Sabtu, 06 September 2014

LP & ASKEP DIABETES MELLITUS



LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
DIABETES MELLITUS


Disusun oleh:

Lutfy Nooraini


KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Sang Kholik yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Kasus KMB 4, tanpa nikmat sehat yang diberikan oleh-Nya sekiranya penulis tidak akan mampu untuk menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, semoga atas ijin Allah SWT penulis dan teman-teman semua akan mendapatkan syafaatnya nanti.
Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada teman-teman dan kerabat semua yang turut serta dalam penulisan makalah ini, baik dari segi ide, kreatifitas, dan usaha.
Tanpa ada bantuan dari teman-teman semua, mungkin penulis akan mengalami hambatan dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat untuk perbaikan makalah agar menjadi lebih bermanfaat untuk kita semua.


Penulis,

 

BAB II

 

TINJAUAN TEORITIS



1. Pengertian Diabetes mellitus
         Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (Mansjoer dkk,2000). Sedangkan menurut Francis dan John (2000), Diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya.

2.      Klasifikasi

Klasifikasi Diabetes Mellitus dari National Diabetus Data Group: Classification and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Other Categories of Glucosa Intolerance:

a.       Klasifikasi Klinis
1)      Diabetes Mellitus
a)      Tipe tergantung insulin (DMTI), Tipe I
b)      Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II
(1)   DMTTI yang tidak mengalami obesitas
(2)   DMTTI dengan obesitas
2)      Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)
3)      Diabetes Kehamilan (GDM)

b.      Klasifikasi risiko statistik
1)      Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
2)      Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa






3.      Etiologi
a.       Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)
1)      Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
2)      Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
3)      Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autuimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.

b.      Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,2001). Diabetes Mellitus tipe II disebut juga Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:
1)      Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
2)      Obesitas
3)      Riwayat keluarga
4)      Kelompok etnik
4.  Manifestasi klinis
1.        Diabetes Tipe I
a)      hiperglikemia berpuasa
b)      glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
c)      keletihan dan kelemahan
d)     ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau ada  perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
2.        Diabetes Tipe II
e)      lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
f)       gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan kabur
g)      komplikaasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)

PATHOFISIOLOGI  DAN PATHWAYS

Dalam keadaan normal, jika terdapat insulin, asupan glukosa / produksi glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan di simpan sebagai glikogen dalam sel-sel hati  dan sel-sel otot. Proses glikogenesis ini mencegah hiperglikemia ( kadar glukosa darah > 140 mg / dl ). Jika terdapat defisit insulin, empat perubahan metabolic terjadi menimbulkan hiperglikemi. Empat perubahan itu adalah :
Transport glukosa yang melintasi membran sel berkurang
Glikogenesis berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah
Glikolisis meningkat sehingga dadangan glikogen berkurang dan glukosa hati dicurahkan ke dalam darah secara terus menerus melebihi kebutuhan.
Glukoneogenesis meningkat dan lebih banyak lagi glukosa hati yang tercurah ke dalam darah dari pemecahan asam amino dan lemak

Pada DM tipe 1 terdapat ketidak mampuan menghasikan insulin karena sel-sel beta telah dihancurkan oleh proses autoimun. Akibat produksi glukosa tidak terukur oleh hati, maka terjadi hiperglikemia. Jika konsentrasi klokosa dalam darah tinggi, ginjal tidak dapat menyerap semua glukosa, akibatnya glukosa muncul dalam urine (glukosuria). Ketika glukosa berlebihan diekskresikan dalam urine disertai pengeluaran cairan dan elektrolit (diuresis osmotik). Akibat kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan berkemih (poli uri) dan rasa haus (polidipsi). Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan . pasien juga mengalami peningkatan selera makan (polifagi) akibat penurunan simpanan kalori.gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan 
Pada DM tipe 2 terdapat 2 masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu  resistensi insulin dan ganguan sekresi insulin. Resistensi insulin ini disertai dengan penurunan reaksi intra sel sehingga insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Pada gangguan sekresi insulin berlebihan, kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat normal atau sedikit meningkat. Namun jika sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin maka kadar glukosa darah meningkat. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif maka awitan DM tipe 2 dapat berjalan tanpa terdeteksi. Gejala yang dialami sering bersifat ringan seperti kelelahan, iritabilitas, poliuri, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur ( jika kadar glukosanya sangat tinggi )
(Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson 2001)

                                                                                                                                                                 






































PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200 mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa.
2.      Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
3.      Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
4.      Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
5.      Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
6.      Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
7.      Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
8.      Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
9.      Insulin darh: mungkin menurun/tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi (Tipe II)
10.  Urine: gula dan aseton positif
11.  Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan infeksi luka.

6.      Penatalaksanaan Diabetes mellitus
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada pola aktivitas pasien.
Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:
a.       Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat:
1)      Memperbaiki kesehatan umum penderita
2)      Mengarahkan pada berat badan normal
3)      Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
4)      Mempertahankan kadar KGD normal
5)      Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
6)      Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
7)      Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah:
1)      Jumlah sesuai kebutuhan
2)      Jadwal diet ketat
3)      Jenis: boleh dimakan/tidak
Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan kalorinya.
1)      Diit DM I        :     1100 kalori
2)      Diit DM II      :     1300 kalori
3)      Diit DM III     :     1500 kalori
4)      Diit DM IV     :     1700 kalori
5)      Diit DM V      :     1900 kalori
6)      Diit DM VI     :     2100 kalori
7)      Diit DM VII   :     2300 kalori
8)      Diit DM VIII  :     2500 kalori
Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau diabetes komplikasi,
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu:
J I        : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah
J II       : jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.
J III     : jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of relative body weight (BBR= berat badan normal) dengan rumus:
                BB (Kg)
BBR =                            X 100 %
             TB (cm) – 100
Kurus (underweight)

1)      Kurus (underweight)   :     BBR < 90 %
2)      Normal (ideal)             :     BBR 90 – 110 %
3)      Gemuk (overweight)   :     BBR > 110 %
4)      Obesitas, apabila         :     BBR > 120 %
- Obesitas ringan         :     BBR 120 – 130 %
- Obesitas sedang        :     BBR 130 – 140 %
- Obesitas berat           :     BBR 140 – 200 %
- Morbid                      :     BBR > 200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang bekerja biasa adalah:
1)      kurus      :     BB X 40 – 60 kalori sehari
2)      Normal   :     BB X 30 kalori sehari
3)      Gemuk   :     BB X 20 kalori sehari
4)      Obesitas :     BB X 10-15 kalori sehari
b.      Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
1)      Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan setiap 1 ½ jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.
2)      Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
3)      Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
4)      Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
5)      Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang pembentukan glikogen baru
6)      Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
c.       Penyuluhan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
d.      Obat
1)      Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
a)   Mekanisme kerja sulfanilurea
(1)   kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
(2)   kerja OAD tingkat reseptor
b)      Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
(1)   Biguanida pada tingkat prereseptor à ekstra pankreatik
-          Menghambat absorpsi karbohidrat
-          Menghambat glukoneogenesis di hati
-          Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
(2)   Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
(3)   Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraseluler
1)      Insulin
a)      Indikasi penggunaan insulin
(1)         DM tipe I
(2)         DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
(3)         DM kehamilan
(4)         DM dan gangguan faal hati yang berat
(5)         DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
(6)         DM dan TBC paru akut
(7)         DM dan koma lain pada DM
(8)         DM operasi
(9)         DM patah tulang
(10)     DM dan underweight
(11)     DM dan penyakit Graves

b)      Beberapa cara pemberian insulin
(1)         Suntikan insulin subkutan
Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa factor antara lain:
1.      lokasi suntikan
ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yitu dinding perut, lengan, dan paha. Dalam memindahkan suntikan (lokasi) janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan rotasi tempat suntikan setiap 14 hari, agar tidak memberi perubahan kecepatan absorpsi setiap hari.
2.      Pengaruh latihan pada absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam waktu 30 menit setelah suntikan insulin karena itu pergerakan otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan 30 menit setelah suntikan.
3.      Pemijatan (Masage)
Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin.
4.      Suhu
Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat absorpsi insulin.
5.      Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai. Ini berarti suntikan intramuskuler akan lebih cepat efeknya daripada subcutan.
6.      Konsentrasi insulin
Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 – 100 U/ml, tidak terdapat perbedaan absorpsi. Tetapi apabila terdapat penurunan dari u –100 ke u – 10 maka efek insulin dipercepat.
(2)         Suntikan intramuskular dan intravena
Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik atau pada kasus-kasus dengan degradasi tempat suntikan subkutan. Sedangkan suntikan intravena dosis rendah digunakan untuk terapi koma diabetik.

e.       Cangkok pankreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok pancreas adalah segmental dari donor hidup saudara kembar identik (Tjokroprawiro, 1992).

Komplikasi
            Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999) adalah
a)   Akut
2)      Hipoglikemia dan hiperglikemia
3)      Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
4)      Penyakit mikrovaskuler,  mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
5)      Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner, 1990).
b)      Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
1)      Neuropati diabetik
2)      Retinopati diabetik
3)      Nefropati diabetik
4)      Proteinuria
5)      Kelainan koroner
6)      Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377)

Diagnosa Keperawatan

  1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
  2. Resiko infeksi berhubungan dengan glukosa  tinggi.
  3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan gangguan keseimbangan insulin.
  4. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
  5. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d kurang managemen diabetes
  6. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi














I. Intervensi dan Rasional

Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
Kekurangan  volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.





















Resiko infeksi berhubungan dengan glukosa  tinggi.














Perubahan  nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan gangguan keseimbangan insulin.







Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik














Kurang pengetahuan mengenai penyakit dan perawatan mandiri.




Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d kurang managemen diabetes

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  3 X 24 jam kekurangan cairan dapat berkurang dengan kriteria hasil:
§  Hidrasi adekuat.
§  Turgor kulit baik.

















Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan resiko infeksi dapat dikurangi dengan kriteria hasil:
§  Resiko infeksi berkurang: tidak ada tanda-tanda infeksi.







Setelah  dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan nutrisi dapat seimbang dengan kriteria hasil:
§  dapat mengendalikan kadar glukosa darah yang optimal
§   Berat badan dapat normal.

Setelah  dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan kelelahan dapat teratasi dengan kriteria hasil:
§  Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
§  Menunjukan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.






Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam dengan KH Dapat mengetahui tentang perawatan mandiri




Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam glukosa darah stabil dengan KH :
§  Dapat mengontrol kadar glukosa darah
§  dapat mengontrol stress
§  Status nutrisi adekkuat
§  pemshsmsn management diabetes
§  Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urin.



§  Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari.
§  Observasi adanya perasaan kelelehan yang meningkat, edema, peningkatan berat badan.


§  Kolaborasi pemberian cairan yang sesuai.

§  Kaji nadi perifer, pengisisn kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.

§  Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan, seperti demam, kemerahan adanya pus pada luka.
§  Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.

§  Berikan perawatan kulit secara teratur.






§  Timbang berat badan setiap hari.

§  Tentukan program diiet


§  Kolaborasi pemberian insulin.





§  Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
§  Tingkatkan partisipasi pasien dalam aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang dapat ditoleransi.


§  Berikan pendkes









§  Pantau kadar glukosa darah
§  Pantau tanda dan gejala hipoglikemia,poliuria,
Polidipsi,polifagi
§  Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan gejala hiperglikemia memburuk/menetap
§  Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti. Fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
§  Mempertahankan hidrasi/ volume sirkulasi.

§  Pemberian cairan untuk perbaikan yang cepat mungkin sangat berpotensi menimbulkan kelebihan beban cairan.
§  Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan.
§  Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat.

§  Untuk mencegah sedini mungkin terjadinya infeksi lebih lanjut.


§  Kadar gula yang tinggi dalam darah menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman.
§  Sirkulasi perifer bisa terganggu yang meningkatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/ iritasi kuit dan infeksi.

§  Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat.
§  Mengkaji kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
§  Dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.




§  Mengidentifikasi tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.

§  Meningkatkan kepercayaan diri yang positif.





§  Agar mengetahui perawatan mandiri diabetes







§  Untuk mengetahui intervensi selanjutnya
§  untuk mengetehui tanda dan gejala hipoglikemia





















DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif (2000).Kapita selekta kedokteran.Jilid 1 UI :Media
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Sjaifoellah, N. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 2. Jakarta: EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar