penambahan yodida dalam sediaan air
minum.
e. Memberikan kapsul minyak beryodium
(lipiodol) pada penduduk di daerah endemik berat dan endemik sedang. Sasaran
pemberiannya adalah semua pria berusia 0-20 tahun dan wanita 0-35 tahun,
termasuk wanita hamil dan menyusui yang tinggal di daerah endemis berat dan
endemis sedang. Dosis pemberiannya bervariasi sesuai umur dan kelamin.
f. Memberikan suntikan yodium
dalam minyak (lipiodol 40%) diberikan 3 tahun sekali dengan dosis untuk dewasa
dan anak-anak di atas 6 tahun 1 cc dan untuk anak kurang dari 6 tahun 0,2-0,8
cc.
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak
kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama.
2. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti
a. Pola makan
b. Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu
untuk tidur).
c. Pola aktivitas.
3. Tempt tinggal klien sekarang dan pada waktu
balita.
4. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada
berbagai sistem tubuh :
a. Sesak nafas, apakah bertambah sesak bila
beraktivitas.
b. Sulit menelan
c. Leher bartambah besar
d. Suara serak / parau
e. Merasa malu dengan leher yang besar dan
tidak simetris.
5. Pemeriksaart fisik mencakup
a. Penampilan secara umum; amati wajah klien
terhadap adanya edema sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta
roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban.
Postur tubuh keen dan pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat.
b. Nadi lambat dan suhu tubuh menurun.
c. Perbesaran jantung
d. Disritmia dan hipotensi
e. Parastesia dan reflek tendon menurun
6. Kaji bagaimana konsep diri klien mencakup
kelima komponen konsep diri
7. Pemeriksaan penunjang mencakup; pemeriksaan
kadar T3 dan T4 serum; pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer
akan terjadi peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat
menurun atau normal).
8. Lakukan pengkajian lengkap dampak perubahan
patologis diatas terhadap kemungkinan adanya gangguan pemenuhan oksigen,
nutrisi, cairan dan elektrolit serta gangguan rasa aman dan perubahan konsep
diri seperti :
a. Status pernafasan : frekwensi, pola dan
teratur tidaknya, dan apakah klien menggunakan otot pernapasan tambahan seperti
retraksi sternal dan cuping hidung.
b. Warna kulit apakah nampak pucat atau
cianosis.
c. Suhu kulit khususnya daerah akral.
d. KU / kesadaran, apakah klien tampak gelisah
atau tidak berdaya
e. Berat badan dan tinggi badan.
f. Kadar Hb
g. Kelembaban kulit dan teksturnya
h. Porsi makan yang dihabiskan
i.
Turgor
j.
Jumlah dan jenis cairan proral yang dikonsumsi
k. Kondisi mukosa mulut
l.
Kualitas suara
m. Bagaimana ekspresi wajah, cara berkomunikasi
dan gaya berinteraksi klien dengan orang disekitarnya.
n. Bagaimana klien memandang dirinya sebagai
seorang pribadi.
B. Diagnosa
Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan
depresi ventilasi
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelelahan dan penurunan proses kognitif.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan asupan nutrien kurang akibat kompresi/penekanan
esophagus ditandai dengan kesulitan menelan makanan (disfagia).
4. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
5. Risti gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan penekanan pita suara
C. Rencana
intervensi
1.
Pola napas
tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
Tujuan:
Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola
napas yang normal.
Intervensi:
1. Memantau frekuensi; kedalaman, pola
pernapasan; oksimetri denyut nadi dan gas darah arterial
Rasional : Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar
untuk memantau perubahan selanjutnya dan mengevaluasi efektifitas intervensi.
2. Mendorong pasien untuk napas dalam dan
batuk
Rasional : Mencegah aktifitas dan
meningkatkan pernapasan yang adekuat.
3. Memberikan obat (hipnotik dan sedatip)
dengan hati-hati
Rasional : Pasien hipotiroidisme sangat rentan
terhadap gangguan pernapasan akibat gangguan obat golongan hipnotik-sedatif.
4. Memelihara saluran napas pasien dengan
melakukan pengisapan dan dukungan ventilasijika diperlukan.
Rasional : Penggunaan saluran napas art
2.
Intoleran aktivitas berhubungan dengan.
kelelahan dan penurunan proses kognitif.
Tujuan :
Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan
kemandirian Intervensi
Intervensi:
1. Mengatur interval waktu antar aktivitas
untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditolerir.
Rasional : Mendorong aktivitas sambil memberikan
kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang adekuat.
2. Membantu aktivitas perawatan mandiri ketika
pasien berada dalam keadaan lelah.
Rasional : Memberi kesempatan pada pasien untuk
berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri.
3. Memberikan stimulasi melalui percakapan dan
aktifitas yang tidak menimbulkan stress.
Rasional : Meningkatkan perhatian tanpa terlalu
menimbulkan stress pada pasien.
4. Memantautau respons pasien terhadap
peningkatan aktititas
Rasional : Menjaga pasien agar tidak melakukan
aktivitas yang berlebihan atau kurang
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan kompresi/penekanan esophagus ditandai dengan
kesulitan menelan makanan (disfagia).
Tujuan :
Nutrisi klien dapat terpenuhi dalam waktu 1-2 minggu
Intervensi:
1. Memberi makan lunak atau cair sesuai
kondisi klien.
Rasional: makanan lunak dapat mengurangi kontraksi
esophafgus dalam mendorong makanan kelambung, sehingga meningkatkan
asupannutrisi.
2. Memantau masukan makanan setiap hari. Dan
timbang berat badan setiap hari serta laporkan adanya penurunan.
Rasional: memberikan informasi tentang keefektifan
program terapi yang telah dilakukan.
3. Memberi makanan tambahan diantara jam
makan.
Rasional: meningkatkan frekuensi asupan nutrisi untuk
menyediaka nenergi yang cukup bagi pasien.
4. Menciptakan lingkungan yang menyenangkan
menjelang jam makan.
Rasional: linkungan yang menyenangkan dapat
menciptakan suasana kenyamanan saat makandan meningkatkan asupan nutrisi.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
memeberikan diet tinggi kalori, protein, karbohidrat, dan vitamin
Rasional: Mungkin memerlukan bantuan untuk
menjamin pemasukan zat-zat makanan yang adekuat, dan megidentifikasi makanan
pengganti yang paling sesuai.
Meningkatkanaktivitasmetabolikdanmenurunkansimpananglikogen.
4.
Konstipasi berhubungan dengan penurunan
gastrointestinal
Tujuan :
Pemulihan fungsi usus yang normal.
Intervensi:
1. Mendorong peningkatan asupan cairan
Rasional : Meminimalkan kehilangan panas
2. Memberikan makanan yang kaya akan serat
Rasional : Meningkatkan massa feses dan
frekuensi buang air besar
3. Mengajarkan kepada klien, tentang jenis
-jenis makanan yang banyak mengandung air
Rasional : Untuk peningkatan asupan cairan kepada
pasien agar . feses tidak keras
4. Memantau fungsi usus
Rasional : Memungkinkan deteksi konstipasi dan
pemulihan kepada pola defekasi yang normal.
5. Mendorong klien untuk meningkatkan
mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.
Rasional : Meningkatkan evakuasi feses
6. Kolaborasi : untuk pemberian obat pecahar
dan enema bila diperlukan.
5.
Risti gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan penekanan pita suara
Tujuan :
Klien mampu menciptakan metode komunikasi dimana
kebutuhan dapat dipahami.
Intervensi:
1. Menkaji fungsi bicara secara periodik,
anjurkan untuk tidak bicara terus menerus.
Rasional: suara serak danparau akibat edema
jaringan ataupembesaran kelenjartiroid (goiter) dapat menyebabkan
terganggunya pita suara dan penekanan pada trakea.
2. Mempertahankan komunikasi yang sederhana,
beri pertanyaan yang hanya memerlukan jawaban “ya” atau “tidak”.
Rasional: menurunkan kebutuhan berespon,
mengurangi bicara.
3. Memberikan metode komunikasi alternatif
yang sesuai, seperti papan tulis, kertas tulis/papan gambar.
Rasional: memfasilitasi ekspresi yang
dibutuhkan.
4. Mengantisipasi kebutuhan sebaik mungkin, kunjungi
klien secara teratur.
Rasional: menurunkan ansietas dan kebutuhan
pasien untuk berkomunikasi.
5. Beritahu klien untuk terus membatasi bicara
dan jawablah bel panggilan dengan segera.
Rasional: mencegah pasien bicara yang dipaksakan untuk
menciptakan kebutuhan yang diketahui atau memerlukan bantuan pertahankan
lingkungan yang tenang.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Goiter adalah pembesaran pada kelenjar
tiroid disebut juga struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh
karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa
gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan
morfologinya. Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar
tiroid, hipofisis, atau hipotalamus serta kekurangan yodium.
B. Saran
Membaca merupakan kunci dari sumber ilmu
pengetahuan, jadi membaca literatur lain sangat diperlukan guna penyempurnaan
pengetahuan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Bruner,
Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Doenges
Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Guyton,
Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar