LAPORAN PENDAHULUAN DAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN
TONSILITIS
Disusun
oleh:
LutfyNooraini
KATA
PENGANTAR
Segala Puji bagi Sang Kholik yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
Ilmu Bedah, tanpa nikmat sehat yang diberikan oleh-Nya sekiranya penulis tidak
akan mampu untuk menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta salam selalu
tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, semoga atas ijin Allah SWT
penulis dan teman-teman semua akan mendapatkan syafaatnya nanti.
Tidak lupa penulis mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman dan kerabat semua yang turut serta dalam
penulisan makalah ini, baik dari segi ide, kreatifitas, dan usaha. Tanpa ada
bantuan dari teman-teman semua, mungkin penulis akan mengalami hambatan dalam
penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam
makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat untuk perbaikan makalah agar
menjadi lebih bermanfaat untuk kita semua.
Penulis,
KONSEP DASAR TONSILITIS
A.
Pengertian
1.
Tonsilitis adalah suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri
berlangsung sekitar lima hari dengan disertai disfagia dan demam (Megantara,
Imam, 2006).
2.
Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman
streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus
pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus (Mansjoer, A. 2000).
3. Tonsilitis kronik merupakan hasil dari serangan tonsillitis akut yang
berulang.
Tonsil
tidak mampu untuk mengalami resolusi lengkap dari suatu serangan akut kripta
mempertahankan bahan purulenta dan kelenjar regional tetap membesar akhirnya
tonsil memperlihatkan pembesaran permanen dan gambaran karet busa, bentuk
jaringan fibrosa, mencegah pelepasan bahan infeksi (Sacharin, R.M. 1993).
4. Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A
streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis
lain atau oleh infeksi virus (Hembing, 2004).
5.
Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel),
yang sangat sering ditemukan, terutama pada anak-anak (Firman sriyono, 2006, 2006).
B.
Klasifikasi
Macam-macam
tonsillitis menurut Imam Megantara
(2006)
1.
Tonsillitis akut
Disebabkan
oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians, dan streptococcus
piogynes, dapat juga disebabkan oleh virus.
2.
Tonsilitis falikularis
Tonsil
membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi bercak putih
yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus.
Detritus
ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa
makanan yang tersangkut.
3.
Tonsilitis Lakunaris
Bila
bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk) permukaan
tonsil.
4.
Tonsilitis Membranosa (Septis Sore Throat)
Bila
eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut menyerupai
membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang dan berwarna putih
kekuning-kuningan.
5.
Tonsilitis Kronik
Tonsillitis
yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik (rokok, makanan)
pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan hygiene mulut
yang buruk.
C.
Etiologi
Menurut Adams
George (1999), tonsilitis bakterialis supuralis akut paling sering disebabkan oleh streptokokus
beta hemolitikus grup A.
1.
Pneumococcus
2.
Staphilococcus
3.
Haemalphilus influenza
4.
Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.
Menurut Iskandar N (1993). Bakteri merupakan penyebab
pada 50 % kasus.
1. Streptococcus B hemoliticus grup A
2.
Streptococcus viridens
3.
Streptococcus pyogenes
4.
Staphilococcus
5.
Pneumococcus
6.
Virus
7.
Adenovirus
8.
ECHO
9.
Virus influenza serta herpes
Menurut Firman S (2006), penyebabnya
adalah infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi
membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan
pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus,
sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis.
D.
Patofisiologi
Menurut Iskandar N (1993),
patofisiologi tonsillitis yaitu :
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel,
bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi.
Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear.
Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning
yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel
yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis
lakunaris, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi
tonsillitis lakonaris.
Bila bercak melebar, lebih besar
lagi sehingga terbentuk membran semu (Pseudomembran), sedangkan pada
tonsillitis kronik terjadi karena proses radang berulang maka epitel mukosa dan
jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid
diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara
kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas
sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengkapan dengan jaringan
sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran
kelenjar limfe submandibula.
(Iskandar N, 1993)
F.
Manifestasi Kinik
Menurut Megantara, Imam 2006
Gejalanya berupa nyeri tenggorokan
(yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri seringkali dirasakan
ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang sama).
Gejala lain :
1.
Demam
2.
Tidak enak badan
3.
Sakit kepala
4.
Muntah
Menurut Mansjoer, A (1999) gejala
tonsilitis antara lain :
1. Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan
2.
Tenggorokan terasa kering
3.
Persarafan bau
4.
Pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata,
kriptus membesar dan terisi detritus
5.
Tidak nafsu makan
6.
Mudah lelah
7.
Nyeri abdomen
8.
Pucat
9.
Letargi
10. Nyeri kepala
11. Disfagia (sakit
saat menelan)
12. Mual dan muntah
Gejala pada tonsillitis akut :
1.
Rasa gatal / kering di tenggorokan
2.
Lesu
3.
Nyeri sendi
4.
Odinafagia
5.
Anoreksia
6.
Otalgia
7.
Suara serak (bila laring terkena)
8.
Tonsil membengkak
Menurut Smelizer, Suzanne (2000)
Gejala yang timbul sakit
tenggorokan, demam, ngorok, dan kesulitan menelan.
Menurut Hembing, (2002) :
1.
Dimulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi parah,
sakit saat menelan, kadang-kadang muntah.
2.
Tonsil bengkak, panas, gatal, sakit pada otot dan sendi, nyeri pada
seluruh badan, kedinginan, sakit kepala dan sakit pada telinga.
3.
Pada tonsilitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan
dan keluar nanah pada lekukan tonsil.
G.
Pemeriksaan Penunjang menurut Firman S (2006), yaitu :
1.
Tes Laboratorium
Tes
laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam tubuh
pasien merupkan akteri gru A, karena grup ini disertai dengan demam renmatik,
glomerulnefritis, dan demam jengkering.
2.
Pemeriksaan penunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.
3.
Terapi
Dengan
menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik, dan obat
kumur yang mengandung desinfektan.
H.
Komplikasi
Komplikasi tonsilitis akut dan
kronik menurut Mansjoer, A (1999), yaitu :
1. Abses pertonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan
palatum mole, abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya
disebabkan oleh streptococcus group A.
2.
Otitis media akut
Infeksi
dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan dapat
mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang
telinga.
3.
Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan
infeksi ke dalam sel-sel mastoid.
4.
Laringitis
5.
Sinusitis
6.
Rhinitis
I.
Penatalaksanaan / Pengobatan
1.
Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui
mulut) selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam
bentuk suntikan.
2.
Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :
a.
Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.
b.
Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun
waktu 2 tahun.
c.
Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun
waktu 3 tahun.
d.
Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap
pemberian antibiotik.
Menurut Mansjoer, A (1999) penatalaksanan
tonsillitis adalah :
1. Penatalaksanaan tonsilitis akut
a.
Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid
selama 5 hari dan obat kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi
dengan diberikan eritromisin atau klindomisin.
b.
Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi
sekunder, kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat
simptomatik.
c.
Pasien diisolasi karena menular, tirah baring,
untuk menghindari komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan
tenggorok 3x negatif.
d.
Pemberian antipiretik.
2.
Penatalaksanaan tonsilitis kronik
a.
Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan
obat kumur / hisap.
b.
Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi
medikamentosa atau terapi konservatif tidak berhasil.
Tonsilektomi menurut Firman S (2006), yaitu :
1.
Perawatan Prabedah
Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga
harus dipuasakan, membebaskan anak dari infeksi pernafasan bagian atas.
2.
Teknik Pembedahan
Anestesi
umum selalu diberikan sebelum pembedahan, pasien diposisikan terlentang dengan
kepala sedikit direndahkan dan leher dalam keadaan ekstensi mulut ditahan
terbuka dengan suatu penutup dan lidah didorong keluar dari jalan. Penyedotan
harus dapat diperoleh untuk mencegah inflamasi dari darah. Tonsil diangkat
dengan diseksi / quillotine.
Metode
apapun yang digunakan penting untuk mengangkat tonsil secara lengkap.
Perdarahan dikendalikan dengan menginsersi suatu pak kasa ke dalam ruang post
nasal yang harus diangkat setelah pembedahan. Perdarahan yang berlanjut dapat ditangani
dengan mengadakan ligasi pembuluh darah pada dasar tonsil.
3.
Perawatan Paska-bedah
a.
Berbaring ke samping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.
b.
Memantau tanda-tanda perdarahan
1)
Menelan berulang
2)
Muntah darah segar
3)
Peningkatan denyut nadi pada saat tidur
c.
Diet
1) Memberikan cairan bila muntah telah reda
a) Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang besar (lebih nyaman
dari ada kepingan kecil).
b) Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan perdarahan).
2)
Menawarkan makanan
a)
Es crem, crustard dingin, sup krim, dan jus.
b)
Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih dapat
dinikmati pada pagi hari setelah perdarahan.
c)
Hindari jus jeruk, minuman panas, makanan kasar, atau banyak bumbu
selama 1 minggu.
3)
Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan
a) Menggunakan ice color (kompres es) bila mau
b)
Memberikan anakgesik (hindari aspirin)
c) Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.
d)
Minum 2-3 liter/hari sampai bau mulut hilang.
4)
Mengajari pasien mengenal hal berikut
a)
Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan menyisi
hidung segera selama 1-2 minggu.
b)
Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karena darah yang
tertelan.
c)
Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antara hari ke-4
dan ke-8 setelah operasi.
ASUHAN
KEPERAWATAN
TONSILITIS
A.
Pengkajian
Focus
pengkajian menurut Firman S (2006), yaitu :
1.
Wawancara
a.
Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya (tonsillitis)
b.
Apakah pengobatan adekuat
c.
Kapan gejala itu muncul
d.
Apakah mempunyai kebiasaan merokok
e.
Bagaimana pola makannya
f.
Apakah rutin / rajin membersihkan mulut
2.
Pemeriksaan fisik
Data
dasar pengkajian menurut Doengoes, (1999), yaitu :
a.
Intergritas Ego
Gejala : Perasaan takut
Khawatir bila pembedahan
mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja, dan keuangan.
Tanda : ansietas, depresi, menolak.
b.
Makanan / Cairan
Gejala : Kesulitan menelan
Tanda : Kesulitan
menelan, mudah terdesak, inflamasi, kebersihan gigi buruk.
c.
Hygiene
Tanda : Kesulitan
menelan
d.
Nyeri / Keamanan
Tanda :
Gelisah, perilaku berhati-bati
Gejala : Sakit
tenggorokan kronis, penyebaran nyeri ke telinga
e.
Pernapasan
Gejala : Riwayat
merokok / mengunyah tembakau, bekerja dengan serbuk kayu, debu.
Hasil pemerisaan fisik secara umum di dapat :
1.
Pembesaran tonsil dan hiperemis
2.
Letargi
3.
Kesulitan menelan
4.
Demam
5.
Nyeri tenggorokan
6.
Kebersihan mulut buruk
3.
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan
usap tenggorok
Pemeriksaan
ini sebaiknya dilakukan sebelum memberikan pengobatan, terutama bila keadaan
memungkinkan. Dengan melakukan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui kuman
penyebab dan obat yang masih sensitif terhadapnya.
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
B.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul :
Pre Operasi
1.
Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
4.
Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
5. Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyaman
Post Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
3.
Kurang pengetahuan tentang diet berhubungan dengan kurang
informasi.
C.
Intervensi
Pre Operasi
Dx 1 : Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi.
NOC : Perawatan Diri : Makan
Tujuan : Setelah dlakukan tindakan keperawatan terapi menelan
selama 3 x24 jam diharapkan tidak ada masalah dalam makan dengan skala 4 sehingga
kerusakan menelan dapat diatasi
Kriteria hasil :
1.
Reflek makan
2.
Tidak tersedak saat makan
3.
Tidak batuk saat menelan
4.
Usaha menelan secara normal
5.
Menelan dengan nyaman
Skala : 1. Sangat bermasalah
2. Cukup
bermasalah
3. Masalah
sedang
4. Sedikit
bermasalah
5. Tidak
ada masalah
NIC : Terapi menelan
Intervensi :
1. Pantau gerakan lidah klien saat menelan
2.
Hindari penggunaan sedotan minuman
3. Bantu pasien untuk memposisikan kepala fleksi ke depan untuk menyiapkan
menelan.
4.
Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan dan penenangan pasien
selama makan / minum obat.
Dx 2 : Nyeri akut berhubungan dengan
pembengkakan jaringan tonsil.
NOC : Kontrol Nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
manejemen nyeri selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah dalam nyeri
dengan skala 4 sehingga nyeri dapat hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
a.
Mengenali faktor penyebab.
b.
Mengenali serangan nyeri.
c.
Tindakan pertolongan non analgetik
d.
Mengenali gejala nyeri
e.
Melaporkan kontrol nyeri
Skala : 1. Ekstream
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak Ada
NIC : Menejemen Nyeri
Intervensi :
1.
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
2. Ajarkan teknik non farmakologi dengan distraksi / latihan nafas dalam.
3.
Berikan analgesik yang sesuai.
4. Observasi reaksi non verbal dari ketidanyamanan.
5.
Anjurkan pasien untuk istirahat.
Dx 3: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.
NOC : Fluid balance
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nutrisi
selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada
masalah nutrisi dengan skala 4 sehingga ketidak seimbangan nutrisi dapat
teratasi
Kriteria hasil :
a. Adanya peningkatan BB sesuai tujuan
b. BB ideal sesuai tinggi badan
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
Skala : 1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang-kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu
dilakukan
NIC : Manajemen nutrisi
1. Berikan makanan yang terpilih
2. Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
3.
Berikan makanan sedikit tapi sering
4. Berikan makanan selagi hangat dan dalam bentuk menarik.
Dx 4: Hipertermi berhubungan dengan proses
penyakit
NOC : Termoregulasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan fever treatment selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah
dalam suhu tubuh dengan skala 4 sehingga suhu tubuh kembali normal atau turun.
Kriteria hasil :
a. Suhu tubuh dalam rentang normal
b. Suhu kulit dalam batas normal
c. Nadi dan pernafasan dalam batas normal.
Skala : 1.
Ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak
ada
NIC : Fever Treatment
1.
Monitor suhu sesering mungkin
2.
Monitor warna, dan suhu kulit
3.
Monitor tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
4.
Monitor intake dan output
5.
Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam.
Dx 5: Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyaman
NOC : Kontrol Cemas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengurangan cemas selama 3
x 24 jam diharapkan tidak ada masalah dengan kecemasan dengan skala 4 sehingga
rasa cemas dapat hilang atau berkurang
Kriteria hasil
:
a. Ansietas
berkurang
b. Monitor
intensitas kecemasan
c. Mencari
informasi untuk menurunkan kecemasn
d. Memanifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada
Skala : 1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang
dilakukan
3. Kadang-kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Pengurangan
Cemas
1. Sediakan informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis, treatmen dan prognosis.
2.
Tenangkan anak / pasien.
3. Kaji tingkat
kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan. (takhikardi, eskpresi cemas non verbal)
4. Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat.
5. Instruksikan pasien untuk melakukan teknik relaksasi
Post Operasi
Dx 6 : Nyeri akut berhubungan dengan insisi
bedah, diskontinuitas jaringan.
NOC : Level Nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan manejemen nyeri selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah
tentang nyeri dengan skala 4 sehingga nyeri dapat hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
a.
Melaporkan nyeri
b.
Frekuensi nyeri.
c.
Lamanya nyeri
d.
Ekspresi wajah terhadap nyeri
Skala : 1. Tidak pernah
dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Menejemen Nyeri
Intervensi :
1.
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
2. Ajarkan teknik non farmakologi dengan distraksi / latihan nafas dalam.
3.
Berikan analgesik yang sesuai.
4. Observasi reaksi non verbal dari ketidanyamanan.
5.
Tingkatkan istirahat pasien.
Dx 7 : Resiko
infeksi berhubungan dengan prosedur infasif.
NOC: Kontrol Infeksi
Tujuan: Setelah
dilakukan tindakan keperawatan kontrol infeksi selama 3 x 24 jam diharapkan
tidak ada infeksi dengan skala 4 sehingga resiko infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil:
a. Dapat memonitor faktor resiko
b. Dapat memonitor perilaku individu yang menjadi faktor resiko
c. Mengembangkan keefektifan strategi untuk
mengendalikan infeksi.
d. Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi faktor resiko.
Keterangan Skala :
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC: Kontrol
Infeksi
a. Ajarkan teknik mencuci tangan dengan benar.
b. Gunakan sabun anti mikroba untuk cuci tangan.
c. Lakukan perawatan aseptik pada semua jalur IV.
d. Lakukan teknik perawatan luka yang tepat.
Dx 8 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengenal informasi.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
pengajaran pengobatan selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah dengan
kurang pengetahuan dengan skala 4 sehingga pengetahuan pasien dan keluarga
dapat bertambah
NOC : Knowledge: Diet
a.
Menyebutkan keuntungan dan diet yang
b.
Menyebutkan makanan-makanan yang diperbolehkan
c.
Menyebutkan makanan-makanan yang dilarang.
Ket: 1 : Tidak
mengetahui
2 : Terbatas
pengetahuannya
3 : Sedikit
mengetahui
4 : Banyak
pengetahuannya
5 : Intensif
atau mengetahuinya secara kompleks
NIC : Pengajaran
Pengobatan
1.
Jelaskan kepada anak dan orang tua tentang tujuan obat.
2.
Informasikan kepada anak akibat tidak minum obat.
3.
Ajarkan anak untuk minum obat sesuai dnegan dosis.
4.
Informasikan kepada anak dan keluarga tentang efek samping
D.
Evaluasi
Dx 1 : Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi. Skala
a.
Reflek makan 4
b.
Tidak tersedak saat makan 4
c.
Tidak batuk saat menelan 4
d.
Usaha menelan secara normal 4
e.
Menelan dengan nyaman 4
Dx 2 : Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.
a.
Mengenali faktor penyebab. 4
b.
Mengenali serangan nyeri. 4
c.
Tindakan pertolongan non analgetik 4
d.
Mengenali gejala nyeri 4
e.
Melaporkan kontrol nyeri 4
Dx 3: Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
a.
Adanya peningkatan BB sesuai tujuan 4
b.
BB ideal sesuai tinggi badan 4
c.
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 4
d.
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi. 4
Dx 4: Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
a.
Suhu tubuh dalam rentang normal 4
b.
Suhu kulit dalam batas normal 4
c.
Nadi dan pernafasan dalam batas normal 4
Dx 5: Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyaman
a.
Ansietas berkurang 4
b.
Monitor intensitas kecemasan 4
c. Mencari informasi untuk menurunkan kecemasn 4
d. Memanifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada 4
Dx 6 : Nyeri akut berhubungan dengan insisi
bedah, diskontinuitas jaringan.
a. Melaporkan nyeri 4
b. Frekuensi nyeri. 4
c. Lamanya nyeri 4
d. Ekspresi wajah terhadap nyeri 4
Dx 7 : Resiko infeksi berhubungan dengan
prosedur infasif.
a.
Dapat memonitor faktor resiko 4
b.
Dapat memonitor perilaku individu yang menjadi
faktor resiko 4
c.
Mengembangkan keefektifan strategi untuk mengendalikan infeksi 4
d.
Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi
faktor resiko 4
Dx 8 :
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
a.
Menyebutkan keuntungan dan diet yang baik 4
b.
Menyebutkan makanan-makanan yang diperbolehkan 4
c.
Menyebutkan makanan-makanan yang dilarang 4
DAFTAR PUSTAKA
Adams, George
L. 1997. BOISE Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta:EGC.
Doengoes,
Marilynn D. 1999. Rencana Asuhan Keparawatan. Jakarta:EGC.
Mansjoer, Arif.
2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aeus Calpius.
Ngastiyah. 1997.
Perawatan anak Sakit. Jakarta:EGC.
Pracy R,
dkk.1985. Pelajaran Ringkasan Telinga hidung Tenggorokan. Jakarta:Gramedia.
Price,
Silvia.1995.Patofisiologi Konsep Klinis Proses PenyakitJakarta:EGC.
Wilkinson,
Judith.2000.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria hasil NOC Edisi 7.Jakarta:EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar