LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH
DENGAN DIAGNOSA CRONIC
KIDNEY DISEASE
Disusun oleh:
Lutfy Nooraini
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Sang
Kholik yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah Kasus KMB 4, tanpa nikmat sehat yang diberikan oleh-Nya
sekiranya penulis tidak akan mampu untuk menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta
salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, semoga atas ijin
Allah SWT penulis dan teman-teman semua akan mendapatkan syafaatnya nanti.
Tidak lupa penulis mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman dan kerabat semua yang turut serta dalam
penulisan makalah ini, baik dari segi ide, kreatifitas, dan usaha. Tanpa ada
bantuan dari teman-teman semua, mungkin penulis akan mengalami hambatan dalam
penulisan makalah ini.
Penulis menyadari
bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat untuk perbaikan
makalah agar menjadi lebih bermanfaat untuk kita semua.
Penulis,
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Gagal ginjal kronik
adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
(Brunner dan Sudarrth, 2002)
GGK adalah suatu keadaan
dimana nefron kehilangan secara progresif (O’Collaghan, Cris, 2006)
GGK adalah suatu keadaan
dimana kehilangan fungsi ginjal secara bertahap (Doengoes. E Narlin, 2000)
B. ETIOLOGI
Penyebab GGK menurut
Doenges, 1999 termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler
(nefrosklerosis), proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris sutemik),
agen nefrotik (amino glikosida), penyakit endokrin (diabetes).
Penyebab GGK menurut
Price, 1992 dibagi menjadi delapan kelas, antara lain:
1.
Infeksi misalnya pielonefritis kronik
2.
Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis
3.
Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis
benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis
4.
Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus
sistemik, poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
5.
Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit
ginjal polikistik,asidosis tubulus ginjal
6.
Penyakit metabolik misalnya DM, gout,
hiperparatiroidisme, amiloidosis
7.
Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,
nefropati timbal
8.
Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas:
kalkuli neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah:
hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung
kemih dan uretra.
C. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal
sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang
lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan
memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal
untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus
dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis
osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa.
Titik dimana timbulnya gejala-gejala
pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal
bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi
renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau
lebih rendah itu. (Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir
metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun
dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin
banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala
uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
Perjalanan umum gagal ginjal
progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu:
1.
Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)
Di tandai dengan
kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal dan penderita
asimtomatik.
2.
Stadium 2 (insufisiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan
yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration Rate besarnya 25% dari
normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas normal,
kadar kreatinin serum mulai meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan,
timbul nokturia dan poliuri.
3.
Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)
Timbul apabila 90% massa
nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate 10% dari normal, kreatinin
klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar
blood ureum nitrgen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri. (Price, 1992:
813-814)
E. MANIFESTASI KLINIS
1.
Sistem kardiovaskuler
a.
Hipertensi
b.
Pitting edema
c.
Edema periorbital
d.
Pembesaran vena leher
e.
Friction sub pericardial
2.
Sistem Pulmoner
a.
Krekel
b.
Nafas dangkal
c.
Kusmaull
d.
Sputum kental dan liat
3.
Sistem gastrointestinal
a.
Anoreksia, mual dan muntah
b.
Perdarahan saluran GI
c.
Ulserasi dan pardarahan mulut
d.
Nafas berbau amonia
4.
Sistem muskuloskeletal
a.
Kram otot
b.
Kehilangan kekuatan otot
c.
Fraktur tulang
5.
Sistem Integumen
a.
Warna kulit abu-abu mengkilat
b.
Pruritis
c.
Kulit kering bersisik
d.
Ekimosis
e.
Kuku tipis dan rapuh
f.
Rambut tipis dan kasar
6.
Sistem Reproduksi
a.
Amenore
b.
Atrofi testis
(Suyono, 2001)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Suyono (2001), untuk menentukan
diagnosa pada CKD dapat dilakukan cara sebagai berikut:
1.
Pemeriksaan laboratorium
Menentukan derajat
kegawatan CKD, menentukan gangguan sistem dan membantu menetapkan etiologi.
2.
Pemeriksaan USG
Untuk mencari apakah ada
batuan, atau massa tumor, juga untuk mengetahui beberapa pembesaran ginjal.
3.
Pemeriksaan EKG
Untuk melihat
kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia dan
gangguan elektrolit
G. KOMPLIKASI
1.
Hematologis : anemia
2.
Penyakit vesikuler dan hipertensi
3.
Dehidrasi
4.
Kulit : gatal gatal
5.
Gastrointestinal : mual, muntah, anoreksia, dan dada
seperti terbakar, bau nafas menyerupai urin
6.
Endokrin
a.
Laki laki : kehilangan libido, impotensi, dan penurunan
jumlah serta motilitas sperma.
b.
Wanita : kehilangan libido, berkurangnya ovulasi, dan
infertilisasi
c.
Anak anak: retardasi pertumbuhan
d.
Dewasa : kehilangan massa otot
7.
Neurologis dan Pisikatri : kelelahan,kehilangan
kesadaran, koma, iritasi neurologis (tremor, ateriksis, agitasi, meningismus,
peningkatan tonus otot kejang)
H. PENATALAKSANAAN
1.
Dialisis (cuci darah)
2.
Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat
fosfat, suplemen kalsium, furosemid (membantu berkemih)
3.
Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat
4.
Transfusi darah
5.
Transplantasi ginjal
I.
PENGKAJIAN
1.
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
a.
Gejala: kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, gangguan
tidur (insomnia/gelisan atau somnolen).
b.
Tanda : kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan
rentang gerak.
2. SIRKULASI
a.
Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat. Palpitasi:
nyeri dada (angina).
b.
Tanda : Hipertensi; DVJ, nadi kuat, edema jaringan umum
dan pitting Pada kaki, telapak tangan. Disritmia jantung. Nadi lemah halus,
hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap
akhir. Pucat; kulit kehijauan, kuning. Kecendrungan perdarahan
3. INTEGRITAS EGO
a.
Gejala : Faktor stress, contoh financial, hubungan dan
sebagainya. Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
b.
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah
terangsang, perubahan kepribadian.
4. ELIMINASI
a.
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuri
(gagal tahap lanjut). Abdomen kembung, diare, atau konstipasi.
b.
Tanda : Perubahan warna urine, contoh kuning pekat,
merah, coklat. Oliguria, dapat menjadi anuria.
5. MAKANAN/CAIRAN
a.
Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan
berat badan (malnutrisi). Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik
tak sedap tak sedap pada mulut (pernapasan ammonia). Penggunaan diuretic.
b.
Tanda : Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap
lanjut). Peubahan turgor kulit/kelembaban. Edema (umum, tergantung). Ulserasi
gusi, perdarahan gusi/lidah. Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan
tak bertenaga.
6. NEUROSENSORI
a.
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur. Kram
otot/kejang, sindrom “kaki gelisah”; bebas rasa terbakar pada kaki. Kebas/kesemutan
dan kelemahan, khususnya ekstremitas bawah (neuropati perifer).
b.
Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang
perhatian ketidakmampuan berkonsentrasi. Kehilangan memori, kacau, penurunan
tingkat kesadaran, stupor, koma. Penurunan DTR. Tanda chvostek dan Truosseau
positif. Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang. Rambut tipis, kuku rapuh
dan tipis.
7. NYERI/KENYAMANAN
a.
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri
kaki (memburuk saat malam hari).
b.
Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah.
8. PERNAPASAN
a.
Gejala : Napas pendek, dispnea nocturnal, batuk dengan/tanpa
sputum kental dan banyak.
b.
Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi/kedalaman
(pernapasan Kussmaul). Batuk produktif dengan sputum merah muda-encer (edema paru).
9. KEAMANAN
a.
Gejala : Kulit gatal. Ada/berulangnya infeksi.
b.
Tanda : Pruritus. Demam (sepsis, dehidrasi); normotermia
dapat secara actual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih
rendah dari normal (efek GGK/depresi respon imun). Petekie, area ekimosis pada
kulit. Fraktur tulang; deposit fosfat kalsium (kalsifikasi metastatik) pada
kulit, jaringan lunak, sendi, keterbatasan gerak sendi.
10. SEKSUALITAS
a.
Gejala : Penurunan libido, amenorea, infertilitas.
11. INTERAKSI SOSIAL
a.
Gejala : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu
bekerja, mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
12. PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
a.
Gejala : Riwayat DM keluarga (risiko tinggi untuk gagal ginjal),
penyakit polikistik, nefritis herediter, kalkulus urinaria, malignansi. Riwayat
terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan. Penggunaan antibiotic
nefrotoksik saat ini/berulang. Pertimbangan Rencana Pemulangan : DRG
menunjukkan rerata lama dirawat: 6,4 hari. Memerlukan bantuan dalam obat,
pengobatan, suplai, transportasi, pemeliharaan rumah.
J.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
sekunder, kompensasi melalui alkalosis respiratorik.
2.
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai O2 ke
jaringan menurun.
3.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan udem sekunder: volume
cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O.
4.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi
jaringan yang tidak adekuat, keletihan.
5.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritus
sekunder terhadap gagal ginjal
K. INTERVENSI
1.
Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
sekunder, kompensasi melalui alkalosis respiratorik.
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan dan criteria Hasil
|
Intervensi
|
1
|
Perubahan pola nafas
Definisi : Pertukaran udara inspirasi dan/atau
ekspirasi tidak adekuat
Batasan karakteristik :
-
Penurunan
tekanan inspirasi/ekspirasi
-
Penurunan
pertukaran udara per menit
-
Menggunakan
otot pernafasan tambahan
-
Nasal
flaring
-
Dyspnea
-
Orthopnea
-
Perubahan
penyimpangan dada
-
Nafas
pendek
Faktor yang berhubungan :
-
Hiperventilasi
-
Deformitas
tulang
-
Kelainan
bentuk dinding dada
-
Penurunan
energi/kelelahan
-
Perusakan/pelemahan
muskulo-skeletal
|
NOC :
v Respiratory status :
Ventilation
v Respiratory status :
Airway patency
v Vital sign Status
Kriteria Hasil :
v Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed
lips)
v Menunjukkan jalan
nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
v Tanda Tanda vital
dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
|
NIC :
Airway
Management
·
Posisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi
·
Identifikasi
pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
·
Auskultasi
suara nafas, catat adanya suara tambahan
·
Berikan
pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
·
Atur
intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
·
Monitor
respirasi dan status O2
Terapi Oksigen
v Pertahankan jalan
nafas yang paten
v Pertahankan posisi
pasien
v Onservasi adanya
tanda tanda hipoventilasi
v Monitor adanya
kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
|
2
|
Perfusi
jaringan tidak efektif b/d menurunnya curah jantung, hipoksemia jaringan,
asidosis dan kemungkinan thrombus atau emboli
Definisi :
Penurunan pemberian oksigen dalam kegagalan
memberi makan jaringan pada tingkat kapiler
|
NOC :
v Circulation status
v Tissue Prefusion :
cerebral
Kriteria Hasil :
a.
mendemonstrasikan
status sirkulasi yang ditandai dengan :
v Tekanan systole
dandiastole dalam rentang yang diharapkan
v Tidak ada
ortostatikhipertensi
v Tidak ada tanda
tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg)
b.
mendemonstrasikan
kemampuan kognitif yang ditandai dengan:
v berkomunikasi dengan
jelas dan sesuai dengan kemampuan
v menunjukkan
perhatian, konsentrasi dan orientasi
v memproses informasi
v membuat keputusan
dengan benar
c.
menunjukkan
fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran mambaik, tidak
ada gerakan gerakan involunter
|
NIC
:
Peripheral
Sensation Management (Manajemen sensasi perifer)
v Monitor adanya
daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
v Monitor adanya
paretese
v Instruksikan
keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lsi atau laserasi
v Gunakan sarun tangan
untuk proteksi
v Batasi gerakan pada
kepala, leher dan punggung
v Monitor kemampuan
BAB
v Kolaborasi pemberian
analgetik
v Monitor adanya
tromboplebitis
v Diskusikan menganai
penyebab perubahan sensasi
|
3
|
Kelebihan
Volume Cairan
Definisi : Retensi cairan isotomik meningkat
Batasan karakteristik :
-
Berat
badan meningkat pada waktu yang singkat
-
Asupan
berlebihan dibanding output
-
Tekanan
darah berubah, tekanan arteri pulmonalis berubah, peningkatan CVP
-
Distensi
vena jugularis
-
Perubahan
pada pola nafas, dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, suara nafas abnormal (Rales
atau crakles), kongestikemacetan paru, pleural effusion
-
Hb
dan hematokrit menurun,
Faktor-faktor yang berhubungan :
-
Mekanisme
pengaturan melemah
-
Asupan
cairan berlebihan
-
Asupan
natrium berlebihan
|
NOC :
v Electrolit and acid
base balance
v Fluid balance
v Hydration
Kriteria Hasil:
v Terbebas dari edema,
efusi, anaskara
v Bunyi nafas bersih,
tidak ada dyspneu/ortopneu
v Terbebas dari
distensi vena jugularis, reflek hepatojugular (+)
v Memelihara tekanan
vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign dalam batas
normal
v Terbebas dari
kelelahan, kecemasan atau kebingungan
v Menjelaskanindikator
kelebihan cairan
|
NIC
:
Fluid
management
·
Pertahankan
catatan intake dan output yang akurat
·
Pasang
urin kateter jika diperlukan
·
Monitor
hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas
urin )
·
Monitor
status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP, dan PCWP
·
Monitor
vital sign
·
Monitor
indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi vena
leher, asites)
·
Kaji
lokasi dan luas edema
·
Kolaborasi
dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
Fluid
Monitoring
·
Tentukan
riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminaSi
·
Monitor
adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer dan penambahan BB
·
Monitor
tanda dan gejala dari odema
·
Beri
obat yang dapat meningkatkan output urin
|
4
|
Intoleransi
aktivitas b/d fatigue
Definisi
: Ketidakcukupan energu secara fisiologis maupun psikologis untuk meneruskan
atau menyelesaikan aktifitas yang diminta atau aktifitas sehari hari.
Batasan karakteristik :
a.
melaporkan
secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan.
b.
Respon
abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas
c.
Perubahan
EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia
d.
Adanya
dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas.
Faktor
factor yang berhubungan :
·
Tirah
Baring atau imobilisasi
·
Kelemahan
menyeluruh
·
Ketidakseimbangan
antara suplei oksigen dengan kebutuhan
·
Gaya
hidup yang dipertahankan.
|
NOC :
v Energy conservation
v Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :
v Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
v Mampu melakukan
aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
|
NIC
:
Energy
Management
v Observasi adanya
pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
v Dorong anak untuk
mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
v Kaji adanya factor
yang menyebabkan kelelahan
v Monitor pasien akan
adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
v Monitor respon
kardivaskuler terhadap aktivitas
Activity
Therapy
v Kolaborasikan
dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalammerencanakan progran terapi yang tepat.
v Bantu
untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
v Bantu
pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
v Sediakan
penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
v Bantu
pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
v Monitor
respon fisik, emoi, social dan spiritual
|
5
|
Kerusakan
intergritas kulit b/d edema dan menurunnya tingkat aktivitas
Definisi : Perubahan pada epidermis dan dermis
Batasan karakteristik :
-
Gangguan
pada bagian tubuh
-
Kerusakan
lapisa kulit (dermis)
-
Gangguan
permukaan kulit (epidermis)
Faktor yang berhubungan :
Eksternal :
-
Hipertermia
atau hipotermia
-
Substansi
kimia
-
Kelembaban
udara
-
Faktor
mekanik (misalnya : alat yang dapat menimbulkan luka, tekanan, restraint)
-
Kelembaban
kulit
-
Obat-obatan
Internal :
-
Perubahan
status metabolik
-
Defisit
imunologi
-
Perubahan
sensasi
-
Perubahan
status nutrisi (obesitas, kekurusan)
-
Perubahan
status cairan
-
Perubahan
sirkulasi
-
Perubahan
turgor (elastisitas kulit)
|
NOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes
Kriteria Hasil :
v Integritas kulit yang
baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi,
pigmentasi)
v Tidak ada luka/lesi
pada kulit
v Perfusi jaringan
baik
v Menunjukkan
pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera
berulang
v Mampu melindungi
kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
|
NIC : Pressure Management
§ Anjurkan pasien
untuk menggunakan pakaian yang longgar
§ Hindari kerutan
padaa tempat tidur
§ Jaga kebersihan
kulit agar tetap bersih dan kering
§ Mobilisasi pasien
(ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
§ Monitor kulit akan
adanya kemerahan
§ Oleskan lotion atau
minyak/baby oil pada derah yang tertekan
§ Monitor aktivitas
dan mobilisasi pasien
§ Monitor status
nutrisi pasien
§ Memandikan pasien
dengan sabun dan air hangat
|
DAFTAR PUSTAKA
Doenges. E, Marlin, dkk. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan Jilid 3. EGC : Jakarta
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal
Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan
O’Callaghan, Cris. 2006. At a
Glance Sistem Ginjal. Erlangga : Jakarta
Price, Sylvia A dan Lorraine M
Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4.
Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Breanda G Bare.
2001. Buku Ajar Keperawatan Medial Bedah Brunner dan Suddarth Edisi 8.
EGC : Jakarta
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Ed. 3 Jilid 1 dan 2. Balai Pustaka :Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar