Senin, 19 Agustus 2013

Fakta Unik Tentang Menguap


Hoaaammm. . .
Saat bangun tidur, pulang kuliah, membaca buku, mendengarkan ceramah, menonton tv, mendengarkan lagu, kagiatan menguap adalah reflek tubuh yang tak bisa kita pungkiri.
Dalam beberapa budaya, menguap merupakan suatu sikap antisosial sehingga saat menguap orang-orang dari kebudayaan tersebut akan menutup mulut mereka.
Menguap kadang dikaitkan dengan stres, kebosanan, emosi , dan kelelahan.
Tapi apakah hanya itu penyebab munguap?
Sebenarnya menguap bisa dijelaskan secara ilmiah, berikut ulasannya..

Menguap merupakan refleks pernafasan untuk menarik lebih banyak oksigen ke dalam aliran darah. Oleh karena paru-paru Anda kurang mendapat oksigen. Dengan mengambil nafas dalam-dalam di luar kemauan terjadi sebagai respon alami akibat tertutupnya paru-paru oleh karbondioksida atau kekurangan oksigen.

Hal ini tidak biasanya merupakan gejala pertama dari sesuatu yang serius, tapi menguap berlebihan dalam beberapa kasus sebagai sinyal ada sesuatu yang salah pada tubuh. Pola tidur yang kurang bisa jadi penyebabnya.

Menurut National Institutes of Health, pada beberapa orang, menguap berlebihan bisa menjadi reaksi yang disebabkan oleh saraf vagus yang dapat menunjukkan masalah jantung. Dalam kasus langka lainnya, menguap juga bisa menandakan sejumlah masalah otak.

Ada banyak teori, tapi sedikit bukti tentang mengapa seseorang menguap. Gerakan refleks ini dilakukan tidak hanya karena lelah namun juga bisa jadi akibat kurangnya oksigen .

Ada sedikit penelitian untuk mendukung salah satu dari sejumlah teori tentang mengapa seseorang menguap seperti:
1.  Cerminan kurangnya oksigen
"Kita tidak hanya melakukannya ketika kita lelah. Ini juga mungkin mencerminkan kekurangan oksigen," ujar Profesor di Frances Payne Bolton Sekolah Keperawatan di Case Western Reserve University dan Juru Bicara American Academy of Sleep Medicine, Michael Decker, Ph.D.
Bagian bawah lobus paru-paru biasanya tidak bekerja ketika seseorang istirahat. Hal ini tidak sama saat berolahraga yang banyak menggunakan kapasitas paru-paru. Pernapasan yang terjadi membantu menjaga paru-paru agar tetap sehat.
Dalam kasus pasien operasi, beberapa pasien menurunkan fungsi paru-paru saat menderita pneumonia karena pernapasan dangkal setelah anestesi. "Menguap akan seperti respons homeostatis, tidak bernapas terlalu dalam," kata Decker.
2.    Menguap karena merasa bosan
Menurut sebuah studi tahun 1986, mahasiswa yang menguap lebih banyak ketika ditampilkan pola warna dibandingkan yang menyaksikan video selama 30 menit.
3.    Menguap dinginkan otak
Sebuah studi yang dilakukan oleh Andrew Gallup dan timnya dari Binghamton University menemukan bahwa tujuan dari menguap adalah untuk mengontrol temperatur otak. Saat menguap, peregangan di daerah rahang meningkatkan aliran darah di leher, wajah, dan kepala. Menarik napas dalam ketika proses menguap membuat cairan di tulang belakang dan darah dari otak mengalir ke bawah. Udara sejuk yang dihirup ketika menguap membantu mendinginkan cairan ini. Proses ini berjalan seperti halnya radiator, melepaskan darah yang terlalu panas dari otak lalu memasukkan darah yang suhunya lebih rendah yang berasal dari paru-paru, kaki, dan tangan sehingga mendinginkan permukaan otak.
Temuan ini juga menjelaskan kenapa seseorang yang lelah dan ngantuk menguap lebih sering. Hal ini karena kelelahan dan kurang tidur mengakibatkan kenaikan temperatur otak sehingga tubuh kemudian secara refleks menguap berkali-kali untuk mendinginkan temperatur  otak
Orang lebih cenderung menguap selama musim dingin. Menguap biasanya berlangsung sekitar enam detik. Selama enam detik, denyut jantung meningkat secara signifikan. Sebuah studi 2012 meneliti tubuh seseorang, sebelum dan sesudah menguap dan menemukan bahwa sejumlah perubahan fisiologis yang terjadi selama enam detik tidak direplikasi ketika peserta penelitian hanya diminta untuk mengambil napas dalam-dalam.

Menguap juga dipercaya merupakan aktivitas yang menular. Hanya dengan melihat seseorang menguap bisa membuat kita menguap. Bahkan hanya dengan membaca artikel mengenai menguap bisa membuat kamu menguap (coba dibuktikan sendiri-sendiri sebelum membaca habis tulisan ini).

Faktanya menguap mudah sekali menular - 55% orang-orang yang melihat seseorang menguap akan turut menguap dalam waktu lima menit berikutnya.
Lalu mengapa terjadi ?

Sebuah kelompok di Finlandia mencoba menelusuri jawabannya melalui sebuah studi. Studi tersebut menyatakan bahwa ternyata di dalam otak kita terdapat sirkuit yang menganalisis dan memerintah kita untuk mengikuti gerakan orang lain.
Sirkuit ini disebut sebagai "sistem neuron cermin" atau mirror-neuron system karena mengandung jenis khusus dari sel-sel otak atau neuron, yang menjadi aktif ketika pemiliknya melakukan sesuatu dan merasakan orang lain melakukan hal yang sama.
Cermin neuron menjadi aktif ketika seseorang meniru tindakan orang lain. Proses ini mirip dengan proses belajar.

Namun belakangan, peran sistem ini terhadap penularan proses menguap mulai diragukan. Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa sistem ini tidak tampak bekerja pada saat terjadinya menguap yang menular ini.

Ada yang menyebutkan bahwa penularan tersebut diperantarai oleh bagian otak yang disebut sulkus temporal superior, ada pula yang mengatakan karena penularan terjadi karena deaktivasi periamigdala, suatu bagian di dalam otak. Namun seluruh teori ini juga belum dapat dibuktikan kebenarannya.

Belakangan, sebuah studi lain di tahun 2007 mengemukakan bahwa anak dengan gangguan autism tidak mengalami peningkatan frekuensi menguap setelah melihat video orang-orang yang menguap. Hasil ini berkebalikan dengan hasil anak lain yang normal. Dari studi ini, mereka menyimpulkan bahwa penularan menguap disebabkan oleh empati.

Sementara itu, hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Cognitive Brain Research oleh Steven Platek, PhD, psikolog dari State University of New York di Albania, menyebutkan bahwa penularan menguap merupakan respons empatetik, sama halnya seperti tertawa. Artinya, menguap menjadi cara dalam menunjukkan empati kita terhadap perasaan orang lain.
"Menguap tidak hanya bisa dipicu setelah melihat orang lain menguap, tetapi juga mendengarkan, membaca, atau bahkan berpikir tentang menguap," kata Platek, yang memimpin penelitian tersebut.

Yang lebih menggelikan, sebuah studi lain di Universitas di London menunjukkan bahwa menguap dapat menular dari manusia ke anjing. Hasil studi tersebut telah dilakukan pada 29 anjing yang melakukan percobaan, saat itu seorang menguap di depan mereka, ternyata ada 21 anjing yang ikut menguap juga. Hal ini tidak terjadi ketika orang tersebut hanya membuka mulutnya, tidak menguap.

Tenyata bukan hanya virus penyakit yang bisa menular, menguap pun bisa menularkan virusnya..

Bagaimana menarik kan mempelajari Fakta Unik Tentang Menguap.?

Sekian fakta dari D’MbaSNyu, dan ikuti terus fakta unik lainya.
Semoga bermanfaat dan dapat menjadi referensi  bagi temen-temen sekalian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar