Senin, 30 September 2013

LP & ASKEP ANEMIA


LAPORAN PENDAHULUAN DAN
ASUHAN KEPERAWATAN
ANEMIA





Disusun oleh:

Lutfy Nooraini


KATA PENGANTAR
ÉOó¡Î0«!$#Ç`»uH÷q§9$#OŠÏm§9$#...
Segala Puji bagi Sang Kholik yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas KMB I, tanpa nikmat sehat yang diberikan oleh-Nya sekiranya penulis tidak akan mampu untuk menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, semoga atas ijin Allah SWT penulis dan teman-teman semua akan mendapatkan syafaatnya nanti.
Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada teman-teman dan kerabat semua yang turut serta dalam penulisan makalah ini, baik dari segi ide, kreatifitas, dan usaha. Tanpa ada bantuan dari teman-teman semua, mungkin penulis akan mengalami hambatan dalam penulisan makalah ini.
Menjamurnya masalah kesehatan di lingkungan kita saat ini tidak dapat dipandang sebagai hal yang ringan dan hanya dipandang sebelah mata, kesehatan baik dari segi jasmani dan rohani begitu penting untuk kelangsungan hidup manusia.Pada makalah ini, penulis mencoba mengulas salah satu dari masalah kesehatan yang ada saat ini, dengan pertimbangan bahwa topik yang diangkat merupakan sebuah topik yang menarik dan perlu dipelajari, yaitu dengan judul ANEMIA. Makalah tersusun dengan sistematis yang mencakup dari pengertian ANEMIA, penyebab ANEMIA, insiden kasus ANEMIA, patofisiologi ANEMIA, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostic spesifik ANEMIA, penatalaksanaan, serta konsep asuhan keperawatan dari ANEMIA.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat untuk perbaikan makalah agar menjadi lebih bermanfaat untuk kita semua.
                                                                               Wonosobo, 21 November 2012

Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG
Anemia adalah kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal.Tingkat normal dari hemoglobin umumnya berbeda pada laki-laki dan wanita-wanita.Untuk laki-laki, anemia secara khas ditetapkan sebagai tingkat hemoglobin yang kurang dari 13.5 gram/100ml dan pada wanita-wanita sebagai hemoglobin yang kurang dari 12.0 gram/100ml.
Hemoglobin adalah pigmen merah yang memberikan warna merah yang dikenal pada sel-sel darah merah dan pada darah.Secara fungsi, hemoglobin adalah senyawa kimia kunci yang bergabung dengan oksigen dari paru-paru dan mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel-sel seluruh tubuh.Oksigen adalah penting untuk semua sel-sel dalam tubuh untuk menghasilkan energi. Pada saat terjadi anemia transportasi oksigen akan terganggu dan jaringan tubuh orang yang anemia akan mengalami kekurangan oksigen guna menghasilkan energi.
Sumsum tulang sebagai pabrik produksi sel darah juga bisa mengalami gangguan sehingga tidak bisa berfungsi dengan baik dalam menghasilkan sel darah merah yang berkualitas. Gangguan pada sumsum tulang biasanya disebabkan oleh karena mestatase sel kanker dari tempat lain. Anemia pada dasarnya disebabkan oleh :
1.      Pengurangan produksi sel darah merah atau hemoglobin, atau
2.      Kehilangan atau penghancuran darah. Selain itu, bermacam-macam penyakit-penyakit sumsum tulang yang luas juga dapat menyebabkan anemia. Pada pasien dengan gagal ginjal mungkin kekurangan hormon yang diperlukan untuk menstimulasi produksi sel darah merah oleh sumsum tulang (bone marrow).

B. TUJUAN
1.Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep dasar dan asuhan keperawatan anemia.
2.Tujuan khusus
- Mahasiswa mengetahui definisi anemia
- Mahasiswa mengetahui etiologi anemia
- Mahasiswa mengetahui patofisiologi anemia
- Mahasiswa mengetahui klasifikasi anemia
- Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan medis anemia
- Mahasiswa mengetahui komplikasi anemia
- Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan anemia





BAB II
KONSEP DASAR

A.           Pengertian Anemia                                 
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 100 ml darah (Ngastiyah, 1997).
Anemia adalah keadaan zat gizi yang berlangsung lama yang disebakan makanan yang dikonsumsi kurang mengandung zat gizi atau suatu keadaan terganggunya sistem pencernaan sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan penyerapan makanan yang di konsumsi (Supandiman.1997).
 Anemia Adalah dimana kadar Hemoglobin menurun sehingga tubuh akan mengalami hipoksia sebagai akibat kemampuan kapasitas pengangkutan oksigen berkurang.
Sedangkan menurut Arif mansoer et al, (2000) menyebutkan bahwa Anemia  defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan kurangnya mineral Fe sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit.

B.             Etiologi Anemia
Anemia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit, namun semua kerusakan tersebut secara signifikan akan mengurangi banyaknya oksigen yang tersedia untuk jaringan. Menurut Brunner dan Suddart (2001), beberapa penyebab anemia secara umum antara lain :
a.       Secara fisiologis anemia terjadi bila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
b.      Akibat dari sel darah merah yang prematur atau penghancuran sel darah  merah yang berlebihan.
c.       Produksi sel darah merah yang tidak mencukupi.
d.      Faktor lain meliputi kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor keturunan, penyakit kronis dan kekurangan zat besi.

C.           Tanda dan Gejala Anemia
1.              Pusing
2.              Mudah berkunang-kunang
3.              Lesu
4.              Aktivitas kurang
5.              Rasa mengantuk
6.              Susah konsentrasi
7.              Cepat lelah
8.              prestasi kerja fisik/pikiran menurun
9.              Konjungtiva pucat
10.          Telapak tangan pucat
11.          Anoreksia
Gejala khas masing-masing anemia:
1.      Perdarahan berulang/kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia defisioensi besi
2.      Ikterus, urin berwarna kuning tua/coklat, perut mrongkol/makin buncit pada anemia hemolitik
3.      Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan.



D.           PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya.  Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.  Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.  Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah.  Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).  Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). 
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
 




E.           Klasifikasi Anemia 
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1.       Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a.         Anemia aplastik
Penyebab:
-      agen neoplastik/sitoplastik
-      terapi radiasi, antibiotic tertentu
-      obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
-      infeksi virus (khususnya hepatitis)

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler
Gangguan sel induk di sumsum tulang
Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai
Pansitopenia
Anemia aplastik

Gejala-gejala:
-   Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
-   Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat


b.         Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
-       Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
-       Hematokrit turun 20-30%
                       Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritopoitin
c.         Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal).  Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan
d.        Anemia defisiensi besi
Penyebab:
-       Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
-       Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
-       Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.)

gangguan eritropoesis
Absorbsi besi dari usus kurang
sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin
Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya:
-      Atropi papilla lidah
                            -      Lidah pucat, merah, meradang
-       Stomatitis angularis, sakit di sudut mulu
e.         Anemia megaloblastik
Penyebab:
-       Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
-       Malnutrisi, malabsorbsi, infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.

Sintesis DNA terganggu
Gangguan maturasi inti sel darah merah
Megaloblas (eritroblas yang besar)
Eritrosit immatur dan hipofungsi

2.       Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
-     Pengaruh obat-obatan tertentu
-     Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
-     Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
-     Proses autoimun
-     Reaksi transfusi
-     Malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit
Antigesn pada eritrosit berubah
Dianggap benda asing oleh tubuh
sel darah merah dihancurkan oleh limposit
Anemia hemolisis

F.            PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG
a.       Kadar porfirin eritrosit bebas ---- meningkat
b.      Konsentrasi besi serum ------- menurun
c.       Saturasi transferin ------ menurun
d.      Konsentrasi feritin serum ---- menurun
e.       Hemoglobin menurun
f.       Rasio hemoglobin porfirin eritrosit ---- lebih dari 2,8 ug/g adalah diagnostic untuk defisiensi besi
g.      Mean cospuscle volume ( MCV) dan mean cospuscle hemoglobin concentration ( MCHC ) ---- menurun menyebabkan anemia hipokrom mikrositik atau sel-sel darah merah yang kecil-kecil dan pucat.
h.      Selama pengobatan  jumlah retikulosit ---- meningkat dalam 3 sampai 5 hari sesuadh dimulainya terapi besi mengindikasikan respons terapeutik yang positif.
i.        Dengan pengobatan, hemoglobin------- kembali normal dalam 4 sampai 8 minggu mengindikasikan tambahan besi dan nutrisi yang adekuat.

G.          PENATALAKSANAAN ANEMIA
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya, yaitu :
1.              Anemia aplastik:
Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan antithimocyte globulin ( ATG ) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet ( Phipps, Cassmeyer, Sanas & Lehman, 1995 ).
2.              Anemia pada penyakit ginjal
·         Pada paien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat
·         Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3.              Anemia pada penyakit kronis
·         Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4.              Anemia pada defisiensi besi
Dengan pemberian makanan yang adekuat.Pada defisiensi besi diberikan sulfas ferosus 3 x 10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb kurang dari 5 gr %. Pada defisiensi asam folat diberikan asam folat 3 x 5 mg/hari.
5.              Anemia megaloblastik
·         Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
·         Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
·         Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
6.              Anemia pasca perdarahan ;
Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan darurat diberikan cairan intravena dengan cairan infus apa saja yang tersedia.
7.              Anemia hemolitik ;
Dengan penberian transfusi darah menggantikan darah yang hemolisis.

H.          KOMPLIKASI ANEMIA
1.     Gagal jantung
2.    Kejang dan parestesia (perasaan yang menyimpang seperti rasa terbakar , Kesemutan )
3.     Gagal ginjal













ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA

A.   PENGKAJIAN
1)      Aktivitas / istirahat
Gejala :keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas;          penurunan semangat untuk bekerja.Toleransi terhadap latihan rendah.Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda   : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.Tubuh tidak tegak.Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.

2)      Sirkulasi
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP).Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).

3)      Integritas ego
Gejala : Keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya  penolakan transfusi darah.
Tanda : Depresi.
4)      Eleminasi
Gejala : Riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi.Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.

5)      Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring).Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia.Adanya penurunan berat badan.Tidak pernah puas mengunyah.
Tanda  : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi).Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).

6)      Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda  :  Peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).



7)      Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala
8)      Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9)      Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan.Riwayat kanker, terapi kanker.Tidak toleran terhadap dingin dan panas.Transfusi darah sebelumnya.Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).

B.   MASALAH KEPERAWATAN
a.      Inefektif perfusi jaringan
b.     Intoleransi Aktifitas
c.      Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
d.     Kelelahan/ fatigue

C.   DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
No
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
1
Perfusi jaringan in efektif b/d.penurunan konsentrasi HB dan Darah
Perfusi jaringan terpenuhi setelah dilakukan tindakan perawatan.
 Kriteria Hasil :
Kulit tidak pucat,tanda vital dalam batas normal, nilai Hb dan eritrosit dalam rentang normal
1.      Monitor tenda-tanda vital
2.      Atur posisi dengan kepala datar atau tubuh lebih rendah
3.      Hindari pergerakan yang berlebihan
4.      Awasi kesadaran dan tanda-tanda terhadap penurunan kesadaran
5.      Manajemen terapi tranfusi sesuai terapi
6.      Pemberian O2 pernasal sesuai program
7.      Monitoring keefektifan suplai O2

1.      Data dasar mengetahui perkembangan pasien
2.      Meningkatkan pernafasan
3.      Mempertahankan pasokan oksigen
4.      Mengetahui status kesadaran pasien
5.      Meningkatkan sel darah
6.      Meningkatkan perfusi
7.      Menjaga keefektifan oksigen
2
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan berkurangnya suplay oksigen ke susunan saraf pusat.

Setelah dilakukan tindakan keparawatan selama 3x24 jam klien dapat meningkatkan toleransi aktivitas dengan kriteria :
- Bebas dari kelelahan
   setelah beraktivitas
-  Keseimbangan kebutuhan
   aktivitas dan istirahat
- Adanya peningkatan
   toleransi aktivitas
1.      Ukur vital sign
2.      Kaji penyebab intoleransi aktivitas klien
3.      Latih ROM bila keadaan klien memungkinka
4.      Ajarkan klien teknik penghematan energi untuk beraktivitas
5.      Tingkatkan aktivitas klien sesuai dengan kemampuan

1.      Data dasar mengetahui perkembangan pasien
2.      Merencanakan intervensi secara tepat
3.      Imobilisasi yang lama akan menyebabkan dekubitus
4.      Menghemat energi
5.      Tidak kelelehan

3
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual; muntah; anoreksia.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien terpenuhi kebutuhan nutrisinya dengan kriteria hasil :
-  Intake nutrisi adekuat.
- Mual, muntah, anoreksi hilang
- Bebas dari tanda-tanda malnutrisi.
-  Tidak terjadi penurunan BB
1.      Kaji status nutrisi pasien
2.      Kaji masukan selama perawatan per shif
3.      Kaji terhadap ketidaknyamanan (mual,muntah)
4.      Beri makanan dalam kondisi hangat,porsi kecil tapi sering
5.      Motivasi anak untuk menghabiskan makanan dengan melibatkan orang tua.
6.       Lakukan oral hygene
7.      Kolaborasi dengan ahli gizi akan kebutuhan kalori, protein dan cairan sesuai ndengan penyakit, usia dan kebutuhan metabolism
1.      Merencanakan intervensi yang tepat
2.      Observasi kebutuhan nutrisi
3.      Merencanakan makanan yang tepat
4.      Meningkatkan serlera makan dan intake makanan
5.      Meningkatkan kepercayaan tentang kebutuhan nutrisi
6.      Oral yang bersih meningkatkan nafsu makan
7.      Menentukan makanan yang sesuai dengan klien
4

Kelelahan/ Keletihan berhubungan dengan kondisi fisik kurang


Konservasi energi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam , kelelahan dapat teratasi dengan keriteria hasil :
-       klien menunjukkan peningkatan aktivitas bertahap
-       klien tidak tampak lelah.
-       TTV dbn.
-       Aktivitas klien berjalan normal.
1.      Monitor intake nutrisi adekuat
2.      Monitor tanda vital dan respon klien (wajah pucat, konjunctiva).
3.      Tentukan aktivitas yang mampu dilakukan klien sesuai dengan petunjuk dokter.
4.      Ajarkan mobilisasi bertahap dan peningkatan aktivitas fisik yang sesuai
5.      Dorong kemandirian klien.
1.      Observasi kebutuhan nutrisi
2.      Data dasar mengetahui keadaan pasien
3.      Membatasi aktifitas klien
4.      Membantu mengembalikan energi
5.      Meningkatkan kemandirian klien





D.   EVALUASI
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1)      Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
2)      Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
3)      Peningkatan perfusi jaringan.
4)      Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.






















BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Anemia Adalah dimana kadar Hemoglobin menurun sehingga tubuh akan mengalami hipoksia sebagai akibat kemampuan kapasitas pengangkutan oksigen berkurang. Secara fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan sehingga tubuh akan mengalami hipoksia.
B.   Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Anemia dengan tepat sehingga dapat mencegah terjadinya kegawatdaruratan dan komplikasi yang tidak diinginkan.








DAFTAR PUSTAKA

Bare, Brenda G dan Smelttzer, Susanne G. 2002 . Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
Engram,Barbara. 1998 .Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah.jakarta.EGC Brun
Brunner, suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta.  EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar