LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
APENDISITIS
Disusun
oleh:
Lutfy Nooraini
KATA
PENGANTAR
Segala Puji bagi Sang Kholik yang
telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Makalah Kasus KMB 4, tanpa nikmat sehat yang diberikan oleh-Nya sekiranya
penulis tidak akan mampu untuk menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta salam selalu
tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, semoga atas ijin Allah SWT
penulis dan teman-teman semua akan mendapatkan syafaatnya nanti.
Tidak lupa penulis mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman dan kerabat semua yang turut serta dalam
penulisan makalah ini, baik dari segi ide,
kreatifitas, dan usaha. Tanpa ada bantuan dari teman-teman semua, mungkin penulis akan mengalami hambatan dalam penulisan makalah ini.
kreatifitas, dan usaha. Tanpa ada bantuan dari teman-teman semua, mungkin penulis akan mengalami hambatan dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam
makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat untuk perbaikan makalah agar
menjadi lebih bermanfaat untuk kita semua.
Penulis,
BABII
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Konsep
Dasar Teori
1. Anatomi
fisiologi
Menurut Saifudin, 2006
sistem pencernaan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan
memepersiapkanya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (pengunyah,
pnelan, dan pencampur) dengan enzim dan zat cair yang terbentang dari mulut
sampai anus.
Struktur pencernaan
meliputi :
a. Mulut
Mulut atau oris
adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian yaitu:
1) Bagian
luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir, dan
pipi.
2) Bagian
rongga mulut bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisisnya oleh tulang
maksilaris, palatum dan mandibularis, disebelah belakang bersambung dengan
faring.
Selaput lendir
mulut ditutupi epiteium yang belapis-lapis, dibawahnya terletak kelenjar
kelenjar halus yang mengeluarkan lendir. Selaput ini kaya akan pembuluh darah
dan juga memuat banyak ujung akhir syaraf sensori.
Disebelah luar
mulut ditutupi oleh kulit dan disebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir.Otot
orbikularis oris menutupi bibir.Levator onguli oris mengangkat dan depressor
onguli oris menekan ujung mulut.
Palatum terdiri
dari 2 bagian palathum terdiri dari 2
bagian yaaitu palatum durum (keras) dan palatum mole (lunak). Gerakannya
dikendalikan oleh ototnya sendiri, disebelah kanan dan kiri dari tiang fauses
terdapat disaluran lendir menembus ke tonsil.
Didalam mulut
terdapat geligi, lidah dan kelenjar ludah.Gigi berfungsi sebagai memotong,
memutuskan dan mengunyah makanan. Lidah berfungsi sebagai mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai
alat pengecap dan menelan.
b. Faring
Faring
merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan.Didalam
lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit yang merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini
terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang
rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang.
Keatas
bagian depan berhubungan dengan rongga hidung dan perantaraan lubang bernama
koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang
yang disebut ismus fausium.
Tekak
terditi dari 2 bagian, yakni:
1) Bagian
superior merupakan bagian yang sangat tinggi dari hidung,
2) bagian
media merupakan bagian yang sama tunggi dengan mulut dan bagian yang sama
tinggi dengan lating.
Bagian superior disebut dengan nasofaring, pada nasofring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga. Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah bagian inferior disebut laring gofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.
c. Esophagus
Esophagus
merupakan saluran yang menghubungkan
tekak dengan lambung, panjangnya kerang lebih 25cm, mulai dari faring sampai
masuk pintu kardiak bawah lambung. Lapisan dinding dari dalam ke luar: lapisan
selaput lendir (mukosa), lapisan submukosa, lapisan otot melingkar, dan lapisan
otot memanjang longitudinal. Esofagus terletak
di belakang trakhea dan di depan tulang punggung, setelah melalui
thoraks menembus diagfragma masuk de dalam abdomen sampai ke lambung.
d. Lambung
Lambung
atau gaster merupakan bagian dari pencernaan yang dapat mengembang paling banyak.
Bagianlambung terdiri dari:
1) Fundus
ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak di sebelah kiri osteum
kardium dan biasa penuh berisi gas.
2) Korpus
ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah kurvatura
minor.
3) Antru
pylorus, bagian lambung berbentuk otot ysng tebal membetuk sfingter pirolus.
4) Kurfatura
minor, terdapat disebelah kanan lambung, terbentang di ostium kardiak sampai
pylorus.
5) Kurvatura
mayor, lebih panjang dari pada kurvatura minor, terbentang dari sisi kiri kardiak
melalui fundus ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pilous inferior.
6) Osteum
kardiak, merupakan tempat esophagus bagian abdomen masuk ke lambung.
Sekresi getah lambung mulai terjadi
pada awal orang makan. Bila melihat makanan dan mencium bau makanan maka
sekresi lambung akan teragasang. Rangsangan kimiawi yang menyebabkan dinding
lambung melepaskan hormone yang disebut sekresi getah lambung.Getah
lambungdihalangi oleh sitem syafar simpatis yang dapat terjadi pada waktu
gangguan emosi seperti marah dan rasa takut.
e. Usus
halus
Usus
halus (intestinum minor) adalah bagian dari system pencernaan makanan yang berpangkal
pada pylorus dan berakhir pada sekum panjangnya kurang lebih 6m merupakan
saluran paling panjang tempat proses pencernaaam dan absorb hasil pencernaan
yang terjadi dari lapisan usus halus (lapisan mukosa, lapisan otot melingkar,
lapisan otot memanjang dan lapisan serosa).
1) Duodenum
disebut juga usus 12 jari panjangnya kurang lebih 20cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini
terdapat pankreas. Pada bagian kanan duodenum initerdapat selaput lendir, yang
membukit disebut papilla vateri. Pada papilla vateri ini bermuara saluran
empedu (ductus koledokus) dan saluran pancreas (ductus wirsungi).
Dinding duodenum
mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini di sebut
kelenjar-kelenjar brunner, berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.
2) Jejunum
dan ileum
Jejunum dan
ileum mempunyai panjang sekitar kurang lebih 6m. 2/5 bagian atas adalah (jejunum) dengan panjang kerang lebih
23m dan ileum dengan panjang 4-5m. Lekukan jejunum dan ileum melekat pada
dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk
kipas yang di kenal sebagai mesenterium.
Fungsi usus
halus meliputi:
a) Menerima
zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk dicerna melalui kapiler-kapiler darah
dan saluran-saluran limfe.
b) Menyerap
potein dalam bentuk asam amino
c) Karbohidrat
diserap dalam bentuk monosakarida
Di dalam usus halus terdapat kelenjar yang
menghasilkan getah khusus yang menyempurnakan makanan:
a) Enterokinase,
mengaktifkan enzim proteolitik.
b) Eripsin
menyempurnakan pencernaan protein mejadi asam amino
(1) Lactase
mengubah lactase menjadi monosakarida
(2) Maltose
mengubah maltose menjadimonosakarida.
(3) Sucrose
mengubah suckrose menjadi monosakarida.
f. Usus
besar
Usus
besar atau intestinum mayor panjangnya kurang lebih 1,5m, lebarnya 5-6cm.
lapisan –lapisan usus besar dari dalam keluar : selaput lendir, lapisan oto
melingkar, lapisan otot memanjang, jaringan ikat. Fungsi usus besar adalah
menyerap air dari makanan, tempat tinggal bakteri koli, tempat feses.
g.
Sekum
Dibawah
sekum terdapat apendiks vermivormis yang berbentuk separti cacing sehingga
disebut juga umbai cacing, panjangnya 6cm. seluruhnya di tutupi oleh peritoneum
mudah bergerak walaupun tidak mempunyai mesentoriun dan dapat diraba melalui dinding
abdmen pada orang yang masih hidup.
h. Kolon
assenden
Panjangnya
13cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan, membujur ke atas dari ileum ke
bawah hati. Di bawah hati melengkung ke kiri, lengkungan ini disebut fleksura
hepatica, dilanjutkan sebagai kolon transfersum.
i.
Apendiks
Usus
buntu bagian dari usus besar yang muncul seperti corong yang muncul dari ujung
sekum, mempunyai pintu keluar yang sempit tetapi masih memungkinkan dapat
dilewati oleh beberapa isi usus. Apendiks tergantung menyilang pada linea terminals masuk ke dalam
rongga pelvis minor, terletak horizontal dibelakang sekum. Sebagai suatu organ
pertahanan terhadap infeksi kadang apendiks bereaksi secara hebat dan
heperaktif yang bisa menimbulkan dindingnya ke dalam rongga abadomen.
j.
Kolon transversum
Panjangnya
kurang lebih 38cm, membujur dari kolon assenden sampai ke kolon dessendens berada
dibawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatika dan sebelah kiri
terdapat fleksura lienalis.
k. Kolon
desendens
Panjangnya kurang lebih 25cm, terletak dibawah abdomen
sebelah kiri membujur dari atas ke bawah
dan fleksura lienalis sampai ke dalam ileum kiri, bersambung dengan kolon
sigmoid.
l.
Kolon sismoid
Kolon
sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desenden , terletak miring dalam rongga
pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf S, ujung bawahnya berhubungan
dengan rectum.
m. Rectum
Rectum
terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus,
terletak dalam rongga pelvis didepan os sacrum dan os koksigis.
n. Anus
Anus
adalah bagian dari saluran pencernaan yang meghubungkan rectum dengan dunia
luar (udara luar) terletak di dasar pelvis dindinya diperkuat oleh 3 shingter:
1) Shingter ani internum (sebelah atas), bekerja tidak
menurut kehendak.
2) Shingter
levaktor ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.
3) Shingter
ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut kehendak
2. Konsep
Dasar
a. Pengertian
Apendisitis
adalah kasus gawat bedah abdomen yang paling sering terjadi.Apendisitis
merupakan peradangan pada apendiks vermivormis, dan merupakan penyebab abdomen
akut yang paling sering terjadi (Andra Safery Wijaya, yessie Marisa Putri,
2013).
Apendisitis adalah kondisi dimana infeksi dimana terjadi
infeksi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan,
tetapi banyak kasus memerlukan laparatomi dengan menyingkirkan umbai cacing
yang terinfeksi.Bila tidak dirawat, angka kematian cukup tinggi karena
peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur (Anonim, 2007
dalamSugengJotowiyono dan
Weni Kristinasari, 2010).
Apendisitis
adalah perdangan pada apendiks vermivormis.
Dan merupakan bedah yang paling sering terjadi, jarang terjadi pada
usuia dibawah 2 tahun, tetapi terjadi pada semua usia (Pierce A. Grace& Neil R. Borley,2006).
b. Etiologi
(Andra Safery Wijaya, yessie Marisa Putri, 2013).
1)
Ulserasi pada mukosa
2) Obstrusi
pada colon oleh fecalit
3) Pemberian
barium
4) Berbagai
macam penyakit cacing
5) Tumor
6) Striktur
karena fibrosis.
c. Klasifiasi
apendiksits (Sugeng Jotowiyono dan
Weni Kristinasari, 2010)
Klasifikasi apendisitis:
1) Apendisitis
akut, dibagi atas
a) apendisitis
fokalis / segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striker local
b) apendisitis
purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah
2) apendisitis
kronis, dibagi atas:
a) apendisitis
kronis frontalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striker local
b) apendisitis
kronis obliteritiva yaitu apendiks miring biasanya terjadi pada orang tua.
d. Patofisiologi
Apenditis
biasanya di sebabkan oleh penyumbantan lumen apendiks oleh hyperplasia folikel
limfoid, benda asing, struktur karena fikosis akibat peradangan sebelumnya atau
neoplasma.Obstruksi tersebut menyebabkan mucus diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama mucus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding
apendiks mempunyai keterbatasan sehinga menyebabkan peningkatan tekanan
intralumen, tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema. Diaphoresis bakteri dan ulserasi mukosa pada saat inilah
terjadi apendiksitisus akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Sekresi
mucus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding
apendiks. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat
sehingga menimbulkan nyeri di abdomen kanan bawah, keadaan ini disebut dengan
apendiksitis sukuratif akut. Aliran arteri terganggu akan terjadi infark
dinding apendiks yang diikuti dengan gangrene stadium ini disebut dengan
apendiksitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh ini pecah akan terjadi apendiksitis
perforasi.
Semua
proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak
ke arah apendiks hingga timbul suatu massa
local yang diebut infiltrate apendikularis, peradangan apendiks tersebut
dapat menjadi abses atau menghilang.
Pada
anak-anak amentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks
lebih tipis, kaedaan tersebut ditambah daya tahan tubuh yang masih kurang
menyebabkan terjadinya perforasi, sedangkan pada orang tua perforasi mudah
terjadi karena tlah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2003 dalam Andra
Safery Wijaya & yessie Marisa Putri, 2013).
e. Manifestasi
klinis (Andra Safery Wijaya, yessie Marisa Putri, 2013).
Tanda awal : nyeri mulai epigastrum
disertai mual muntah
1) Nyeri pindah ke kanan bawah (yang akan menetap dan
diperberat bila dibawa berjalan atau batuk) dan menunjukan tanda rangsangan
peritoneum lukal di titik Mc. Burney : nyeri tekan, nyeri lepas, defans
muskuler.
2)
Nyeri rangsangan
peritoneum tidak langsung:
a) Nyeri
pada kuadran kanan bawah saat kuadran kiri bawah ditekan (rovsing sign)
b)
Nyeri kanan bawah bila
tekanan sebelah kiri dilepas
c)
Nyeri kanan bawah bila
peritoneum bergerak seperti nafas dalam, berjalan, betuk, mengedan.
3) Nafsu
makan menurun.
4) Demam
yang tidak terlalu tinggi.
5) Biasanya
terdapat konstipasi, tapi kadang-kadang terjadi diare.
f. Pemeriksaan
penunjang (Pierce A. Grace&
Neil R. Borley,2006).
1) Diagnosis
berdasarkan klinis, namun sel darah putih ( hampir selalu leukositis ) dan CPR
( biasanya meningkat ) sangat membantu.
2) Ultrasonografi
untuk massa apendiks dan jika masih ada keraguan untuk menyingkirkan kelainan
pelvis lainya.
3) Laparoskopi
biasanya digunakan untuk menyingkirkan kelainan ovarium sebelum dilakukan
apendiktomi pada wanita muda.
4) CT
scan pada pasien yang lanjut sia dimana penyebab lain masih mungkin.
g. Penatalaksanaan
(Andra Safery Wijaya, Yessie
Marisa Putri, 2013).
1) Sebelum
operasi
a)
Observasi
Dalam 12 jam
setelah timbulnya keluhan, tanda gejala apendiksitis seringkali belum jelas,
dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan. Pasien dimnta melakukan tirah baring dan dipuasakan.
Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai bila dicurigai adanya apendiksitis
atau peritonitis lainya. Pemeriksaan abdomen dan rectal serta pemeriksaan darah
diulang secara periodik, foto abdomen dan thorak tegak dilakukan untuk mencari
kemungkinan adanya penyukit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakan
dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya
keluhan.
b) Antibiotic
Apendiksitis
tanpa komplikasi biasanya tidak perlu di berikan antibiotic, kecuali
apendiksitis ganggrenosa atau apendiksitis perporasi.Penundaan tindak bedah
sambil memberikan antibiotic dapat mengakibatkan abses atau perporasi.
2) Operasi
a) Apendiktomi
b) Apendiks
di buang, jika apendiks mengalami perforasi bebas, maka abdomen dicuci dengan
garam fisiologis dan antibiotika.
c) Abses
apendiks diobati dengan antibiotika IV, massanya mungkin mengecil, atau abses
mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa hari. Apendiktomi
dilakukan bila abses dilakukan operasi elektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.
3) Pasca
operasi
Dilakukan
observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan di dalam,
syok, hipertermia atau gangguan pernafasan, angkat sonde lambung bila pasien
sudah, sehingga aspirasi cairan lambung dicegah, baringkan pasien dalam posisi
fowler. Pasien dikatakan baik dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama itu
pasien dipuasakan, bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi
atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal. Satu
hari paska operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak ditempat tidur selama 2x
30 menit. Hari kedua dapat dienjurkan untuk duduk diluar kamar.Hari ke tujuh
jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.
h. Komplikasi
(Pierce A. Grace&
Neil R. Borley,2006)
1) Infeksi
2) Abses
intraabdomen
3) Perlekatan
4) Piemie
porta
.
B.
Fokus
Pengkajian
1. Identitas (felyana, 2009).
a. Identitas klien post appendiktomi yang
menjadi dasar pengkajian meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, agama, alamat, diagnosa medis, tindakan medis, nomor rekam medis,
tanggal masuk, tanggal operasi dan tanggal pengkajian.
b.
Identitas
penganggung jawab meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
agama, alamat, hubungan dengan klien dan sumber biaya.
2.
Lingkup Masalah Keperawatan
Berisi keluhan utama klien saat dikaji, klien post appendiktomi biasanya mengeluh nyeri pada luka operasi dan keterbatasan aktivitas
Berisi keluhan utama klien saat dikaji, klien post appendiktomi biasanya mengeluh nyeri pada luka operasi dan keterbatasan aktivitas
3. Riwayat Penyakit
a.
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang ditemukan saat pengkajian, yang diuraikan dari mulai masuk tempat perawatan sampai dilakukan pengkajian. Keluhan sekarang dikaji dengan menggunakan PQRST (paliatif and provokatif, quality and quantity, region and radiasi, severity scale dan timing). Klien yang telah menjalani operasi appendiktomi pada umumnya mengeluh nyeri pada luka operasi yang akan bertambah saat digerakkan atau ditekan dan umumnya berkurang setelah diberi obat dan diistirahatkan. Nyeri digambarkan dengan (0-10). Nyeri akan terlokalisasi di area operasi dapat pula menyebar di seluruh abdomen dan paha kanan dan umumnya menetap sepanjang hari. Nyeri mungkin dapat mngganggu aktivitas sesuai rentang toleransi masing –masing klien.
Riwayat penyakit sekarang ditemukan saat pengkajian, yang diuraikan dari mulai masuk tempat perawatan sampai dilakukan pengkajian. Keluhan sekarang dikaji dengan menggunakan PQRST (paliatif and provokatif, quality and quantity, region and radiasi, severity scale dan timing). Klien yang telah menjalani operasi appendiktomi pada umumnya mengeluh nyeri pada luka operasi yang akan bertambah saat digerakkan atau ditekan dan umumnya berkurang setelah diberi obat dan diistirahatkan. Nyeri digambarkan dengan (0-10). Nyeri akan terlokalisasi di area operasi dapat pula menyebar di seluruh abdomen dan paha kanan dan umumnya menetap sepanjang hari. Nyeri mungkin dapat mngganggu aktivitas sesuai rentang toleransi masing –masing klien.
b.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Berisi pengalaman penyakit sebelumnya, apakah memberi pengaruh pada penyakit yang diderita sekarang serta apakah pernah mengalami pembedahan sebelumnya.
Berisi pengalaman penyakit sebelumnya, apakah memberi pengaruh pada penyakit yang diderita sekarang serta apakah pernah mengalami pembedahan sebelumnya.
c.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang menderita sakit yang sama seperti klien, dikaji pula mengenai adanya penyakit keturunan atau menular dalam keluarga.
Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang menderita sakit yang sama seperti klien, dikaji pula mengenai adanya penyakit keturunan atau menular dalam keluarga.
4.
Riwayat Psikologis
Secara umum klien dengan post appendicitis tidak mengalami penyimpangan dalam fungsi psikologis. Namun demikian tetap perlu dilakukan mengenai kelima konsep diri klien (citra tubuh, identitas diri, fungsi peran, ideal diri dan harga diri.
Secara umum klien dengan post appendicitis tidak mengalami penyimpangan dalam fungsi psikologis. Namun demikian tetap perlu dilakukan mengenai kelima konsep diri klien (citra tubuh, identitas diri, fungsi peran, ideal diri dan harga diri.
5.
Riwayat Sosial
Klien dengan post appendiktomi tidak mengalami gangguan dalam hubungan social dengan orang lain, akan tetapi tetap harus dibandingkan hubungan social klien antara sebelum dan setelah menjalani operasi.
Klien dengan post appendiktomi tidak mengalami gangguan dalam hubungan social dengan orang lain, akan tetapi tetap harus dibandingkan hubungan social klien antara sebelum dan setelah menjalani operasi.
6.
Riwayat Spiritual
Pada umumnya klien yang menjalani perawatan akan mengalami keterbatasan dalam aktivitas begitu pula dalam kegiatan ibadah. Perlu dikaji keyakinan klien terhadap keadaan sakit dan motivasi untuk kesembuhannya.
Pada umumnya klien yang menjalani perawatan akan mengalami keterbatasan dalam aktivitas begitu pula dalam kegiatan ibadah. Perlu dikaji keyakinan klien terhadap keadaan sakit dan motivasi untuk kesembuhannya.
7.
Kebiasaan Sehari –hari
Klien yang menjalani operasi pengangkatan appendiks pada umumnya mengalami kesulitan dalam beraktvitas karena nyeri yang akut dan kelemahan. Klien dapat mengalami gangguan dalam perawatan diri (mandi, gosok gigi, keramas dan gunting kuku), karena adaanya toleransi aktivitas yang mengalami gangguan.
Klien akan mengalami pembatasan masukan oral sampai fungsi pencernaan kembali ke dalam rentang normalnya. Kemungkinan klien akan mengalami mual muntah dan konstipasi pada periode awal post operasi karena pengaruh anastesi. Intake oral dapat mulai diberikan setelah fungsi pencernaan kembali ke dalam rentang normalnya. Klien juga dapat mengalami penurunan haluaran urine karena adanya pembatasan masukan oral. Haluaran urine akan berangsur normal setelah peningkatan masukan oral. Pola istirahat klien dapat terganggu ataupu tidak terganggu, tergantung toleransi klien terhadap nyeri yang dirasakan.
Klien yang menjalani operasi pengangkatan appendiks pada umumnya mengalami kesulitan dalam beraktvitas karena nyeri yang akut dan kelemahan. Klien dapat mengalami gangguan dalam perawatan diri (mandi, gosok gigi, keramas dan gunting kuku), karena adaanya toleransi aktivitas yang mengalami gangguan.
Klien akan mengalami pembatasan masukan oral sampai fungsi pencernaan kembali ke dalam rentang normalnya. Kemungkinan klien akan mengalami mual muntah dan konstipasi pada periode awal post operasi karena pengaruh anastesi. Intake oral dapat mulai diberikan setelah fungsi pencernaan kembali ke dalam rentang normalnya. Klien juga dapat mengalami penurunan haluaran urine karena adanya pembatasan masukan oral. Haluaran urine akan berangsur normal setelah peningkatan masukan oral. Pola istirahat klien dapat terganggu ataupu tidak terganggu, tergantung toleransi klien terhadap nyeri yang dirasakan.
8. Pola
fungsi kesehatan (Santi, 2012).
a. Pola
persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan
merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan olahraga (lama
frekuensinya), bagaimana status ekonomi keluarga kebiasaan merokok dalam mempengaruhi
penyembuhan luka.
b. Pola
tidur dan istirahat
Insisi
pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga dapat menggganggu kenyamanan
pola tidur klien.
c. Pola
aktivitas
Aktivitas
dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri luka operasi,
aktivitas biasanya terbatas karena harus badrest berapa waktu lama setelah
pembedahan
d. Pola
hubungan dan peran
Dengan
keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa melakukan peran baik dalam
keluarganya dan dalam masyarakat.Penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
e. Pola
sensorik dan kognitif
Ada tidaknya
gangguan sensorik nyeri, penglihatan, peran serta pendengaran, kemampuan,
berfikir, mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
f. Pola
penanggulangan stress
Kebiasaan klien
yang digunakan dalam mengatasi masalah.
g. Pola
tata nilai dan kepercayaanrn
Bagaimana
keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana cara klien mendekatkan diri dengan
tuhan selama sakit
9. Pemeriksaan Fisik (felyana, 2009).
Pemeriksaan fisik ini mencakup :
Pemeriksaan fisik ini mencakup :
a. Keadaan Umum
Klien post appendiktomi mencapai kesadaran penuh setelah beberapa jam kembali dari meja operasi, penampilan menunjukkan keadaan sakit ringan sampai berat tergantung pada periode akut rasa nyeri. Tanda vital pada umumnya stabil kecuali akan mengalami ketidakstabilan pada klien yang mengalami perforasi appendiks.
Klien post appendiktomi mencapai kesadaran penuh setelah beberapa jam kembali dari meja operasi, penampilan menunjukkan keadaan sakit ringan sampai berat tergantung pada periode akut rasa nyeri. Tanda vital pada umumnya stabil kecuali akan mengalami ketidakstabilan pada klien yang mengalami perforasi appendiks.
b.
Sistem Pernapasan
Klien post appendiktomi akan mengalai penurunan atau peningkatan frekuensi napas (takipneu) serta pernapasan dangkal, sesuai rentang yang dapat ditoleransi oleh klien.
Klien post appendiktomi akan mengalai penurunan atau peningkatan frekuensi napas (takipneu) serta pernapasan dangkal, sesuai rentang yang dapat ditoleransi oleh klien.
c. Sistem Kardiovaskuler
Umumnya klien mengalami takikardi (sebagai respon terhadap stres dan hipovolemia), mengalami hipertensi (sebagai respon terhadap nyeri), hipotensi (kelemahan dan tirah baring). Pengisian kapiler biasanya normal, dikaji pula keadaan konjunctiva, adanya sianosis dan, auskultasi bunyi jantung.
Umumnya klien mengalami takikardi (sebagai respon terhadap stres dan hipovolemia), mengalami hipertensi (sebagai respon terhadap nyeri), hipotensi (kelemahan dan tirah baring). Pengisian kapiler biasanya normal, dikaji pula keadaan konjunctiva, adanya sianosis dan, auskultasi bunyi jantung.
d. Sistem Pencernaan
Saat di inspeksi akan tampak adanya luka operasi di abdomen kanan bawah bekas sayatan operasi dan juga nyeri pada luka operasi. Pada saat auskultasi terjadi penurunan bising usus. Klien post appendiktomi biasanya mengeluh konstipasi pada awitan awal post operasi dan mual muntah.
Saat di inspeksi akan tampak adanya luka operasi di abdomen kanan bawah bekas sayatan operasi dan juga nyeri pada luka operasi. Pada saat auskultasi terjadi penurunan bising usus. Klien post appendiktomi biasanya mengeluh konstipasi pada awitan awal post operasi dan mual muntah.
e. Sistem Perkemihan
Awal post operasi klien akan mengalami penurunan jumlah output urine, hal ini terjadi karena adanya pembatasan intak oral selama periode awal post appendiktomi. Output urine akan berangsur normal seiring dengan peningkatan intake oral.
Awal post operasi klien akan mengalami penurunan jumlah output urine, hal ini terjadi karena adanya pembatasan intak oral selama periode awal post appendiktomi. Output urine akan berangsur normal seiring dengan peningkatan intake oral.
f. Sistem Muskuloskeletal
Secara umum, klien dapat mengalami kelemahan karena tirah baring post operasi dan kekakuan . Kekuatan otot berangsur membaik seiring dengan peningkatan toleransi aktivitas.
Secara umum, klien dapat mengalami kelemahan karena tirah baring post operasi dan kekakuan . Kekuatan otot berangsur membaik seiring dengan peningkatan toleransi aktivitas.
g. Sistem Integumen
Akan tampak adanya luka operasi di abdomen kanan bawah karena insisi bedah disertai kemerahan (biasanya pada awitan awal). Turgor kulit akan membaik seiring dengan peningkatan intake oral.
Akan tampak adanya luka operasi di abdomen kanan bawah karena insisi bedah disertai kemerahan (biasanya pada awitan awal). Turgor kulit akan membaik seiring dengan peningkatan intake oral.
h. Sistem Persarafan
Umumnya klien dengan post appendiktomi tidak mengalami penyimpangan dalam fungsi persarafan. Pengkajian fungsi persafan meliputi : tingkat kesadaran, saraf kranial dan refleks.
Umumnya klien dengan post appendiktomi tidak mengalami penyimpangan dalam fungsi persarafan. Pengkajian fungsi persafan meliputi : tingkat kesadaran, saraf kranial dan refleks.
i.
Sistem Pendengaran
Pengkajian yang dilakukan meliputi : bentuk dan kesimetrisan telinga, ada tidaknya peradangan dan fungsi pendengaran.
Pengkajian yang dilakukan meliputi : bentuk dan kesimetrisan telinga, ada tidaknya peradangan dan fungsi pendengaran.
j.
Sistem Endokrin
Umumnya klien post appendiktomi tidak mengalami kelainan fungsi endrokin. Akan tetapi tetap perlu dikaji keadekuatan fungsi endrokin (thyroid dan lain–lain)
Umumnya klien post appendiktomi tidak mengalami kelainan fungsi endrokin. Akan tetapi tetap perlu dikaji keadekuatan fungsi endrokin (thyroid dan lain–lain)
C. Masalah keperawatan
1.
Nyeri akut
a.
Definisi
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal
kerusakan sedemikian rupa (International Association for the Study of Pain);
awitan yang tiba – tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan
akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6 bulan.
b.
Batasan karakteristik
1)
Perubahan selera makan
2)
Perubahan tekanan darah
3)
Perubahan frekuensi jantung
4)
Perubahan frekuensi pernapasan
5)
Laporan isyarat
6)
Perilaku distraksi (mis., berjalan mondar mandir, mencari orang lain dan
atau aktivitas lain, aktivitas yang berulang)
7)
Mengekspresikan perilaku (mis., gelisah, merengek, menangis, waspada,
iritabilitas, mendesah)
8)
Masker wajah (meringis)
9)
Perilaku berjaga – jaga / melindungi area nyeri
10) Fokus menyempit (mis., gangguan persepsi
nyeri, hambatan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan
lingkungan)
11) Indikasi nyeri yang dapat diamati
12) Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
13) Sikap tubuh melindungi
14) Fokus pada diri sendiri
15) Gangguan tidur
16) Melaporkan nyeri secara verbal
c.
Faktor yang berhubungan
Agens
cedera fisik
2.
Hambatan mobilitas fisik
a.
Definisi
Keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau
satu atau lebuh ekstreitas secara mandiri dan terarah
b.
Batasan karakteristik
1)
Penurunan waktu reaksi
2)
Kesulitan membolak – balik posisi
3)
Melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan (mis.,
meningkatkan perhatian pada aktivitas orang lain, mengendalikan perilaku, fokus
pada aktivitas sebelum sakit)
4)
Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan mototik kasar
5)
Pergerakan lambat
c.
Faktor yang berhubungan
Nyeri
3.
Kerusakan integritas jaringan
a.
Definisi
Kerusakan jaringan membran mukosa, kornea, integumen, atau subkutan
b.
Batasan karakteristik
Kerusakan jaringan integumen
c.
Faktor yang berhubungan
Faktor
mekanik (koyakan / robekan)
D. Intervensi Keperawatan
1.
Nyeri akut
NOC (Nursing
Outcomes Classification) menurut Moorhead S, dkk (2013) hasil yang
disarankan:
a. Pain Control (Kontrol Nyeri) - 1605
Domain :
Pengetahuan dan perilaku kesehatan
Kelas : Perilaku kesehatan
Skala : Tidak pernah dilakukan
sampai terus menerus
dilakukan
Definisi: Tindakan seseorang untuk mengontrol nyeri
|
||||||
No
|
Indikator
|
Tidak
pernah dilakukan
|
Jarang dilakukan
|
Kadang-kadang
dilakukan
|
Sering
dilakukan
|
Terus
menerus dilakukan
|
1.
|
Mengenal
penyebab nyeri
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
2.
|
Mengenal onset nyeri
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
3.
|
Tindakan pencegahan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
4.
|
Tindakan pertolongan
non-analgetik
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
5.
|
Menggunakan analgetik dengan
tepat
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6.
|
Mengenal
tanda-tanda pencetusnyeriuntukmencaripertolongan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
7.
|
Mengenal gejala nyeri
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
8.
|
Melaporkan kontrol nyeri
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
b. Pain Level (Tingkat Nyeri) - 2102
Domain : Kesehatan yang
dirasakan
Kelas :
Status gejala
Skala :
Berat sampai ringan
Definisi: Gambaran nyeri atau nyeri yang ditunjukkan
|
||||||
No
|
Indikator
|
Parah
1
|
Besar
2
|
Sedang
3
|
Ringan
4
|
Tidak ada
5
|
1.
|
Melaporkan nyeri
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
2.
|
Lamanya episode
nyeri
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
3.
|
Merintih dan
menangis
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
5.
|
Ekspresi wajah saat
nyeri
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6.
|
Kegelisahan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
7.
|
Fokus menyempit
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
8.
|
Ketegangan otot
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
No
|
Indikator
|
Penyi mpangan parah
dari batas normal
|
Penyimpangan besar
dari batas normal
|
Penyimpangan
sedangdari batas normal
|
Penyimpangan ringan
dari batas normal
|
Tidak ada
penyimpangan dari batas normal
|
1.
|
Tingkat pernapasan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
2.
|
Denyut nadi radial
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
3.
|
Tekanan darah
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
c. Comfort Status : Envoirment(status kesehatan lingkungan) - 2009
Domain : Kesehatan
yang dirasakan
Kelas : KualitasHidupdankesehatan
Skala :
Berat sampai ringan
Definisi:
kemudahanlingkungan, kenyamanan,dan
keamanansekitarnya
|
||||||
No
|
Indikator
|
Sangatterganggu
1
|
terganggu
2
|
Cukupterganggu
3
|
Sedikitterganggu
4
|
Tidak terganggu
5
|
1
|
Temperaturruangan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
2
|
Lingkungan yang
nyamanuntukistirahat
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
3
|
Lingkungan yang
tenang
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
4
|
Kebersihanlingkungan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
5
|
Tersedianyatempatbagipengunjung
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
Tempattidur yang
nyaman
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
7
|
Dapatberadaptasiterhadaplingkungan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
NIC (Nursing
Interventions Classification) menurut Bulecheck G, dkk (2013) adalah
sebagai berikut:
a.
Pain Management (Manajemen Nyeri)
Definisi: Teknik mengurangi nyeri sampai tingkat nyaman yang dapat diterima oleh klien.
Aktivitas:
1)
Kaji secara komprehensif
tentang nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik dan onset, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri, dan
faktor-faktor presipitasi
2)
Observasi isyarat-isyarat
non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya dalam ketidakmampuan untuk
komunikasi secara efektif
3)
Berikan analgetik sesuai dengan anjuran
4)
Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri
5)
Berikan dukungan terhadap
pasien dan keluarga
6)
Berikan informasi tentang
nyeri, seperti: penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan pencegahan
7)
Ajarkan penggunaan teknik
non-farmakologi(contoh: relaksasi, distraksi)
8)
Tingkatkan tidur atau istirahat yang cukup
9)
Monitor kenyamanan pasien
terhadap manajemen nyeri
10) Libatkan keluarga untuk mengurangi nyeri.
b. Enviromental Management: Comfort (Manajemen Lingkungan: Kenyamanan)
Definisi: Tindakan manipulasi
lingkungan klien untuk mengoptimalkan
kenyamanan.
Aktivitas:
1)
Batasi pengunjung
2)
Hindari mengganggu yang tidak dibutuhkan dan
sediakan waktu istirahat
3)
Tentukan sumber ketidaknyamanan, seperti baju
yang lembab, baju yang ketat, linen tempat tidur yang kerut, dan iritan lingkungan
4)
Siapkan ruangan bersih dan
tempat tidur yang nyaman
5)
Hindarkan paparan yang
tidak perlu, banyak angin, terlalu panas, dan dingin
6)
Kontrol dan cegah suasana yang terlalu ramai,
jika memungkinkan
7)
Posisikan pasien untuk memperoleh kenyamanan
(menggunakan prinsip body alignment atau garis tubuh, dukung dengan
bantal, lindungi sendi selama pergerakan, dan immobilisasikan bagian tubuh yang
nyeri)
8)
Monitor kulit, terutama
area tubuh yang mengalami penekanan, sebagai tanda penekanan atau iritasi
2.
Hambatan mobilitas fisik
NOC (Nursing Outcomes Classification) menurut
Moorhead S, dkk (2013) hasil yang disarankan:
a.
Self care: Activites of daily living (ADL) (perawatan diri:
kegiatanhidup sehari-hari) - 0300
Domain : Kesehatan fungsional
Kelas :
Perawatan diri
Skala :
Terganggu sampai tidak teganggu
Definisi:
kemampuan
untuk melakukantugas-tugasfisik yang palingdasar dan kegiatanperawatan
pribadimandiri denganatau tanpabantuan
|
||||||
No
|
Indikator
|
Sangatterganggu
1
|
terganggu
2
|
Cukupterganggu
3
|
Sedikitterganggu
4
|
Tidak terganggu
5
|
1
|
Makan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
2
|
Berpakaian
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
3
|
Toilet
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
4
|
Mandi
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
5
|
Berdandan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
Kebersihan mulut
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
NIC (Nursing
Interventions Classification) menurut Bulecheck G, dkk (2013) adalah
sebagai berikut:
a.
Self care assistance (membantu perawatan diri)
1)
Monitor
kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri
2)
Monitor
kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian,
berhias, toileting dan makan
3)
Sediakan
bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care
4)
Dorong
klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang
dimiliki
5)
Dorong
untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu
melakukanya
6)
Ajarkan
klien/keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk melakukanya
7)
Berikan
aktivitas rutin sehari-hari sesuai dengan kemampuannya
8)
Pertimbangkan
usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.
3.
Kerusakan integritas jaringan
NOC (Nursing
Outcomes Classification) menurut Moorhead S, dkk (2013) hasil yang disarankan:
a.
Tissue integrity : skin & mucous
membranes (Integritasjaringan: kulit&selaput lendir) – 1101
Domain : Kesehatan fisik
Kelas :
Integritas jaringan
Skala :
Terganggu sampai tidak terganggu, berat sampaiTidak ada
Definisi: keutuhanstruktur danfisiologis normal, fungsi kulitdanmembran
mukosa
|
||||||
No
|
Indikator
|
Sangatterganggu
1
|
terganggu
2
|
Cukupterganggu
3
|
Sedikitterganggu
4
|
Tidak terganggu
5
|
1.
|
Temperaturkulit
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
2.
|
Sensasi
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
3.
|
Elastisitas
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
4.
|
Pigmentasi abnormal
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
5.
|
Bekas luka
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6.
|
Eritema
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
7.
|
Pucat
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
8.
|
Nekrosis
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
b. Wound healing : primary intetntion (penyembuhan luka: tujuan utama) – 1102
Domain : Kesehatan fisik
Kelas :
Integritas jaringan
Skala : tidak
ada sampai banyak, banyak sampai tidak ada
Definisi:perpanjanganregenerasisel dan jaringansetelah
penutupandisengaja
|
||||||
No
|
Indikator
|
Tidak ada
1
|
Terbatas
2
|
Sedang
3
|
Banyak
4
|
Sangat banyak
5
|
1.
|
Penyatuan
Kulit
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
2.
|
Penyatuan
Tepi luka
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
No
|
Indikator
|
Sangat banyak
1
|
Banyak
2
|
Sedang
3
|
Terbatas
4
|
Tidak ada
2
|
1.
|
Bernanah
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
2.
|
Berdarah
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
3.
|
memar
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
4.
|
edema
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
5.
|
Peningkatan temperatur
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
NIC (Nursing Interventions Classification)
menurut Bulecheck G, dkk (2013) adalah sebagai berikut:
a. Wound care (Perawatan luka)
Definisi: pencegahan
komplikasi luka dan promosi penyembuhan luka
Aktivitas:
1)
Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang
longgar
2)
Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
3)
Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
4)
Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan
tekanan
5)
Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka,
karakteristik,warna cairan, granulasi, jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi
lokal, formasi traktus
6)
Ajarkan pada keluarga tentang luka dan perawatan
luka
7)
Kolaborasi ahli gizi pemberian diet TKTP, vitamin
8)
Cegah kontaminasi feses dan urin
9)
Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril
Tidak ada komentar:
Posting Komentar