LAPORAN PENDAHULUAN DAN
ASUHAN KEPERAWATAN
CARSINOMA NASOFARING
Disusun oleh:
Lutfy
Nooraini
KATA PENGANTAR
...
Segala Puji bagi Sang Kholik yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas KMB I, tanpa
nikmat sehat yang diberikan oleh-Nya sekiranya penulis tidak akan mampu untuk
menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW, semoga atas ijin Allah SWT penulis dan teman-teman semua
akan mendapatkan syafaatnya nanti.
Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada
teman-teman dan kerabat semua yang turut serta dalam penulisan makalah ini,
baik dari segi ide, kreatifitas, dan usaha. Tanpa ada bantuan dari teman-teman
semua, mungkin penulis akan mengalami hambatan dalam penulisan makalah ini.
Menjamurnya masalah kesehatan di lingkungan kita saat
ini tidak dapat dipandang sebagai hal yang ringan dan hanya dipandang sebelah
mata, kesehatan baik dari segi jasmani dan rohani begitu penting untuk
kelangsungan hidup manusia.Pada makalah ini, penulis mencoba mengulas salah
satu dari masalah kesehatan yang ada saat ini, dengan pertimbangan bahwa topik
yang diangkat merupakan sebuah topik yang menarik dan perlu dipelajari, yaitu
dengan judul ANEMIA. Makalah tersusun dengan sistematis yang mencakup dari
pengertian ANEMIA, penyebab ANEMIA, insiden kasus ANEMIA, patofisiologi ANEMIA,
manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostic spesifik ANEMIA, penatalaksanaan,
serta konsep asuhan keperawatan dari ANEMIA.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bermanfaat untuk perbaikan makalah agar menjadi lebih bermanfaat
untuk kita semua.
Wonosobo, 21 November 2012
Penulis,
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN CARSINOMA NASOFARING
I. PENGERTIAN
Karsinoma nasofaring merupakan
tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi di fossa
Rossenmuller dan atap nasofaring.
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang
terbanyak ditemukan di Indonesia.
(Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146)
II. EPIDEMIOLOGI DAN ETIOLOGI
Urutan tertinggi penderita karsinoma nasofaring adalah suku
mongoloid yaitu 2500 kasus baru pertahun. Diduga disebabkan karena mereka
memakan makanan yang diawetkan dalam musim dingin dengan menggunakan bahan pengawet nitrosamin.
(Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146).
Insidens karsinoma nasofaring yang tinggi ini dihubungkan dengan
kebiasaan makan, lingkungan dan virus Epstein-Barr (Sjamsuhidajat, 1997 hal
460). Selain itu faktor geografis, rasial, jenis kelamin, genetik, pekerjaan,
kebiasaan hidup, kebudayaan, sosial ekonomi, infeksi kuman atau parasit juga sangat mempengaruhi kemungkinan timbulnya
tumor ini. Tetapi sudah hampir dapat dipastikan bahwa penyebab karsinoma
nasofaring adalah virus Epstein-barr, karena pada semua pasien nasofaring
didapatkan titer anti-virus EEB yang cukup tinggi (Efiaty & Nurbaiti, 2001
hal 146).
III. Tanda dan Gejala
Gejala
karsinoma nasofaring dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu antara lain :
1.
Gejala nasofaring
Adanya epistaksis ringan atau sumbatan hidung.Terkadang
gejala belum ada tapi tumor sudah tumbuh karena tumor masih terdapat dibawah
mukosa (creeping tumor)
2.
Gangguan pada telinga
Merupakan gejala dini karena
tempat asal tumor dekat muara tuba Eustachius (fosa Rosenmuller). Gangguan
dapat berupa tinitus, tuli, rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri di
telinga (otalgia)
3.
Gangguan mata dan syaraf
Karena dekat dengan rongga
tengkorak maka terjadi penjalaran melalui foramen laserum yang akan mengenai
saraf otak ke III, IV, VI sehingga dijumpai diplopia, juling, eksoftalmus dan
saraf ke V berupa gangguan motorik dan sensorik.
Karsinoma yang lanjut akan
mengenai saraf otak ke IX, X, XI dan XII jika penjalaran melalui foramen
jugulare yang sering disebut sindrom Jackson.
Jika seluruh saraf otak terkena disebut sindrom unialteral. Prognosis jelek
bila sudah disertai destruksi tulang tengkorak.
4.
Metastasis ke kelenjar leher
Yaitu dalam bentuk benjolan medial
terhadap muskulus sternokleidomastoid yang akhirnya membentuk massa besar hingga kulit mengkilat. Hal
inilah yang mendorong pasien untuk berobat.
Suatu kelainan nasofaring yang disebut lesi hiperplastik nasofaring
atau LHN telah diteliti dicina yaitu 3 bentuk yang mencurigakan pada nasofaring
seperti pembesaran adenoid pada orang dewasa, pembesaran nodul dan mukositis
berat pada daerah nasofaring. Kelainan ini bila diikuti bertahun – tahun akan
menjadi karsinoma nasofaring. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 147 -148).
IV. Pemeriksaan Penunjang
a.
Nasofaringoskopi
b.
Untuk diagnosis pasti
ditegakkan dengan Biopsi nasofaring dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dari
hidung dan mulut. Dilakukan dengan anestesi topikal dengan Xylocain 10 %.
c.
Pemeriksaan CT-Scan daerah
kepala dan leher untuk mengetahui keberadaan tumor sehingga tumor primer yang
tersembunyi pun akan ditemukan.
d.
Pemeriksaan Serologi IgA anti
EA dan IgA anti VCA untuk mengetahui infeksi virus E-B.
e.
Pengerokan dengan kuret daerah
lateral nasofaring dalam narkosis.
(Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 148 -
149).
V. Penatalaksanaan Medis
a.
Radioterapi merupakan
pengobatan utama
b.
Pengobatan tambahan yang
diberikan dapat berupa diseksi leher ( benjolan di leher yang tidak menghilang
pada penyinaran atau timbul kembali setelah penyinaran dan tumor induknya sudah
hilang yang terlebih dulu diperiksa dengan radiologik dan serologik) ,
pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi,
vaksin dan antivirus.
Pemberian ajuvan kemoterapi yaitu
Cis-platinum, bleomycin dan 5-fluorouracil. Sedangkan kemoterapi praradiasi
dengan epirubicin dan cis-platinum. Kombinasi kemo-radioterapi dengan mitomycin
C dan 5-fluorouracil oral sebelum diberikan radiasi yang bersifat
“RADIOSENSITIZER”.
VI. Pengkajian
a. Faktor herediter atau riwayat kanker pada keluarga misal ibu atau nenek dengan riwayat kanker payudara
b. Lingkungan yang berpengaruh seperti iritasi bahan kimia, asap sejenis kayu tertentu.
c. Kebiasaan memasak dengan bahan atau bumbu masak tertentu dan kebiasaan makan makanan yang terlalu panas serta makanan yang diawetkan ( daging dan ikan).
d. Golongan sosial ekonomi yang rendah juga akan menyangkut keadaan lingkungan dan kebiasaan hidup. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146)
e. Tanda dan gejala :
Aktivitas
Kelemahan atau keletihan. Perubahan pada pola istirahat; adanya faktor-faktor yangmempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas.
Sirkulasi
Akibat metastase tumor terdapat palpitasi, nyeri dada, penurunan tekanan darah, epistaksis/perdarahan hidung.
Integritas ego
Faktor stres, masalah tentang perubahan penampilan, menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, kehilangan kontrol, depresi, menarik diri, marah.
Eliminasi
Perubahan pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urin, perubahan bising usus, distensi abdomen.
Makanan/cairan
Kebiasaan diit buruk ( rendah serat, aditif, bahanpengawet), anoreksia, mual/muntah, mulut rasa kering, intoleransi makanan,perubahan berat badan, kakeksia, perubahan kelembaban/turgor kulit.
Neurosensori
Sakit kepala, tinitus, tuli, diplopia, juling, eksoftalmus
Nyeri/kenyamanan
Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri telinga (otalgia), rasa kaku di daerah leher karena fibrosis jaringan akibat penyinaran
Pernapasan
Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok),
pemajanan
Keamanan
Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama /
berlebihan, demam, ruam kulit.
Seksualitas
Masalah seksual misalnya dampak hubungan, perubahan pada tingkat
kepuasan.
Interaksi sosial
Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung
(Doenges, 2000)
H. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1. Nyeri b.d kompresi / destruksi jaringan saraf
Tujuan
: rasa nyeri berkurang sampai dengan hilang
Kriteria
hasil : mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan
relaksasi nyeri.
Intervensi
:
ð
Tentukan riwayat nyeri misalnya
lokasi, frekuensi, durasi
ð
Berikan tindakan kenyamanan
dasar (reposisi, gosok punggung) dan aktivitas hiburan.
ð
Dorong penggunaan ketrampilan
manajemen nyeri (teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi) musik,
sentuhan terapeutik.
ð
Evaluasi penghilangan nyeri
atau kontrol
ð
Kolaborasi : berikan analgesik
sesuai indikasi misalnya Morfin, metadon atau campuran narkotik.
2. Gangguan sensori
persepsi berubungan dengan gangguan status organ sekunder metastase tumor
Tujuan : mampu beradaptasi terhadap perubahan sensori pesepsi
Kriteria hasil : mengenal
gangguan dan berkompensasi terhadap perubahan
Intervensi :
ð
Tentukan ketajaman penglihatan,
apakah satu atau dua mata terlibat.
ð
Orientasikan pasien terhadap
lingkungan
ð
Observasi tanda-tanda dan
gejala disorientasi
ð
Perhatikan tentang suram atau
penglihatan kabur
ð
Bicara dengan gerak mulut yang
jelas
ð
Bicara pada sisi telinga yang
sehat
3.
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah sekunder kemoterapi
radiasi
Tujuan
: kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria
hasil :
ð
Melaporkan penurunan mual dan
insidens muntah
ð
Mengkonsumsi makanan dan cairan
yang adekuat
ð
Menunjukkan turgor kulit normal
dan membran mukosa yang lembab
ð
Melaporkan tidak adanya
penurunan berat badan tambahan
Intervensi
:
ð
Sesuaikan diet sebelum dan
sesudah pemberian obat sesuai dengan kesukaan dan toleransi pasien
ð
Berikan dorongan higiene oral
yang sering
ð
Berikan antiemetik, sedatif dan
kortikosteroid yang diresepkan
ð
Pastikan hidrasi cairan yang
adekuat sebelum, selama dan setelah pemberian obat, kaji masukan dan haluaran.
ð
Pantau masukan makanan tiap
hari.
ð
Ukur TB, BB dan ketebalan kulit
trisep (pengukuran antropometri)
ð
Dorong pasien untuk makan diet
tinggi kalori, kaya nutrien dengan masukan cairan adekuat.
ð
Kontrol faktor lingkungan (bau
dan panadangan yang tidak sedap dan kebisingan)
4.
Resiko infeksi
berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder imunosupresi
Tujuan : tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil :
ð
Menunjukkan suhu normal dan
tanda-tanda vital normal
ð
Tidak menunjukkan tanda-tanda
inflamasi : edema setempat, eritema, nyeri.
ð
Menunjukkan bunyi nafas normal,
melakukan nafas dalam untuk menegah disfungsi dan infeksi respiratori
Intervensi :
ð
Kaji pasienterhadap bukti
adanya infeksi :
ð
Periksa tanda vital, pantau
jumlah SDP, tempat masuknya patogen, demam, menggigil, perubahan respiratori
atau status mental, frekuensi berkemih atau rasa perih saat berkemih
ð
Tingkatkan prosedur cuci tangan
yang baik pada staf dan pengunjung, batasi pengunjung yang mengalami infeksi.
ð
Tekankan higiene personal
ð
Pantau suhu
ð
Kaji semua sistem (pernafasan,
kulit, genitourinaria)
5.
Resti kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunologi, efek radiasi
kemoterapi
Tujuan : integritas kulit tetap terjaga
Kriteria hasil :
Menunjukkan perubahan yang minimal pada kulit dan menghindari trauma
pada area kulit yang sakit
Intervensi :
ð
Kaji kulit dengan sering
terhadap efek samping kanker
ð
Mandikan dengan menggunakan air
hangat dan sabun ringan
ð
Hindari menggosok atau
menggaruk area
ð
Anjurkan pasien untuk
menghindari krim kulit apapun, bedak, salep apapun kecuali diijinkan dokter.
ð
Hindarkan pakaian yang ketat
pada aea tersebut
ð
Oleskan vitamin A dan D pada
area tersebut
ð
Tinjau ulang efek samping dermatologis
yang dicurigai pada kemoterapi.
6.
Resiko tinggi perubahan
membran mukosa oral behubungan dengan efek samping agen kemoterapi radiasi
Tujuan : tidak terjadi gangguan pada membran mukosa
Kriteria hasil :
ð
Menunjukkan mukosa oral yang
bersih dan utuh
ð
Tidak menunjukkan adanya
ulserasi atau infeksi pada rongga mulut
ð
Melaporkan tidak adanya nyeri,
kesulitan menelan dan dehidrasi
Intervensi :
ð
Kaji kesehatangigi dan hihiene
oral secara periodik
ð
kaji rongga mulut tiap hari,
perhatikan perubahan pada integritas membran mukosa oral
ð
instruksikan mengenai
perubahahn diet misalnya hindari makanan panas atau pedas, anjurkan penggunaan
sedotan, mencerna makanan lembut atau diblender.
ð
Pantau dan jelaskan tanda-tanda
tentang superinfeksi oral
ð
Mulai program higiene oral :
gunakan pencuci mulut dari salin hangat, larutan pelarut dari hidrogen
peroksida, sikat dengan sikat gigi/benang gigi, pertahankan bibir lembab dengan
pelumas bibir.
7.
Gangguan harga diri
berhubugan dengan efek samping radioterapi: kehilangan rambut
Tujuan : gangguan harga diri teratasi
Kriteria hasil :
Mengungkapkan perubahan gaya
hidup tentang perasaan tidak berdaya, putus asa.
Intervensi :
ð
Tinjau ulang efek samping yang
diantisipasi berkenaan dengan pengobatan tertentu
ð
Dorong diskusi tentang/pecahkan
masalah tentang efek kanker
ð
Akui kesulitan yang mungkin di
alami
ð
Evaluasi struktur pendukung
yang ada dan digunakan oleh pasien /orang terdekat
ð
Beri dukungan emosi untuk
pasien/orang terdekat selama tes diagnostik dan fase pengobatan
ð
Gunakan sentuhan selama
interaksi
8.
Konstipasi/diare
berhubungan dengan iritasi mukosa GI sekunder kemoterapi
Tujuan : gangguan defekasi tidak terjadi
Kriteria hasil : Mempertahankan konsistensi atau pola defekasi umum
Intervensi :
ð
Kaji bising usus, gerakan usus
termasuk frekuensi, konsistensi.
ð
Pantau masukan dna haluaran
serta berat badan
ð
Dorong masukan cairan adekuat,
peningkatan serat diet, latihan
ð
Pastikan diet yang tepat;
hindari makanan tinggi lemak, makanan serat tinggi, kafein tinggi.
ð
Periksa infeksi bila tidak
defekasi selama 3 hari atau distensi abdomen.
ð
Berikan cairan IV, agen
antidiare, laksatif.
9.
Resiko terhadap
perdarahan berhubungan dengan gangguan sistem hematopoetik
Tujuan : perdarahan dapat teratasi
Kriteria hasil :
ð
Tanda dan gejala perdarahan
teridentifikasi
ð
Tidak menunjukkan adanya darah
feses, urin atau emesis
ð
Tidak menunjukkan perdarahan
gusi
Intervensi :
ð
Kaji terhadap potensial
perdarahan : pantau jumlah trombosit
ð
Kaji terhadap perdarahan :
petekhie, penurunan Hb Ht, perdarahan dari orifisium tubuh
ð
Instruksikan cara-cara
meminimalkan perdarahan : gunakan sikat gigi
halus, hindari cairan pembilas mulut komersial, hindari makanan yang
sulit dikunyah
ð
Lakukan tindakan meminimalkan
perdarahan : hindari mengukur suhu rektal, hindari suntikan IM, lembabkan bibir
dengan petrolatum, mempertahankan masukan cairan
ð
Gunakan pelunak feses atau
tingkatkan serat dalam diet.
(Doenges, 2000)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar