LAPORAN PENDAHULUAN DAN
ASUHAN KEPERAWATAN
TRAUMA ABDOMEN
Disusun
oleh:
Lutfy Nooraini
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Dalam era
Modernisasi kemajuan dibidang tekhnologi trasnportasi dan semakin
berkembangnya mobilitas manusia berkendaraan di jalan raya, menyebabkan
kecelakaan yang terjadi semakin meningkat serta angka kematian
semakin tinggi. Salah satu kematian akibat kecelakaan adalah diakibatkan trauma
abdomen. Kecelakaan laulintas merupakan penyebab kematian 75 %
trauma tumpul abdomen, sedangkan penyebab lainnya adalah penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari tempat ketinggian, sedangkan akibat dari penganiayaan ini disebabkan oleh karena senjata tajam dan peluru. Oleh karena hal tersebut diatas akan mengakibatkan kerusakan dan menimbulkan robekan dari organ – organ dalam rongga abdomen atau mengakibatkan penumpukan darah dalam rongga abdomen yang berakibat kematian. Di Rumah Sakit data kejadian trauma abdomen masih cukup tinggi. Dalam kasus ini “ Waktu adalah nyawa ” dimana dibutuhkan suatu penanganan yang professional yaitu cepat, tepat, cermat dan akurat, baik di tempat kejadian ( pre hospital ), transportasi sampai tindakan definitif di rumah sakit.
trauma tumpul abdomen, sedangkan penyebab lainnya adalah penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari tempat ketinggian, sedangkan akibat dari penganiayaan ini disebabkan oleh karena senjata tajam dan peluru. Oleh karena hal tersebut diatas akan mengakibatkan kerusakan dan menimbulkan robekan dari organ – organ dalam rongga abdomen atau mengakibatkan penumpukan darah dalam rongga abdomen yang berakibat kematian. Di Rumah Sakit data kejadian trauma abdomen masih cukup tinggi. Dalam kasus ini “ Waktu adalah nyawa ” dimana dibutuhkan suatu penanganan yang professional yaitu cepat, tepat, cermat dan akurat, baik di tempat kejadian ( pre hospital ), transportasi sampai tindakan definitif di rumah sakit.
Tindakan
definitif dengan jalan pembedahan sangatlah penting dilakukan, oleh karena itu
dibutuhkan kerja sama antara pasien, keluarga pihak dokter maupun perawat
sebagai mitra kerja ataupun merupakan Team Work dalam melaksanakan tindakan
pembedahan sekaligus memberikan Asuhan Keperawatan. Perawat merupakan
ujung tombak dan berperan aktif dalam memberikan pelayanan membantu klien
mengatasi permasalahan yang dirasakan baik dari aspek psikologis maupun aspek
fisiologi secara komprehensif. Mengingat kurangnya pengetahuan dan pengertian
klien maupun keluarga tentang penyakit atau sebab dan akibat dari
trauma dan alasan tindakan therapy pembedahan yang dilakukan, oleh
karena itu sangatlah diperlukan informasi yang adequat. Dengan demikian klien
dan keluarga akan kooperatif dan tingkat kecemasan berkurang. Berdasarkan
alasan yang dikemukakan diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil
judul“ Asuhan Keperawatan Klien Tn.T.dengan masalah keperawatan pre operatif
trauma tumpul abdomen di ruang yakud RSUD.H.DAMANHURI BARABAI.”
B.
TUJUAN
a) Memahami pengertian, penyebab,
klasifikasi, anatomi fisiologi, perjalanan penyakit, Manifestasi klinis,
Komplikasi, Pemeriksaan diagnostic, dan pelaksanaan , beserta konsep dasar
asuhan keperawatan.
b)
Menggunakan proses keperawatan
sebagai kerangka kerja untuk perawatan pasien penderita trauma abdomen
c)
Menguraikan prosedur perawatan
yang digunakan untuk pasien penderita trauma abdomen
BAB II
KONSEP DASAR
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Abdomen
ialah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuk lonjong dan meluas dari atas
diafragma sampai pelvis dibawah. Rongga abdomen dilukiskan menjadi dua
bagian – abdomen yang sebenarnya, yaitu rongga sebelah atas dan yang lebih
besar, dan pelvis yaitu rongga sebelah bawah dan kecil.
Batasan –
batasan abdomen. Di atas, diafragma, Di bawah, pintu masuk panggul dari
panggul besar. Di depan dan kedua sisi, otot – otot abdominal, tulang –tulang
illiaka dan iga – iga sebelah bawah. Di belakang, tulang punggung, dan otot
psoas dan quadratrus lumborum.
Isi Abdomen.
Sebagaian besar dari saluran pencernaan, yaitu lambung, usus halus, dan usus
besar. Hati menempati bagian atas, terletak di bawah diafragma, dan menutupi
lambung dan bagian pertama usus halus. Kandung empedu terletak dibawah hati.
Pankreas terletak dibelakang lambung, dan limpa terletak dibagian ujung
pancreas. Ginjal dan kelenjar suprarenal berada diatas dinding posterior
abdomen. Ureter berjalan melalui abdomen dari ginjal. Aorta abdominalis, vena
kava inferior, reseptakulum khili dan sebagaian dari saluran torasika terletak
didalam abdomen.
Pembuluh
limfe dan kelenjar limfe, urat saraf, peritoneum dan lemak juga dijumpai dalam
rongga ini.
B. DEFINISI
Trauma
adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland,
2002).
Trauma
abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga abdomen yang
mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ
padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus
besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen. (Temuh
Ilmiah Perawat Bedah Indonesia, 13 Juli 2000).
Trauma
abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta
trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma perut
merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya
dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan
dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 1995).
Trauma
Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat
menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan
imonologi dan gangguan faal berbagai organ (Sjamsuhidayat, 1997).
C. ETIOLOGI / FAKTOR PENYEBAB
Kecelakaan
lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian.
Menurut sjamsuhidayat, penyebab trauma
abdomen adalah, sebagai berikut :
1. Penyebab trauma penetrasi
·
Luka akibat terkena tembakan
·
Luka akibat tikaman benda tajam
·
Luka akibat tusukan
2. Penyebab trauma non-penetrasi
·
Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
·
Hancur (tertabrak mobil)
·
Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
·
Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga
KLASIFIKASI
Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
1.
Kontusio dinding abdomen
Disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio
dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi
eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat
menyerupai tumor.
2.
Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen
yang menembus rongga abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma
penetrasi.
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau
kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi
sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal
berbagai organ.
Trauma abdomen pada isi abdomen,
menurut Suddarth & Brunner (2002) terdiri dari:
1.
Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada dinding abdomen.
2.
Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.
3.
Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi
D. PATHOFISIOLOGI
Bila suatu
kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat kecelakaan
lalulintas, penganiayaan, kecelakaan olah raga dan terjatuh dari ketinggian),
maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor – faktor
fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang
terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk
menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan
pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan.
Hal ini juga karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh juga
penting. Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan
tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang
sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya
walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua
keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh
gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus
dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif
terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra
abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme :
·
Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya
tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak
benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ
berongga.
·
Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan
vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
·
Terjadi gaya akselerasi – deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya
robek pada organ dan pedikel vaskuler.
Pohon
masalah:
Trauma
(kecelakaan)
↓
Penetrasi & Non-Penetrasi
↓
Terjadi perforasi lapisan abdomen
(kontusio, laserasi, jejas, hematom)
↓
Menekan saraf peritonitis
↓
Terjadi perdarahan jar.lunak dan rongga
abdomen → Nyeri
↓
Motilitas usus
↓
Disfungsi usus → Resiko
infeksi
↓
Refluks usus
output cairan berlebih
Gangguan cairan Nutrisi kurang dari
dan
eloktrolit
kebutuhan tubuh
↓
Kelemahan fisik
↓
Gangguan mobilitas fisik
(Sumber : Mansjoer,2001)
E. MANIFESTASI KLINIS
Kasus trauma
abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis menurut Sjamsuhidayat (1997),
meliputi: nyeri tekan diatas daerah abdomen, distensi abdomen, demam, anorexia,
mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu tubuh, nyeri spontan.
Pada trauma non-penetrasi (tumpul) biasanya
terdapat adanya:
·
Jejas atau ruftur dibagian dalam abdomen
·
Terjadi perdarahan intra abdominal.
·
Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi
usus tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan gejala
mual, muntah, dan BAB hitam (melena).
·
Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah trauma.
·
Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada
dinding abdomen.
Pada trauma penetrasi biasanya terdapat:
·
Terdapat luka robekan pada abdomen.
·
Luka tusuk sampai menembus abdomen.
·
Penanganan yang kurang tepat biasanya memperbanyak perdarahan/memperparah
keadaan.
·
Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam andomen.
Menurut (Hudak & Gallo,
2001) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu :
1. Nyeri
Nyeri dapat terjadi
mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul di bagian yang
luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.
2. Darah dan cairan
Adanya penumpukan
darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan oleh iritasi.
3. Cairan atau udara
dibawah diafragma
Nyeri disebelah kiri
yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada saat
pasien dalam posisi rekumben.
4. Mual dan muntah
5. Penurunan kesadaran (malaise,
letargi, gelisah)
Yang disebabkan oleh
kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi.
F. KOMPLIKASI
Segera : hemoragi, syok, dan cedera.
Lambat : infeksi (Smeltzer, 2001).
G. PENATALAKSANAAN
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Foto thoraks
Untuk melihat adanya
trauma pada thorak.
2. Pemeriksaan darah
rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line
data bila terjadi perdarahan terus menerus. Demikian pula dengan
pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa
terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan
ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya
trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan
kemungkinan trauma pada hepar.
3. Plain abdomen foto
tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum,
udara bebas retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran
usus.
4. Pemeriksaan urine
rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila
dijumpai hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma
pada saluran urogenital.
5. VP (Intravenous
Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila
ada persangkaan trauma pada ginjal.
6. Diagnostik Peritoneal
Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan
usus dalam rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya
alat diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).
1) Indikasi untuk
melakukan DPL adalah sebagai berikut :
·
Nyeri abdomen yang tidak bisa
diterangkan sebabnya
·
Trauma pada bagian bawah dari
dada
·
Hipotensi, hematokrit turun tanpa
alasan yang jelas
·
Pasien cedera abdominal dengan
gangguan kesadaran (obat, alkohol, cedera otak)
·
Pasien cedera abdominal dan
cedera medula spinalis (sumsum tulang belakang)
·
Patah tulang pelvis
2) Kontra indikasi relatif
melakukan DPL adalah sebagai berikut :
·
Hamil
·
Pernah operasi abdominal
·
Operator tidak berpengalaman
·
Bila hasilnya tidak akan merubah
penatalaksanaan
7. Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang
belum dioperasi dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.
Penatalaksanaan Medis
:
1) Abdominal paracentesis
Menentukan adanya
perdarahan dalam rongga peritonium, merupakan indikasi untuk laparotomi.
2)
Pemeriksaan laparoskopi
Mengetahui secara langsung
penyebab abdomen akut.
3)
Pemasangan NGT
Memeriksa cairan yang keluar dari lambung
pada trauma abdomen.
4)
Pemberian antibiotik
Mencegah infeksi.
5)
Laparotomi
Penatalaksanaan
keperawatan:
1)
Mulai prosedur resusitasi (memperbaiki jalan napas, pernapasan, sirkulasi)
sesuai indikasi.
2)
Pertahankan pasien pada brankar atau tandu papan ; gerakkan dapat
menyebabkan fragmentasi bekuan pada pada pembuluh darah besar dan menimbulkan
hemoragi masif.
a) Pastikan kepatenan jalan napas dan
kestabilan pernapasan serta sistem saraf.
b) Jika pasien koma, bebat leher sampai
setelah sinar x leher didapatkan.
c) Gunting baju dari luka.
d) Hitung jumlah luka.
e) Tentukan lokasi luka masuk dan keluar.
3) Kaji tanda dan gejala hemoragi.
4) Kontrol perdarahan dan pertahanan volume
darah sampai pembedahan dilakukan.
5) Aspirasi lambung dengan selang nasogastrik.
Prosedur ini membantu mendeteksi luka lambung, mengurangi kontaminasi terhadap
rongga peritonium, dan mencegah komplikasi paru karena aspirasi.
6) Tutupi visera abdomen yang keluar dengan
balutan steril, balutan salin basah untuk mencegah kekeringan visera.
7) Pasang kateter uretra menetap untuk
mendapatkan kepastian adanya hematuria dan pantau haluaran urine.
8) Siapkan pasien untuk pembedahan jika
terdapat bukti adanya syok, kehilangan darah, adanya udara bebas dibawah
diafragma, eviserasi, atau hematuria.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala,
nyeri, mulas,
Data Obyektif : Perubahan kesadaran,
masalah dalam keseim Bangan cedera (trauma)
2. Sirkulasi
Data Obyektif: kecepatan (bradipneu,
takhipneu), polanapas(hipoventilasi, hiperventilasi, dll).
3. Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/
kepribadian (tenang atau dramatis)
Data Obyektif : Cemas, Bingung, Depresi.
4. Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung
kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi.
5. Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan
mengalami perubahan Selera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.
6. Neurosensori.
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran
sementara, vertigo
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa
sampai koma, perubahan status mental,Kesulitan dalam
menentukan posisi tubuh.
7. Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan
intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama.
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah,
merintih.
8. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas.
9. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru/ trauma karena
kecelakaan.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan
kognitif.
Gangguan rentang gerak.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan perdarahan
b. Nyeri berhubungan
dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen.
c. Resiko infeksi
berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya pertahanan tubuh
d. Ansietas berhubungan
dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan
e. Gangguan mobilitas
fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
C. Perencanaan
a) Defisit Volume cairan
dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : Terjadi keseimbangan volume cairan.
Tujuan : Terjadi keseimbangan volume cairan.
K.H : Kebutuhan
cairan terpenuhi
Intervensi
:
1.
Kaji tanda-tanda vital
R/ untuk
mengidentifikasi defisit volume cairan
2.
Pantau cairan parenteral dengan
elektrolit, antibiotik dan vitamin
R/ mengidentifikasi
keadaan perdarahan
3.
Kaji tetesan infus
R/ awasi tetesan untuk
mengidentifikasi kebutuhan cairan.
4.
Kolaborasi : Berikan cairan
parenteral sesuai indikasi.
R/ cara parenteral
membantu memenuhi kebutuhan nuitrisi tubuh.
5.
Tranfusi darah
R/ menggantikan darah
yang keluar.
b) Nyeri berhubungan dengan
adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen.
Tujuan : Nyeri
teratasi
K.H : Nyeri
berkurang atau hilang.
Intervensi :
1.
Kaji karakteristik nyeri
R/ mengetahui tingkat
nyeri klien.
2.
Beri posisi semi fowler.
R/ mengurngi kontraksi
abdomen
3.
Anjurkan tehnik manajemen nyeri
seperti distraksi
R/ membantu mengurangi
rasa nyeri dengan mengalihkan perhatian
4.
Kolaborasi pemberian analgetik
sesuai indikasi.
R/ analgetik membantu
mengurangi rasa nyeri.
5.
Managemant lingkungan yang nyaman
R/ lingkungan yang
nyaman dapat memberikan rasa nyaman klien
c) Resiko infeksi
berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya pertahanan tubuh.
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi
K.H : tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi :
1. Kaji tanda-tanda
infeksi
R/ mengidentifikasi adanya resiko infeksi lebih dini.
2. Kaji keadaan luka
R/ keadaan luka yang diketahui lebih awal dapat mengurangi resiko
infeksi.
3. Kaji tanda-tanda vital
R/ suhu tubuh naik dapat di indikasikan adanya proses
infeksi.
4. Perawatan luka dengan
prinsip sterilisasi
R/ teknik aseptik dapat menurunkan resiko infeksi nosokomial
5. Kolaborasi pemberian
antibiotik
R/ antibiotik
mencegah adanya infeksi bakteri dari luar
d) Ansietas berhubungan
dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan
Tujuan : Ansietas
teratasi
K.H : Klien tampak rileks
Intervensi :
1. Kaji perilaku koping
baru dan anjurkan penggunaan ketrampilan yang berhasil pada waktu lalu
R/
koping yang baik akan mengurangi ansietas klien.
2. Dorong dan sediakan
waktu untuk mengungkapkan ansietas dan rasa takut dan berikan penanganan
R/
mengetahui ansietas, rasa takut klien bisa mengidentifikasi masalah dan untuk
memberikan penjelasan kepada klien.
3. Jelaskan prosedur dan
tindakan dan beri penguatan penjelasan mengenai penyakit
R/
apabila klien tahu tentang prosedur dan tindakan yang akan dilakukan, klien
mengerti dan diharapkan ansietas berkurang
4. Pertahankan lingkungan
yang tenang dan tanpa stres
R/ lingkungan yang
nyaman dapat membuat klien nyaman dalam menghadapi situasi
5. Dorong dan dukungan
orang terdekat
R/ memotifasi klien
e) Gangguan mobilitas
fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan :
Dapat bergerak bebas
K.H: Mempertahankan mobilitas
optimal
Intervensi :
1. Kaji kemampuan pasien
untuk bergerak
R/ identifikasi kemampuan klien dalam mobilisasi
2. Dekatkan peralatan
yang dibutuhkan pasien
R/ meminimalisir pergerakan kien
3. Berikan latihan gerak
aktif pasif
R/ melatih otot-otot klien
4. Bantu kebutuhan pasien
R/ membantu dalam mengatasi kebutuhan dasar klien
5. Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi.
R/ terapi fisioterapi dapat memulihkan kondisi klien
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Trauma
tumpul abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga abdomen yang
mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ
padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus
besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen.
Trauma abdomen disebabkan oleh Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan
olahraga dan terjatuh dari ketinggian.
2. Saran
Banyak
faktor yang bisa menyebabkan terjadinya trauma abdomen, faktor tertinggi
biasanyadisebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, kemudian karena penganiayaan,
kecelakaan olahraga dan jatuh dari ketinggian. Agar tidak terjadi hal-hal yang
tidak dikehendaki, hendaknya kita harus selalu berhati-hati dalam melakukan
aktivitas, agar terhindar dari bahaya trauma maupun cedera.
DAFTAR PUSTAKA
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan
Ed.31. Jakarta: EGC
Carpenito, 1998 Buku saku: Diagnosa Keperawatan
Aplikasi Pada Praktek Klinis,
Edisi 6. Jakarta:
EGC
Doenges. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman
untuk perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3.
Jakarta: EGC
FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Jakarta:
Binarupa Aksara
Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis :
Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid
1.FKUI : Media Aesculapius
Sjamsuhidayat. 1998. Buku Ajar
Bedah. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner and Suddarth Ed.8 Vol.3. : Jakarta: EGC.
Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah.Jakarta : EGC
Training. 2009. Primarytraumacare.(http
://www.primarytraumacare.org/ ptcman/training/ppd/ptc_indo.pdf/ 10, 17,
2009, 13.10 1m, diakses: 12 september
2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar